Chapter 4.2

35 2 0
                                    

"Kau sudah siap?"
"Iya ayo!"

Kami berjalan menelusuri jalan, aku berjalan dari toko ketoko lainnya tapi hyu wan belum menemukan apapun kado untuk kakak tirinya itu.
Aku penasaran dengan beberapa hal mengenai hyu soon. Entahlah kenapa aku memikirkan kesana.

"Kakak mu suka apa?" Ucap ku.
"Dia suka segala sesuatu tentang bintang. Kira-kira kado apa ya?"
"Hhm dia suka segalanya ya?, apa dia sudah punya teropong?" Ucapku.
"Sudah itu kado ulang tahunnya tahun lalu" ucap hyu soon.
"Emm... Bagaimana kalau buku?"

"Orang seperti dia tidak suka membaca buku"
"Hah... Aku pusing" ucapku seraya memijat keningku.
"Emm...mengenai kakakmu, bagaimana?"
"Entahlah aku masih memikirkannya" ucapku sembari menghela napas. Ya berat sekali hyu wan, aku ingin sekali bertemu salah satu dari keluargaku.
"Baiklah. Aku akan mencari bukti tentang keberadaan kakakmu".

Pandanganku beralih kepadanya, mataku terasa panas, yaa aku bahagia hyu wan jika kau membantuku, tapi aku akan seperti mengemis kepadamu.
"Yaa..."

Aku dan hyu wan memasuki toko kado. Disana Hyu wan mulai mencari kado yang pas untuk Hyu soon.
"Besok kau mau ikut denganku?"
"Kemana?" Tanyaku kepadanya.
"Kekelas Hyu soon!"

"Untuk apa?" Ucapku.
"Memoerkenalkanmu padanya"
"Owh... Apa?!.. Kenapa jadi memperkenalkan aku?" Ucapku kaget dan penuh tanya.
"Kau bilang, kau belum tau Hyu soon kan?"
"Ya. Iya sih.. Tapi..." Ucapku terbata-bata, jujur aku gugup sekali kalau berkenalan.
" kau mau ikut tidak?" Ucapnya sambil berhenti berjalan dan menatapku.
"Emm... Ba-baiklah aku mau..."
-
-
-
-
-

-

-

Aku diantar pulang oleh Hyu wan. Kami tidak ada menghabiskan waktu kemanappun lagi.
Sesampainya didepan rumah bibi sudah berada tepat didepan pintu rumah dan langsung menghampiriku.
"Kau abis dari mana?"
" menemani Hyu wan membeli kado" ucapku.
"Tadi temanmu membeli bunga disini. Ah, aku lupa namanya" ucap bibi sembari meringis.
"Han ni?"
"Nha, iya Han ni" ucap bibi.
"Emm... Bi, aku mau bertanya boleh tidak"
"Yak! Kau mau bertanya kenapa meminta izin dulu?!" Ucap bibi sembari tertawa lepas.

"Ya ya, baiklah. Begini, kau kan orang yang membawaku setelah ibuku meninggal. Apa kau menemukan sesuatu tentang kakakku?" Ucapku berhati-hati. Aku melihat wajah bibi berubah tampak sedih. Apa dia tau?
"Apa maksudmu?"
"Ya.. Seperti bnda peninggalannya atau apapun. Apa kau punya" aku menggaruk tengkukku yang tidak gatal sedikitpun. Ya aku kerasa tidak enak saja menanyakan hal ini kepada bibi.
"Hye shin, dengar untuk apa kau menanyakan itu?"
"Ehm..aku hanya mencarinya saja"ucapku.
"Apa kau tidak nyaman berada disini? Kenapa kau ingin sekali mencari kakakmu?" Ucap bibi sembari mengelus pundakku.
"Aku... Aku ingin melihatnya. Meski hanya sekali..."
"Yasudah lebih baik kita masuk kedalam, dan kau sebaiknya menunggu di kursi, bibi akan mengambilkan sesuatu untukmu".

Aku duduk dikursi dalam rumah, dengan biskuit ditanganku sembari menunggu bibi datang.

Setelah beberapa saat, bibi datang sambil membawa secarik kertas kecil ditangannya.
"Ini. Hanya ini yang aku punya" dia memberikanku sebuah kertas foto yang sudah kusam.
Aku mengamati foto itu sejenak, seorang laki-laki separuh baya? Siapa dia?
"Ini siapa bi?"
"Itu ayahmu. Namanya Kim il joong"
Aku menatap bibi. Apa ayahku masih hidup? Bagaimana dengan nasib kakaku?
"Kim il joong?"
"Iya. Jadi, dulu. Saat kau berusia lima tahun, ibu dan ayahmu mengalami pertengkaran yang hebat. Saat itu, permasalahannya ibumu melihat ayahmu berselingkuh dengan wanita lain. Ayahmu memutuskan pergi dari rumah. Dia pergi selama dua tahun tanpa memberi nafkah, padahal waktu itu ibumu masih berstatus sebagai istrinya. Hyu shin membantiing tulang untuk menghidupi kalian berdua. Sampai-sampai dia sakit parah"

Aku menatap bibi tidak percaya. Ibu? Sebegitu keraskah kau berjuang?
"Ibu sakit parah karena aku? Lalu bagaimana dengan kakakku?"
"Setelah dua tahun tidak pulang, il joong akhirnya pulang. Dan ternyata, dia membawa seorang anak. Anak itu seumuran dengan kalian. Dan dia pulang karena ingin membawa kakakmu pergi"

"Bi, sebenarnya siapa mama asli kakakku?" Ucapku penuh tanya.
"Nama kakakmu, kim hye joon. Kalian hanya berbeda lima belas menit"
"Kami kembar kan bi?"

" maaf telah membohongimu Hye shin" ucap bibi dengan rendah.
Aku terdiam sejenak, jika itu yang terjadi, bagaimana dengan ibuku?

"Lalu bagaimana dengan ibuku?"
"Ibu mu tentu tidak mengijinkan Hye joon dibawa pergi. Ibumu terdorong lalu jatuh. Namun dia tetap berdiri dan menyuruh il joong pergi. Akhirnya il joong pergi, mungkin dia tidak menyerah kata ibumu, dia kembali pada malam hari dan menculik Hye joon. Saat terbangun, ibumu baru menyadari kalau Hye joon menghilang. Dia mencarinya. Sampai hujan deras sekalipun dia tetap mencari Hye joon. Hingga ada yang menemukannya dipinggir jalan dengan tidak bernyawa. Hyu shin meninggal"

Aku hanya terpaku mendengar cerita bibi. Aku segera menuju kamarku.
Aku memandangi foto pemberian bibi cukup lama. Apa syndrom ini karna masa lalu itu? Apa yang aku lihat? Ya tuhan kembalikan ingatanku.
Meski hanya sebuah kertas berisi gambar, aku masih bersyukur ada foto ini. Entah kenapa air mataku tidak berhenti sejak tadi mendengarkan cerita bibi.



To be continue...

Maaf telat update karna authorni kebanyakan jalan2 😂

Hayoo apa yang terjadi pada hye shin ya klo dah tau bgini? Next? Vote komen dlu laaa...

Spoiler😂

"Saengil chukha hamnida... Saengil chukha hamnida...Hye shin!!!" Teriak Hanni.
Aku kaget mendengar teriakan Hann ni, bahkan hanya karena satu foto, aku lupa kalau hari ini aku berulang tahun

---------

"Maaf tidak memberitahumu, kata dokter, syndrommu..."

-----
" hyu wan?" Seseorang muncul dari belakang Hyu wan. Aku melepaskan pelukanku pada Hyu wan.

Spoilernya nih yaaa, no lebih laa ntr luber.... See you next episode and chapter 😘😂👈🏻

ANDROPHOBIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang