BIG FACT

597 13 3
                                    

Fanda Mengerjap mata terpesona. Sedangkan yang ditatap hanya tersenyum geli.

“Iya, Fanda ngapain disini?”

“Eh in – ini a - aku ngumpet bang” Ucap Fanda sambil menampilkan senyum malu – malunya.

“Kenapa ngumpet, hmm?” bola mata itu seolah membius lawannya hingga suara gedoran dan teriakan dari makhluk disana menganggu .

“Fanda, gue tahu lo di dalam. Keluar nggak. Abis lo sama gue!” Jerit Fandi dari luar, dan gedoran itu masih  keras untung pintu itu terbuat dari kayu jati, tebal dan susah untuk di dobrak.

“Kenapa ngumpet, hmm. Abang lagi ngajak bicara, Fanda” Jemari besar Adit meraup wajah mungil Fanda hingga tatapan mereka bersibobok.

Detik itu juga Fanda menelan ludah kasar. Dia dapat melihat pancaran mata tajam dan rahang mengeras menandakan menahan amarah.

Ini lah sifat Bang Adit yang belum kalian tahu, dia adalah orang yang selalu minta di nomor satukan. Dia akan menjadi pria yang arogan, Posesif dan dictator pada waktunya. Tapi itu hanya terlihat saat bersama ataupun menyangkut dengan Fanda.
Jujur saja, sebenarnya Fanda sedikit kesal diperlakukan seperti itu. Dia menjadi tidak bebas, tertekan.

Namun seimbang dengan segala perbuatan, tindakan, dan pemberian yang diberikan Bang Adit kepada Fanda. Bingung? Jelas.

“Fan- da-a “

“hmm” tuntut Bang Adit.

“DIAM FENDI” jerit Bang Adit marah karena dari tadi Fendi menggedor pintu.

“Ehm i - iya Bang. Adit cuman nyari Fanda di dalam apa enggak” ujar Fandi dibalik pintu.

“Ada apa Fendi?” Teriak Bang Adit namun matanya masih menatap tajam Fanda sehingga Fanda makin dilanda gugup.

“Gak jadi deh Bang”. Ucap Fendi keras, tetapi yang mendengarnya akan merasa bahwa dia sedang menahan keberaniannya karena takut Bang Adit mengamuk.

Mata hazel yang tajam. Kini mata itu menambah ketegasan di wajah Bang Adit yang bak dewa yunani. Rahang kokoh  yang kini mengeras, dan aura dingin yang menguar pekat di dekatnya, membuatku menemukan seseorang yang benar – benar berbeda.

Kalau sudah seperti ini. Aku merasa tak mengenalnya. Ia terlalu berbeda sekarang. Lebih tepatnya semenjak setahun yang lalu ketika Bang Adit pernah memergokiku sedang kencan dengan teman lelaki yang kebetulan sekelas denganku yang sudah lama mendekatiku namun saat itu kami pergi secara diam – diam.

Entah siapa yang memberi tahu Bang Adit. Waktu itu Bang Adit datang dan menarik paksaku pulang dan mengancam temen sekelasku agar tak mendekatiku.

Anehnya, besok pagi teman sekelasku menjauhiku dan 2 hari kemudian dia pindah.

Kabar itu cepat sekali tersebar hingga tidak ada satupun pria yang berani mendekatiku, ditambah Fendi yang selalu berada disampingku menjadi pengawal pribadiku.

Aku masih penasaran, kenapa kejadian itu tiba – tiba dan kenapa tidak ada satupun pria yang mendekatiku. Padahal aku juga ingin seperti yang lain mengenal cinta, makan bersama pacar, foto selfie trus upload di sosmed.

“Fanda” suara dingin itu mengintimidasi menyatakan bahwa dia sudah berada pada puncak kesabaran.

“Eh-ehm, tadi aku godain Fendi Bang. Ngatain dia koit, eh dia marah malah ngejar Fanda. Fanda panik jadi aku lari dan sembunyi dikamar Bang Adit karena aku pikir Bang Adit kerja.” Ujar Fanda dalam satu tarikan nafas.

Sorot mata yang awalnya menajam kini mulai melembut. Dan hawa yang dingin mencekam sekarang bagaikan bulu – bulu halus beruang terasa lembut dan hangat.

My Love My BodyGuardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang