Bab 2

15K 789 74
                                    

Flashback

Bian menolehkan kepalanya ketika pintu kamarnya terbuka. Dua orang muncul dari luar. Kerutan di dahinya tampak, ketika melihat salah satu dari keduanya tampak babak belur. Sedang yang satu lagi tetap stay cool dengan wajah dinginnya.

Menarik bokongnya dari kusen jendela, Bian menghampiri keduanya yang masuk nyelonong ke ruang pribadinya.

"Bisa ketuk pintu dulu?" ucap Bian sarkas.

Dua temannya tidak peduli. Bahkan salah satunya dengan lancang menghempaskan tubuhnya di tempat tidur Bian. Membuat Bian melihat tidak suka.

"Kenapa lo? Cari masalah lagi?" tanya Bian seraya menarik tangan temannya yang tiduran di kasurnya.

"Bi, biarin gue tiduran bentar kek. Cape nih habis hajar orang," jawab David, temannya yang tiduran.

Sedang Radian temannya yang satu lagi, menghempaskan tubuhnya di sofa. Mencari posisi nyaman, memejamkan matanya tak peduli dengan percakapan kedua temannya.

"Bangun atau keluar dari kamar gue?" ucap Bian dingin. Membuat David langsung bangun dan duduk di sofa lainnya.

"Galak banget kaya emak-emak. Temen lagi susah bukannya bantuin. Tanya ke gue kenapa gitu, gak ada peduli-pedulinya sama temen sendiri. Pake acara gue gak boleh tiduran di tempat tidur lo lagi. Sedang lo kalo ke rumah gue bisa tidur dimanapun lo suka. Gak adil lo, Bi!" cerocos David ketus.

Menarik salah satu bantal, Bian melemparkannya pada muka David. "Berisik! Jangan bikin gue tambah bete!"

"Oh, jadi lo lagi bete nih ceritanya? Iyalah lampiasin aja lampiasin ke gue. Gue mah gak papa di jadiin bahan pelampiasan sama lo, Bi. Tapi, —"

"Berisik bego!" Kali ini bantal lainnya melayang dari tangan yang lain.

David mengalihkan pandangannya pada Radian yang melemparkan bantal kedua. "Lo, lo pada kenapa sih? Benci lo sama gue!" David memasang wajah polosnya yang menyebalkan.

Bian berjalan ke arah pintu dan membukanya. "Pintu keluarnya disebelah sini!" ucapnya datar.

"Hehe, iya, iya gue diem nih diem. Jangan usir gue ya, Bi? Gue kesini mau minta bantuan lo,"

Bian kembali menutup pintu kamarnya. Lalu berjalan ke tempat tidurnya. "Dateng-dateng ngerepotin," sinis Bian.

Kebiasaan mereka itu, bukan mereka sih. Hanya David. Dia selalu buat masalah yang tidak bisa di selesaikan oleh dirinya sendiri. Alhasil selalu Bian dan Radian yang akan turun tangan untuk menyelesaikan masalah yang di buat David , temannya yang tidak berguna itu.

Entah kenapa dulu Bian mau menerima berteman dengannya. Satu-satunya yang berguna dari David itu ya uangnya. Karena dia lahir dari keluarga berada. Bukan berarti Bian berasal dari keluarga biasa. Diapun lahir dari keluarga berada begitu juga Radian. Hanya saja kadang ada sesuatu yang tidak bisa di tangani uang Bian, dan cuma bisa di selesaikan dengan uang David.

Perbedaannya Bian dan Radian menerima uang jajan yang di berikan kedua orangtuanya. Sedang David tak istilahnya uang jajan, dia bisa menggunakan uang kedua orangtuanya kapanpun dan seberapa banyakpun. Karena David tinggal di Indonesia sendiri, kedua orangtuanya di luar negeri mengurus bisnis mereka disana. Anggap saja uang itu pengganti rasa kasih sayang kedua orangtuanya. Kasihan memang, karna sebenarnya bagaimanapun juga kasih sayang tak bisa di beli dengan uang bukan?

Dan inilah akibatnya. David si anak malang yang selalu cari masalah demi mendapat perhatian orang lain.

"Yaelah, Bi. Bantuin gue sekali ini ke. Bantuin kita berdua," ucap David memelas.

Biandra (Love Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang