32.

6.8K 563 196
                                    

Taeyong kini duduk di bangku menunggu jemputan dimana ia menemukan Irene disana. Suara arus air di sungai Han mengalihkan pikirannya melayang jauh ke masa masa dimana ia dan Irene masih berpacaran.

Masa indah itu telah berlalu, perpisahan mereka bukan terjadi karena saling membenci. Tapi karena sebuah tuntutan profesi yang pada akhirnya Taeyong memutuskan untuk mengakhiri hubungannya. Jujur, hingga detik inipun rasa sayang kepada Irene masih ada. Tapi Taeyong menyadari ia tak bisa lagi menjaga Irene di hatinya, ia harus melepas gadis itu untuk orang lain. Dan untunglah lelaki itu sangatlah Taeyong kenal, lelaki baik yang menjadi panutannya di agensi, Oh Sehun.

Membiarkannya hidup bersama adalah cara Taeyong mencintai Irene. Miris memang, tapi jika kenyatannya Irene bahagia hidup bersama Sehun, Taeyong ikhlas. Bukan lagi memikirkan tentang bagaimana sulitnya ia merasakan kehilangan tapi tentang bagaimana cara ia bisa melihat Irene bahagia, itulah yang terpenting saat ini.

"Dia harus bahagia melebihi hidupku...," Taeyong berkata pada diri sendiri dan tersenyum meski senyuman itu pahit.

Taeyong berdiri, ia meraih satu kerikil kecil tak jauh dari letak posisi kakinya dan melempar kerikil itu jauh ke dalam sungai Han.

Begitulah arti cinta dan perpisahan. Bukan tentang siapa yang kita kenal paling lama, yang datang pertama, atau yang paling perhatian. Tapi tentang siapa yang datang dan tidak pergi, mereka yang akan bersama.

----

"Yejin?"

Sehun langsung kehilangan moodnya untuk meneruskan kemesraannya berdua dengan Irene. Lelaki itu menghindari tatapan menyelidik Irene dengan gelisah, sementara ponselnya masih terus berdering. Rupanya disana Yejin benar benar ingin Sehun mengangkat teleponnya.

"Angkatlah!,"perintah Irene meski hatinya juga sedikit kesal.

Sehun menatap pada layar ponselnya, kemudian beralih menatap Irene untuk meyakinkan jika gadis itu mengijinkannya bicara pada Yejin.

"Yeobseo..," kata Sehun lirih.

"Kenapa lama sekali kau mengangkat teleponku?,"suara Yejin terdengar samar di telinga Irene yang masih berdiri di hadapan Sehun.

"Ah maaf, aku sedang ada acara. Ada sesuatu?" Sehun bertanya namun matanya tak lepas menatap Irene, satu tangannya yang bebaspun masih melingkar di pinggang mungil gadis itu.

"Kudengar kau bertunangan dengan Irene, selamat. Kenapa tidak memberiku kabar bahagia ini?Aku sudah mengetahui hubungan kalian sejak awal."

Sehun bingung harus menjawab apa, ia juga takut karena Irene terus menatapnya dengan satu alisnya yang naik ke atas, sadis.

"Terima kasih, kupikir kau tak harus mengetahuinya, dan maaf jika aku tak bisa mengundangmu, aku menjaga perasan kalian masing masing."

Dari seberang sana terdengar Yejin tertawa,"Sehun...ada yang datang dan ada yang pergi, tapi yang telah pergi bukan berarti sudah tak ada. Kau tak perlu sungkan, aku juga tidak begitu membenci Irene. Jika dia yang memang kau suka, kenapa tidak?"

"Syukurlah jika kau mengerti..."

"Baiklah, aku hanya ingin mengucapkan selamat pada kalian. Aku hanya mengingatkan, jangan perlakukan Irene seperti kau memperlakukanku. Bukan barang barang mahal yang ingin dia dapatkan, tapi kehadiranmu di sisinya. Sampaikan salamku untuknya."

Cinderella with Melon First KissTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang