Just You and Me

Flashback (2)

"Adel!"

Seseorang memanggil namaku. Ia melongok dari kaca mobilnya yang tidak tertutup rapat dan mengurungkan niatku untuk memberhentikan taksi.

"Sendirian saja? Kau tidak pulang bersama Dani?"

"Kau menanyakan Dani? Dia mengantar Laura ke rumah ayahnya. Lagi pula aku memang ingin pulang sendiri," jawabku santai.

Aku berusaha bersikap sewajar mungkin meski aku tahu semuanya sia-sia belaka. Jorge pasti tahu masalah apa yang sedang terjadi di antara Dani dan aku.

Lalu tanpa kuduga, laki-laki berhidung mancung itu turun dari mobilnya dan berjalan memutari mobil. Ia membuka pintu penumpang di sebelahnya dan menyuruh--bahkan setengah memaksaku--untuk pulang bersamanya.

Sejenak aku ragu. Bukan rahasia pribadi lagi kalau Jorge menyukaiku. Sejak pertemuan kami secara tidak sengaja di sebuah danau di sirkuit Jerez, rupanya dia telah jatuh hati padaku. Dan sejujurnya, aku tidak merasa nyaman berada terlalu dekat dengannya.

"Nah, pakai sabuk pengamanmu. Lain kali kau harus memberitahu aku jika Dani tidak bisa mengantarmu pulang. Akhir-akhir ini tidak aman bagi seorang gadis pulang sendirian malam-malam begini, tahu?" ujar Jorge, membuatnya tampak seperti ikan kembung.

"Aku yang tidak mau diantar pulang 'kok," sergahku cepat seraya tertawa hambar. "Kau tidak berencana mampir ke suatu tempat, bukan?"

Jorge menggeleng pelan. "Tidak. Kenapa?"

"Bagus, karena aku ingin segera kembali ke hotel."

Kemudian aku memasang earphone dan memejamkan mata, membiarkan alunan dari setiap lirik lagu yang kudengarkan menghanyutkan pikiranku.

It's obvious you're meant for me.

Every piece of you, it just fits perfectly.

Every second, every thought I'm in so deep.

But I'll never show it on my face.

*

"Why can't you hold me in the paddock, why I can't kiss you on the pit lane.

I wish that it could be like that, why can't we be like that, 'cause I'm yours..."