1. BROKEN

403 26 25
                                    

b r o k e n
🔥








---

Untuk yang suka mengeluh soal broken heart yang sering menyakitkan... tolong ingat satu hal; kalau broken home, lebih menyakitkan ketimbang broken dalam hal apapun.

---

KASHA berjalan dengan mengendap-endap menuju kamarnya yang ada di lantai dua agar tak ada yang mengetahui kepulangannya. Sehabis tawuran tadi, Kasha menghabiskan waktu di sanggar lukis miliknya untuk beradu basket dengan salah satu tutor melukis di sana. Terlalu keasyikan, Kasha sampai pulang pada pukul sebelas malam.

Dia bukannya takut akan dimarahi. Tidak sama sekali. Hidupnya sudah seperti tak memiliki aturan semenjak dua tahun yang lalu semenjak kematian ibunya. Papanya memang masih hidup dan masih tinggal bersamanya tapi dia lebih sibuk bersama pekerjaan serta istri dan anak tirinya.

Kasha hanya tidak ingin dia emosi ketika sang papa memarahinya. Badannya cukup lelah, emosinya sangat tidak stabil, gampang meledak. Sedangkan perang mulut saja akan menguras tenaga. Jadi, Kasha putuskan untuk menjadi 'maling' malam ini.

Rumah sudah sepi, gelap, layaknya tak berpenghuni. Kasha sedikit bersyukur, mungkin seisi rumah sudah tertidur pulas. Tersenyum tipis, Kasha mulai menaiki anak tangga menuju kamarnya. Tapi tetap saja Kasha harus pelan-pelan agar tak ada yang terbangun.

Baru saja dua anak tangga berhasil dilewatinya, lampu yang semula mati kini malah menyala dengan sangat terang. Terlalu tiba-tiba sampai Kasha menutup matanya karena silau.

"Inget rumah?" itu suara Rahardian Debratista, ayah kandungnya.

Kasha memutar tubuhnya malas, masih berdiri di anak tangga nomor dua. Di sana, di sofa yang jaraknya tujuh meter dari tempatnya berdiri, Rahardian duduk dengan tenang dengan tangan yang terlipat.

"Hm," jawab Kasha pendek, ogah-ogahan.

"Papa kira kamu mau jadi anak jalanan, Kas."

"Kasha kira Papa gak usah sok perhatian sama Kasha, Pa," tegas Kasha, mengikuti cara Rahardian bicara.

Rahang Rahardian mengeras. Dia segera berdiri lalu mendekati Kasha. "Kamu jangan kurang ajar jadi anak!"

"Mendingan Papa urusin kerjaan sama istri baru," Kasha terkekeh geli. "Oh, jangan lupa. Anak baru yang paling disayang dan dimanja juga jangan lupa buat diperhatiin. Kan dia udah lama tuh gak punya ayah. Biar dia ngerasain lagi enaknya punya papa."

Tangan Rahardian mengepal.

"Walaupun..." Kasha menggantung sekitar lima detik, "Papa baru itu bisa dia dapetin karena mamanya memang pandai."

"Apa maksud ucapan kamu?! Jaga ucapannya!"

Kasha terkekeh geli saat dia melihat ekspresi ayahnya yang sangat kentara menahan emosi. Bukannya mau kurang ajar, tapi memainkan emosi ayahnya kini sudah menjadi hobinya. Semenjak ibunya meninggal karena terlalu stres memikirkan papanya.

"Hana udah mati belom?"

"Jaga ucapan kamu, Kasha!" bentak Rahardian. Dia menatap Kasha dengan tajam. "Papa gak pernah ya ngajarin kamu buat ngomong kasar kayak gitu—"

Crush [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang