WYSM*2

1.5K 167 12
                                    

"Vanessa Kau dimana?" Lelaki itu mondar mandiri tak tenang diRumahnya.

'HAH?'' Theo menggeram Pelan.

"KAU DIMANA HAH?"Bentak Theo. Vannesa terdiam. Tak ada Jawaban. Hanya kedengaran Dentuman Musik yang membuat Theo yakin jika Vanessa sedang diClub.

"Keluar dari sana sekarang! Sembunyi dimana saja dan Kirim alamatnya padaku!" Perintah Pria itu.

"banyak Bodyguard Disini Theo" Jawab Vanessa dari seberang sana. kali ini suaranya terdengar Jelas. Mungkin sudah ketempat yang lebih tenang.

"JANGAN MEMBODOHIKU SIALAN! KAU MELARIKAN DIRI LAGI!" Bentak Theo. Pria itu tak habis pikir dengan Vanessa . Bagaimana mungkin Gadis itu melarikan diri Tanpa pengawalan Apapun. Apakah dia tak pernah sadar jika banyak yang mengincar Tubuh dan nyawanya!? Oh Harus Theo Akui, Gadis itu mempunyai bentuk tubuh yang diingini setiap Wanita.

"Iya maaf maaf .. ada apa sebenarnya?"tanya Vanessa. Theo menghela napas berat.

"Dengar Vanessa. katakan saja dimana kamu! Dan aku akan menjemputmu sebelum orang orang sialan itu datang" Jelas Theo penuh penekanan.

"Oh"Vanessa memekik membuat Theo Waspada. Pria itu bersiap mengambil perlengkapannya. Handgund .

"Sepertinya Kau Terlambat Theo. Mereka datang" Klik.

"Sial" Theo menggeram. Great! Ia akan membunuh perempuan itu!

Situasi seperti ini memang sudah biasa. Jika Yang lalu lalu tak pernah Ia khawatirkan sedikitpun , maka kali ini tidak.  gadis itu sedang tanpa pengawalan.

Jika saja pesan Sialan itu tidak Muncul mungkin Theo sedang tidur saat ini.

Pria itu mengacak acak rambutnya Frustasi.

Mengambil ponselnya.
"CARI VANESSA DISELURUH CLUB YANG SERING IA DATANGI!"

***
*
***

Vanessa mengangguk pelan pada temannya. Meminta sebuah Kunci Untuk salah satu Kamar yang Ada diclub itu.

Gadis itu memasuki salah satu ruangan dengan tergesa gesa.

"Dengar Vanessa. katakan saja dimana kamu! Dan aku akan menjemputmu sebelum orang orang sialan itu datang" Jelas Theo penuh penekanan. Vanessa memutar Matanya Bosan sambil mendudukan dirinya ditepi Ranjang.

Jika saja Hubungan Mereka tak seribet ini, mungkin Vanessa akan Menganggap Theo mengkhawatirkannya.

"Oh" Vanessa menatap Seorang pria yang tiba tiba muncul dihadapannya.

Vanessa tersenyum Tipis lalu berdiri. Lelaki itu juga.

"Sepertinya Kau terlambat Theo. Mereka datang" Klik . Gadis itu memutuskan sambungannya.

ia melirik kebelakang Pria itu, dimana Para Pria dan wanita dengan Pakaian yang err berjejer rapi dibelakangnya.

"Siapa?" Tanya Vanessa dengan Raut wajah yang sungguh Polos.

"Jerry Shaider" Ucap Pria itu. Vanessa mengangguk angguk mengerti.

"Senang berkenalan denganmu. Nama belakangmu agak Familiar" Pria itu tersenyum.

"Tentu saja Vanessa Launct. Kita pernah bertemu sebelumnya " pria itu semakin mendekatkan dirinya kearah Vanessa. Berusaha menghimpit Gadis itu.

Vanessa tersenyum. Gadis itu bahkan melingkarkan tangannya dileher Jerry.

"Bisakah pengawalmu itu pergi saja. Mereka mengganggu" Ucap gadis itu dengan Raut Wajah dibuat Buat. Jerry yang tidak menyadari hal itu mengangguk. Mengisyaratkan Pengawalnya untuk pergi lalu dengan Berani melingkarkan Tangannya dipinggang Vanessa.

"Aku tidak Menyangka Anak dari musuh Ayahku Seperti secantik dirimu. Kau tau? Jika tau kau secantik ini, aku tidak akan membawa pengawal sebanyak itu. Kukira kau sangatlah menakutkan, nyatanya Kau begitu menawan" Ia melancarkan Rayuannya pada Vanessa. Vanessa tersenyum.

"Kurasa Keputusanmu membawa pengawal adalah Keputusan yang bagus." Entah sejak Kapan Keduanya sudah berada didekat pintu.

Lelaki itu terkekeh. Ia memiringkan Wajahnya Berusaha mencium Vanessa.

Brak.

Dengan Kakinya, Vanessa menutup pintu itu dengan Sekali tendang membuat Pria itu kaget.

Vanessa tersenyum setan.
"Kenapa Hm?" Gadis itu menurunkan Tangannya. Meraih dasi pria itu dengan Gerakan Lembut lalu menariknya dengan Kencang.

"Keputusanmu menghadapi Aku sendirian adalah keputusan Terbodoh yang pernah Kau lakukan"

Plak.

Hanya tamparan Lemah yang membuat pria itu berdecih.
"Cih."

Plak Bugh bugh bugh

"ARGGGHHHHH" Vanessa meringis saat Pria itu berteriak.

"Maafkan aku" Gadis itu menunduk menyesal.

"ARGH.. JUNIORKU-" Vanessa meringis Lagi. Ia tidak menyangka 1 tamparan, 2 Pukulan pada Wajah, 1 tonjokan diperut dan 1 tendangan di err 'itu'nya akan membuat pria kesakitan seperti ini.

Biasanya ia perlu mengeluarkan tenaga ekstra untuk menghadapi pria pria yang sepaket dengan lelaki ini.

Brak

Vanessa yang sedang menatap pria itu dengan kasihan dikagetkan oleh pintu yang didobrak dengan Kasar itu.

"Theo" Vanessa melambaikan tangannya dengan Riang.

Theo yang melihat itu semakin Geram. Ditambah lagi demgan pakain kekurangan bahan yang dipakai gadis itu membuatnya bertambah Emosi.
Pria itu menghampiri Vanessa dengan Marah. Menarik tangan gadis itu dengan sekali hentakan.

"APA YANG KAU LAKUKAN DISINI HAH?!" Bentaknya membuat Vanessa terdiam. Gadis itu hanya melirik kearah Jerry yang Masih meringis membuat Theo ikut meliriknya.

"A-apa? Aku tidak melakukan apa apa padanya. Argh. Junio--" bugh.

Theo menendang pria itu hingga terhempas.

"Jangan pernah mengganggunya lagi" tekannya lalu menarik Vanessa mengikuti langkahnya.

Vanessa mengeryit bingung saat melihat pengawal Jerry yang tak sadarkan diri.

"Kau melawan mereka semua?" Tanya Vanessa. Gadis itu masih berusaha mengimbangi Langkah Lebar Theo.

"Kau pikir!?" Jawab Pria itu Ketus.

Vanessa terdiam lagi.

"Maaf membuatmu Khawatir" Ucapnya sesal.

"SIAPA YANG MENGKHAWATIRKANMU HAH? BERHENTILAH MEMBUATKU SIBUK DENGAN URUSANMU YANG TIDAK JELAS ITU!" Bentaknya sambil menghempaskan Tangan Vanessa dengan Kasar.

"Aku sibuk Van. Jangan membuatku tambah sibuk dengan urusanmu" Ucapnya Lagi. Vanessa menunduk, menggigit bibir bawahnya.

"Maaf. Lain kali aku akan dirumah saja" ucapnya Pelan lalu berjalan mendahului Theo.

Theo mengacak acak rambutnya Frustasi.

Selalu dan selalu saja begini.

**

When You See Me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang