WYSM*5

1.4K 174 11
                                    


Kamu tau hal yang paling menyesakan? Banyak kan? Tapi bagaimana rasanya saat kamu ingin menangis tapi tak mampu hingga terasa menyesakan, ingin mengeluarkan suara tapi terasa tercekat? Untuk seorang Vanessa, Itu terasa menyakitkan. Sayangnya mungkin dia kebal. Terlalu menyesakan disisi Theo, tapi untuk melepaskannya dia pun tak mampu.

"Mau kemana?" Tanya Vanessa saat Melihat pria itu mengancingkan Baju kemeja hitamnya.

Saat ini, Ia sedang berada dirumah pribadi Theo. Keluar masuk rumah itu biasa untuknya mengingat statusnya sebagai tunangan Theo.

"Bertemu kakek" ucap Theo singkat.

"Mau merayu Kakek?" Vanessa menatap Theo yang menoleh kearahnya.

"Hm" gumam Theo. Vanessa tersenyum. "Berusahalah" Gadis itu memberi semangat.

Berusahalah hingga Kiamat sekalipun! Pertunangan itu takkan batal jika tanpa persetujuannya. Pertunangan itu akan itu akan batal jika suatu saat Nanti Vanessa sendiri yang meminta.

"Bantu Aku Van! Please" ucap Theo memohon. Vanessa hanya mengangguk penuh pengertian.

Bukan sekali dua kali, Theo berulang kali memohon.

"Ini sudah berjalan 3 tahun Theo. Kan kau tau sendiri, tidak ada gunanya" Vanessa menghela napas. Berusaha menyadarkan pria itu jika apa yang ia lakukan tak berguna. Mau memohon hingga berlutut sekalipun tak akan bisa mengoyahkan prinsip kakek tua itu. Apalagi jika itu menyangkut Janji.

"Maka dari itu Van. Kita tidak mungkin terus terperangkap dalam pertunangan ini kan?" Theo menatap Sendu kearah Vanessa. Gadis itu tetap Tenang seperti pertama kali masuk kerumah ini.

"Kenapa tidak mencoba menerima saja? Kau tau sendiri menolak pun tak berguna" Gumam Vanessa pelan. Tapi masih dapat didengar oleh Theo.

Kamu tau Theo? Ada pengharapan disana.

Pria itu berdehem.
"Dengar ya. Meskipun tampangku seperti ini, aku tetap ingin bahagia dengan wanita yang aku cintai" Perkataannya dengan raut tanpa dosa itu sukses menghantam Vanessa.

Aku tetap ingin bahagia dengan gadis yang aku cintai!? Damn! Kode besar jika Theo tidak mencintainya.

Gadis itu berdehem sesaat lalu terkekeh perlahan.

"Benar juga ya.. wajah dan sikap terkadang tak sejalan" ucapnya membuat Theo mengangguk membenarkan.

Tiba tiba Theo memegang perutnya yang berbunyi. Vanessa menatapnya. Pria itu tertawa.

"Lapar" Cengirnya malu sambil menggaruk tenguknya yang tidak gatal.

Vanesa melebarkan senyumnya.
"Kau ini! Sejak kapan kau tidak makan?" Tanyanya sedikit menggerutu.

Tapi senyum bahagia tak mampu ia tahan, meskipun Theo belum mencintainya. Ia bahagia bisa menyiapkan makanan untuk orang yang ia cintai itu.

**

"Hei, makanan sudah siap." Panggil Vanessa. Theo menoleh kearahnya lalu mengangguk.

"Thank you,Van." Ucapnya. Vanessa tak menjawab.

Bagi perempuan itu, memasak adalah tanggung jawabnya. Dan kata terima kasih, baginya tak perlu diucapkan.

"Enak." Komentarnya saat mencicipi makanan yang dimasak Vanessa.

Ini sudah kesekian kalinya Theo memakan masakan Vanessa, Tapi rasanya Kata Enak saja tak cukuo menggambarkan bagaimana Lezatnya makanan itu. Harus Theo Akui, tak hanya Cantik, Vanessa sangat pintar memasak.

"Aku tau."sahut Vanessa pelan. Gadis itu masih kenyang, sehingga ia hanya menemani Theo.

"Habis Ini mau kemana lagi?" Tanyanya disela sela makan Theo.

"Selesai Bertemu kakek, mungkin hanya dikantor saja." sahut Theo sambil menyesap Kopi pahitnya.

"Bagaimana perkembangan Launct Company Van?" Tanya Theo.

Vanessa mengendikkan bahunya tak peduli. Bukannya tidak perduli pada perusahaan yang menjadi tanggung jawabnya itu, hanya saja sebagai pewaris utama, Vanessa lebih suka memperhatikan dari luar. Sesekali saja Ia akan kesana untuk memantau perkembangan Perusahaan yang bergerak dibidang Keamanan dan perlindungan itu, semacam menyewa Agent untuk menjaga Client. Ia tidak terlalu suka pada hal hal seperti itu.

"Kau ini! Kau seharusnya menjaga perusahaan itu baik baik Van. Apalagi Vaneri Corp, itu kan dari ibumu. Dan--"

"Dan itu perusahaan yang akan menjadi tanggung jawab Valerie, andai Ia masih Hidup. Dan kau mau aku menjaganya baik baik karena itu satu satu yang akan menjadi Kenangan Abadi dari Valerie. Right?"

"VANESSA!!" bentak Theo Menggebrak meja dihadapnnya, membuat Piring dan Gelas sedikit menimbulkan bunyi.

Theo menatap Vanessa tak suka. Ia tak suka saat Vanessa mulai mengatakan hal hal tak masuk akan seperti itu.

"Apa!? Bilang saja itu yang mau kau katakan!" Vanessa mendengus sebal.

"Dan seharusnya kau meninggalkan Launct Company yang sangat lelaki itu! Vaneri Corp lebih cocok untukmu!" Theo menatap tajam kearah Vanessa yang terdiam. "Buang kebiasaan burukmu yang suka memotong permbicaraan orang lain!" Theo bangkit dari tempat duduknya. Mengambil Jas yang ia letakan didekat ruang tamu.

"Kau mau pergi? Sekalian ku antar." Vanessa mengangguk tanpa suara.

***

Theo mengeryit tak mengerti saat melihat Vanessa yang meminta Turun disebuah rumah err.. tempat pela*uran.

"Kau... apa yang kau lakukan disini!?"Tanya Theo menuntut Jawaban.

Vanessa terkekeh.
"Melakukan tugasku." Jawabnya santai.

Ambigu.

Theo mengeraskan Rahangnya.
"Kemarin kemarin Bar dan Hari ini ditempat sialan ini!? Kau benar benar mencoreng nama Keluarga Launct. Tidam berguna." Ucapan itu meluncur begitu saja dari mulut Theo.

Vanessa terdiam, berusaha memproses perkataan Theo barusan. Gadis itu menelan ludahnya yang entah kenapa terasa susah.

"Aku memang tidak berguna, hingga saat ini aku rajin berdoa agar Tuhan cepat memanggilku yang tidak berguna ini." Vanessa menghela napas lelah. "Dan, aku sedang mengusahakan hal itu. Jika aku dicoret dari anggota keluarga, otomatis aku tidak akan menjalankan perusahaan dan kita tidak akan bertunangan kan? Seharusnya Kau bersyukur jika nama keluarga Launct tercoreng." jawab Vanessa.
Ia Berusaha menampilkan senyum terbaiknya, meskipun hatinya terasa remuk dengan pandangan merendahkan yang dilayangkan pria itu padanya.

"Turun!" Perintah Theo dingin.

"Dengan senang hati." Jawab Vanessa tanpa beban. Gadis itu segera turun dari mobil Theo.

Vanessa menghela napas saat Mobil itu bergerak menjauh.
"Entah kapan kau berubah Theo?" Gumamnya sendu.

Gadis itu tak habis pikir.

**

When You See Me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang