Addiction: Chapter 2

45K 4.6K 83
                                    


Emma memerika jam ditangannya, mungkin untuk ke-15 kalinya di sore itu. 16.50, sekarang ia bisa membuktikan dengan bangga kalau bukan hanya kaum hawa saja yang menghabiskan waktu berjam-jam di kamar mandi, tapi juga kaum adam. Siapa lagi kalau bukan Nicholas?

"Apa kau sedang masturbasi atau melakukan sesuatu apapun di sana?" seru Emma, sambil mengetuk pintu kamar mandi Nicholas dengan tidak sabaran.

"Yeah, aku sedang masturbasi di dalam sini, dan rasanya sungguh luar biasa!" saut Nicholas dari dalam, berhasil membuat kedua alis Emma bertaut heran.

"Are you fucking serious?" tanya Emma memastikan.

"Of course not, Dummy." Nicholas tiba-tiba muncul dari balik pintu yang terbuka tanpa Emma sadari lebih dulu.

Sekarang gadis itu merasa bodoh karena ucapannya sendiri. "Kau terlalu lama di dalam sana, Nic. Kau membuatku berpikir untuk mendobrak pintu itu kalau kau tidak membalas setiap kalimatku."

Nicholas yang sedang berjalan menuju Frank, pelayan pribadi yang bertugas menyiapkan pakaiannya, menatap sekilas pada Emma sambil mengulum senyum. "Kalau begitu lain kali, aku tidak akan menyahuti semua ocehanmu agar kau masuk ke dalam sana dan—"

"Dan melihatmu telanjang, begitu? Maaf, aku tidak tertarik." Emma memotong kalimat Nicholas, sambil melempar pandangan ke luar teras kamar pria itu. Ia menghindari menatap Nicholas, karena pria itu entah mengapa mengeluarkan feromon yang luar biasa kuat saat hanya melilitkan handuk di pinggangnya, dan bertelanjang dada dengan tubuh yang setengah basah karena rambutnya belum kering sempurna.

"So, tell me, Em...kau punya tempat rekomendasi yang bagus untuk kita menikmati senja hari ini?"

Emma menoleh, mendapati Nicholas sedang mengancingkan kemeja pendeknya, dan hanya mengenakan boxer brief setelah sebelumnya mengenakan handuk. "Demi Tuhan, kenapa kau tidak memakai celanamu lebih dulu?" Emma menyilangkan tangannya di depan dada, sambil menggelengkan kepalanya.

"Kau tidak tergoda? Sayang sekali..." Nicholas berbicara dengan nada sedih yang dibuat-buat.

"Tergoda denganmu yang hanya mengenakan celana dalam? Jangan konyol, Nic. Pria bercelana dalam sudah banyak di ekspos di berbagai media, kau hidup di abad moderen," kata Emma sinis.

Nicholas terkikik. Ia baru saja memasukkan kaki kanannya ke celana jeansnya.

"By the way, Nic... kalau kau bertanya padaku tempat terbaik untuk melihat matahari terbenam, maka jawaban terbaik yang bisa kau dapatkan dari rakyat jelata sepertiku adalah London Eye."

Nicholas tampak menimang-nimang.

"Hari ini mereka buka sampai jam 21.00, tapi bisa kupastikan kalau tiketnya susah sekali di dapat."

Nicholas menyunggingkan senyumnya. "Tidak ada yang susah untuk anak presiden Amerika, Emma." Pria itu mengalihkan pandangannya pada Frank. "Urus semuanya."

Frank mengangguk kepalanya, kemudian keluar sambil membawa tumpukan baju yang dipakai Nicholas sebelum mandi.

Emma sadar ia membuka mulutnya terlalu lebar, tapi butuh beberapa detik untuk ia bisa merapatkan mulutnya lagi akibat mendengar ucapan Nicholas pada Frank. Tidak, ini bukan pertama kalinya ia mengawal orang-orang kaya yang berkedudukan di masyarakat. Tapi, ini pertama kalinya ia melihat langsung, bagaimana seorang dari kaum mereka menggunakan kekuasaannya dengan sekali ucap saja.

"Kau serius ingin ke sana? Mungkin kita bisa mencoba tempat lain yang tidak membutuhkan tiket." Emma berusaha membujuk Nicholas.

"Ada apa denganmu? Bukankah kau yang mengusulkan tempat itu padaku?"

AddictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang