- CHAPTER 1 - [The Orbis]

278 27 17
                                    


Selasa, 20 Oktober 2016

Teett..!!! Teett..!! Teett..!! Duaarrr!!

Aku terbangunkan oleh suara alarm peringatan tanda bahaya dan ledakkan besar yang entah dari mana datangnya. Seakan suara mengerikan itu dirasa belum cukup untuk membuat kami semua terbangun, para staff dan dewan guru bergegas membangunkan semua murid dengan cara paling menyebalkan yang pernah aku lihat.

"Ayo semua segera berlari ke ruang bawah tanah!!" teriak salah satu staff sekolah yang mendobrak pintu kamarku.

"Ada apa pak?" Tanya Diora dengan keadaan roh yang masih tergantung di alam bawah sadar. Entah bagaimana ia masih setengah sadar setelah ledakkan, alarm nyaring, dan teriakan itu... aku kurang paham.

"Jangan banyak tanya! Terlambat sedikit, kalian mati!" gerutu staff itu, sebelum ia beralih ke kamar lainnya.

Mendengar ucapan staff itu, Diora terbangun sepenuhnya. Begitu juga aku, setelah mendengar kata 'mati', wajar saja kalau jantungmu berdetak tiga kali lebih cepat, dan membuatmu panik seketika. (Mungkin aku yang paling bangun saat itu).

Aku menyambar sepatu, menaruh pisau lipat serbaguna di saku, lalu segera berlari menuju ruangan bawah tanah, Diora mengekor di belakangku. Baru beberapa langkah dari pintu kamar, aku baru sadar akan sesuatu yang lebih penting lagi. Kutarik tangan Diora kembali ke kamar, tanpa mengurangi kecepatan berlariku.

"Apa-apaan, Dylan! Kau dengar kata staff tadi, kalau kita terlambat, kita akan mati! Lepaskan aku!" Diora berusaha menghempaskan tanganku.

Aku menyeret Diora kembali ke kamar, tanganku menunjuk matras tipis asrama."Lihat! Kau hampir saja meninggalkan Badak Sumatra kita!"

Kalau Diora tadi luar biasa terlambat bangun, yang ini mungkin sudah di level lebih atas lagi. Seakan-akan tidak terjadi apapun, Syra masih tertidur pulas dengan dengkurannya yang mirip setan di neraka jahannam.

"azzz..dasar anak ini. Hei syra sampai kapan kau mau tidur?bangunn!!" teriak diora sambil menguncang-guncangkan badannya.

"Jangan ganggu aku... pergi..." Syra menggumam tak acuh, membuat wajah Diora merah padam seketika.

Melihat keadaan itu aku pun langsung menepuk pundak diora. "Mending pake cara paksa aja, deh."

Diora segera mengangkat badan raksasa Syra ke atas punggungnya. Alih-alih menggendong manusia, dia tidak peduli akan tatakrama dan memperlakukan Syra seperti karung beras di pasar tradisional.

"Apa yang kau lakukan?! Lepaskan aku, dasar muka mesum!" teriak Syra sambil meronta-ronta.

"Diam! Kau kira siapa yang ingin mengangkat seekor badak sepertimu!" jawab Diora yang berusaha berlari.

"Turunkan, kubilang, TURUNKAN! Aku bahkan bisa berlari lebih cepat darimu!"

Karena tak tahan dengan ocehan Syra, dia langsung menjatuhkan beban penghambat itu dengan tetap berlari, tidak peduli meski ia menjatuhkan Syra dengan bokong membentur marmerter lebih dahulu.

"Aduuhh..!! Dasar gila! Lihat saja nanti akan kubalas kau!!" jawab Syra sambil menahan sakitnya benturan pada bokongnya.

"Hei kau ! Minggir..!!"

Belum sempat Syra menoleh ke arah datangnya suara tersebut, tiba-tiba seorang gadis yang tengah berlari dari arah belakang, dan penuh keyakinan melesat cepat sehingga kakinya menginjak kepala syra dengan tetap berlari.

Special ForceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang