-Chapter 2- [Petualang]

175 21 4
                                    


Dimana aku..?? Tempat apa ini..??

Aku terbangun, kepalaku terasa sangat sakit. Namun sakitnya terkalahkan dengan kejutan yang diberikan oleh mataku. Dimana ini? Semua terlihat seperti ruang hampa berwarna putih. Mungkin hanya aku yang berada disini. Aku mencoba untuk tidak panik dan berusaha berdiri, mengingat kejadian disaat-saat terakhir sebelum aku sampai di tempat ini. Yaa.. ini semua disebabkan oleh kejadian itu.

Tiba-tiba sesuatu membentur kepalaku. "Aduuhh..!! Apalagi ini!?" kesalku sesaat setelah aku sadar bahwa sesuatu yang mengenai kepalaku tadi adalah sebuah kalung. Aku mengambilnya dan memperhatikanya secara mendetail bak seorang detektif. Kalung ini memiliki bentuk seperti kristal yang berwarna hitam dengan kelopak bunga dibawahnya."Hei?? Apakah ada orang?? Aku menemukan sebuah kalung!. Jika ada yang merasa kehilangan kemarilah.!!" Teriakku sekeras mungkin berharap ada yang muncul. Namun tiada jawaban yang datang. Berkali-kali aku mencobanya namun terlihat sia-sia. Berjalan kesana kemari tanpa arah berharap menemukan sesuatu yang tak pasti. Disaat aku hampir putus asa, tiba-tiba kalung itu memancarkan sinar nya.

"Dylan..!!"

Aku memperhatikan perubahan warna dari kalung itu.

"Heeii Dylaan..!!"

Kristal ini terlihat begitu indah saat bersinar. Aku mencoba menyetuhnya, dan saat jariku hampir mengenai Kristal itu..

Byurrr..!!!

"Huaa ampun-ampun aku hanya ingin menyetuhnya..!!"

Tiba-tiba air yang terasa amat sangat dingin membasahi wajahku.

"Apa yang ingin kau sentuh? Apa kau bermimpi yang aneh-aneh lagi Dylan?" ucap Diora diikuti dengan tangannya yang menepuk-nepuk pundakku.

"Diora! Mengapa kau ada di sini?" tanyaku heran.

"Seharusnya yang kau tanyakan itu ada dimana kita sekarang" gerutu Diora.

Mendengar perkataan Diora akupun mencoba melihat ke sekeliling area dimana aku dan Diora berada. Ini terlihat seperti kami berada di tengah-tengah hutan belantara. Pohon-pohon besar menjulang tinggi seperti akan menggapai langit. Akar besar dari pohon-pohon ini berkeliaran diatas permukaan tanah. Jalan setapak tidak terlihat untuk saat ini.

"Pukul berapa sekarang Diora?" Tanyaku kepada Diora yang terlihat sedang mengawasi sesuatu.

"Aku tak tahu Dylan. Tapi satu hal yang aku tahu, sepertinya kita berada dalam bahaya." Ucap Diora yang secara tiba-tiba mengambil sebuah kayu panjang dan diayunkan ke arahku. "Awas Dylan..!!" Teriaknya.

Dengan reflek aku menghindar dan mencoba untuk melihat apa yang dilakukan Diora. "Heii..!! berhentilah bermain-ma-" Aku tak sempat menyelesaikan kata-kataku, karena apa yang ada di depan mataku sekarang adalah sesuatu yang mengejutkan. "Zombiiee..!!" Teriakku sambil menarik Diora menjauh dari zombie itu.

Zombie itu hampir saja menggigitku , zombie adalah istilah yang digunakan untuk mayat hidup dalam film horor ataupun film fantasi. Zombie digambarkan sebagai mayat yang tidak berpikiran dan bernafsu memangsa manusia, khususnya otak manusia yang dijadikan target santapan utamanya. Namun gerakanya sangat lambat untuk seorang zombie biasa.

Serangan Diora tadi mengenai zombie itu dengan menusukkan kayu yang diambilnya ke dada kanan zombie itu. Namun, terlihat bahwa zombie itu masih mampu bergerak dan berjalan ke arah kami.

Aku berpikir untuk mengajak Diora lari dari pada harus melawan monster seperti itu. Namun sepertinya Api telah dinyalakan. Aku mencoba berpikir mencari cara untuk membantu Diora."Hei Diora, sepertinya aku tahu kelemahan dari zombie ini" Ucapku dengan sedikit percaya diri.

Special ForceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang