Bab 4

12K 676 146
                                    

"Radian!" seru seseorang mengalihkan semua yang berada disana. "Kamu gak papa, Rad?" ucap wanita yang baru saja datang menghapiri Radian.

Dara melangkah tersingkir ketika wanita itu datang. Perasaannya tidak enak ketika melihat wanita itu menyentuh wajah dan bagian tubuh laki-laki bernama Radian itu untuk melihat kondisinya.

"Aku gak papa sayang, mereka gak sampe ngelukain aku," jawab Radian hangat, menahan tangan wanita itu agar berhenti melihat-lihat wajahnya.

"Tadi, orang-orang bilang kamu lagi di hajar orang di parkiran. Siapa mereka, Rad? Kamu punya masalah sama siapa?"

"Gak ada kok, Nath. Masalahnya juga udah kelar. Gak usah khawatir," jawab Radian mengacak sayang rambut wanita bernama Nathalia itu.

"Kunci mobil lo mana?" Semua orang menatap Bian ketika tiba-tiba Bian menepuk David dan menodongnya agar memberikan kunci mobilnya.

"Hah? Buat apa?" tanya David bingung. Ia mengeluarkan kunci mobil di sakunya.

"Gue pinjem. Lo pake motor gue aja," ucap Bian kemudian menyerahkan kunci motornya setelah merampas kunci mobil David.

"Ayo pulang," tak kalah terkejut ketika Bian tiba-tiba narik tangan Dara.

Dara yang masih terkejut langsung mengikuti Bian melangkah ke arah mobil David, di ikuti oleh Aida.

"Apaan, sih. Siapa yang mau pulang bareng lo?" Dara menghentakkan tangannya, menatap kesal Bian. Kenapa laki-laki ini selalu membuatnya kesal. Dia selalu bertindak sesukanya.

"Kalian cepet banget sih jalannya," ucap Aida ngos-ngosan yang baru sampai.

"Suruh temen lo naik, gue anter pulang," ucap Bian dingin, kemudian ia masuk ke dalam mobil.

"Gue gak mau!" Dara menatap kesal Aida, bahkan sebelum Aida berbicara.

Sedangkan di dalam Bian sudah merasa bosan melihat kedua gadis itu kini beradu mulut diluar. Bian keluar dari mobil, "Jadi mau naik atau tidak?" tanyanya.

"Tidak akan!"

"Mau," jawab dua gadis itu bersamaan.

Bian menatap dingin Dara. "Gue tau lo sakit kan? Dan gue tau sakit lo gara-gara semalam kecebur kolam renang. Jangan mikir yang aneh-aneh, gue cuma mau tanggung jawab," Bian masih mencoba bersabar.

"Gue gak butuh pertanggung jawaban lo!" jawab Dara ketus.

"Keras kepala banget jadi cewe. Terserah lo ajalah, kalo gak mau yaudah." Bian menyerah, ia masuk ke dalam mobil dan menyalakannya.

"Kenapa lo liat gue kaya gitu?" tanya Dara ketika Aida menatapnya cemberut. "Buruan pulang, kepala gue makin sakit kalo udah berhubungan sama itu cowok!" Dara menarik tangan Aida dari parkiran.

15 menit berlalu, mereka berdua masih berada di tepi jalan dekat kampus, tidak ada taksi yang melewat. Beberapa kali Aida mencoba menghubungi Cello pun tidak ada jawaban.

"Seharusnya tadi lo terima ajakan kak Bian. Liat tuh muka lo pucet gitu. Kalo tadi lo terima, lo udah tiduran di rumah sekarang."

"Berisik! Gue pusing!" Dara mengernyit karena silau. Cuaca cerah hari ini membuat matahari di sore hari masih terasa menyengat. Beberapa kali ia mengerjapkan matanya. Hingga akhirnya tubuh itu tumbang. Pandangannya menggelap, kedua kakinya lemas. Pendengarannya perlahan menghilang.

Biandra (Love Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang