Addiction: Chapter 3

41.3K 4.4K 135
                                    

Part ini kudedikasikan untuk daasa97 yang sudah bantuin aku cari cast~

"Nicholas honey, percayalah, kau adalah laki-laki terakhir di bumi yang ingin kunikahi." Emma tertawa kecil, sambil melepas ikatan rambutnya, lalu mengikatnya ulang sehingga lebih rapi. "Aku harap malam ini kau tidak memiliki agenda apapun karena aku ingin istirahat di kamar."

Nicholas tersenyum. "Aku tidak memiliki agenda apapun kecuali memeriksa ulang laporan yang dikirim pegawaiku," katanya. Emma mereka ulang adegan saat Nicholas menerima telepon ketika mereka masih berada di dalam kapsul London Eye. Wajah pria itu begitu serius saat menerima telepon itu, ia sempat berdoa untuk pria itu semoga bukan masalah yang serius, sampai-sampai waktu liburannya selama di sini menjadi terganggu. Emma tahu rasanya jika liburan tidak berlangsung baik seperti yang direncanakan; sangat menyebalkan, dan kau akan mengemis untuk waktu tambahan.

"Bahkan di Inggris bisa macet." Nicholas menggerutu, mobilnya hanya bisa maju beberapa putaran roda saja.

"Biasanya tidak begini. Mungkin terjadi sesuatu di depan sana, kau mau aku mengeceknya?" tanya Emma.

"Tidak. Kau cukup duduk manis di sampingku, biar pengawal lain yang melakukannya untukku. Katakan pada mereka." Nicholas memberi aba-aba agar Emma melakukan panggilan untuk seluruh pengawal melalui alat komunikasi di telinganya itu, dan Emma melakukannya. Tidak butuh waktu lama sampai salah satu dari mereka menjelaskan kalau ada kecelakaan di depan sana.

"Great," gerutu Nicholas. "Seharusnya aku tidak meninggalkan laptopku di kamar."

"Oh, Nicholas...siapa yang mengira akan begini? Lagipula orang macam apa yang membawa laptop saat akan berkunjung ke London Eye?" Emma menyahuti.

"Orang macam aku yang tidak ingin kehilangan ladang emas jutaan dollarnya."

"Ju-jutaan?"

"Jutaan." Nicholas mengulangi. "Kira-kira berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk membereskan kecelakaan di depan sana?" tanya Nicholas, ia mulai tidak sabaran.

"Agak lama—sepertinya," jawab Emma. Ia kelihatan ingin mengatakan sesuatu, tapi menahan diri.

"Kau sepertinya ada ide bagus." Nicholas menyadari gelagat Emma. "Katakan."

"Well, aku tahu beberapa jalan pintas di sini. Tapi, aku tidak yakin apakah kau rela membiarkan mobilmu yang mulus ini lecet di beberapa tempat."

***

"Semoga kau tidak memotong gajiku atas apa yang terjadi hari ini," ujar Emma, sambil meletakkan segelas teh susu hangat di nakas di samping kasur Nicholas, yang sedang duduk sambil meluruskan kakinya menghadap laptop yang bertengger di atas meja kecil di atas pahanya.

"Tentu saja tidak, Em. Kau pengemudi yang luar biasa. Tidak ada lecet di mobilku, tapi aku tidak tahu bagaimana dengan jantung Frank." Nicholas membubuhkan tawa geli di ujung kalimat, saat bayangan wajah Frank yang pucat pasi dan mulut yang megap-megap seperti ikan buru-buru meraup oksigen, terlintas lagi di benaknya.

"Cukup, Nic. Kau membuatku semakin merasa bersalah, aku sudah meminta maaf padanya tadi."

"Permintaan maaf roti bakar?"

"Kau melihatnya?"

"Yeah, aku melihat saat kau sedang memanggang roti di dapur. Kau terlalu serius sampai-sampai tidak menyadari kehadiranku yang mengawasimu hanya berjarak dua langkah dari balik punggungmu." Nicholas berbicara panjang lebar. "Aku jadi sedikit meragukanmu, bagaimana kalau kau tidak menyadari ada musuh di belakangmu saat sedang melindungiku?"

AddictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang