Vanessa mengangkat bahunya tak peduli. Kaki jenjang itu melangkah masuk kepekarangan Tempat itu.
Gadis itu memicingkan matanya saat melihat empat atau lima orang perempuan yang sedang bersandar ditembok tempat itu. ditangan mereka terdapat balok dan tangan lainnya memegang rokok.
"Cih kau berani datang, rupanya." Vanessa mengangkat dagunnya dengan angkuh. Mana mau ia terlihat lemah didepan lawannya.
"Lama tidak bertemu ya, Ariele." Dengusnya menatap sinis pada perempuan perempuan itu.Dasar bocah! Sok sokkan mengirim surat tantang untuknya. Mau mati ya!?
"Keh. Masih sombong seperti biasa ya Vanessa." Gadis bernama Ariele itu menyeringai sadis. Gadis yang memakai baju tanpa lengan berwarna hitam itu membuang sisà puntung rokok ditangannya. "Aku tidak menyangka kau mau datang tanpa perlindungan dari Tunanģanmu itu Vanessa." Ia menatap merendahkan kearah Vanessa yang menatapnya malas. "Ah, aku lupa. Tunanganmu itu hanya mencintai kakakmu." Sambungnya sambil terkekeh.
Vanessa mengeraskan rahangnya. Sabàr Van, sabar!
Kebetulan sekali, Vanessa juga sedang Kesal.
Vanessa memandang tajam pada Ariele and The gank seolah mengatakan mereka akan mati hari ini.
"Sudah selesai bicara?" Tanya Vanessa menatap sinis kearah Mereka yang kini telah siap dengan balok. Para perempuan licik itu tersenyum senang. "Kau pintar mengumpan Lawan Ariel." Puji salah satu perempuan dengan tindik dihidungnyà.
Vanessa mengeryit jijik. Ia tidak sangka akan melawan para cabe cabean dan terong terongan ini!
"Tentu saja sudah selesai Vanessa." Ariele pun melirik sekilas pada empat orang temannya yang kemudian dijawab dengan anggukan oleh mereka. Vanessa diam tak bergeming.
"One by one, please. Tidak Elit sekali lima lawan Satu." Vanessa mendengus sebal. Tenaganya akan terkuras cukup banyak hari ini.
Ariele mengangguk sekilas pada teman temannya. "Tentu." Ia melirik pada teman temannya yang kini memberi ruang pada dirinya dan Vanessa.
Vanessa mulai maju mengambil jarak pendek dengan Ariele. Senyum bengis terpancar jelas diwajah cantiknya.Ia sudah rela membiarkan Theo berprasangka buruk dengan menganggapnya perempuan rendahan, jangan kira ia akan membiarkan perempuan ini melakukan hal yang sama.
Matañya menyipit garang saat Ariele secara tiba-tiba memukul perutñya.
Sial! Dia kalah cepat!
Vanessa segera merunduk untuk menghindari serangan lanjutan dari Arieĺe. Gadis itu balik menendang kaki Ariel ďengan Kaki kanannya.
Bugh!
Ariele yang tak sempat menghindar itupun terjatuh. Vanessa seģera melayangkan tendangan kuat diperut Àriele. "Mati kau, sialan!" Umpatnya kasar. Ditendangnya berulang kali sehingga perempuan itu merintih kesakitan.
Ariele menggeram ditengah tengah rintihannya, ditariknya Kaki Vanessa hingga gadis itupun ikut terjatuh. Ia memutar posisi lalu melayangkan tonjokan keras diwajah Vanessa.
Ugh. Tulang hidungnya mungkin patah sekarang.
Gadis itu menghentak tubuh Ariele dengan kasar. "Aku menerapkan peraturan saat perkelahian. Jangan pernah sentuh wajahku!" Desisnya penuh penekanan.
Bugh!
Ditonjoknya gadis itu berulang ulang kali dengan keras.
Parsetan! Hanya wajahnya! Hanya wajahnya saja yang membuatnya bisa mengenang Valerie! Hanya dengan wajahnya saja ia merasakan kehadiran kakaknya. Hanya wajahnyalah ia bisa dekat dengan Theo.
KAMU SEDANG MEMBACA
When You See Me?
RomanceIni hanya tentang kisah Cintaku yang bertepuk sebelah Tangan. Tentang Aku yang menunggu kamu tanpa lelah, tentang aku yang terus disisimu, tentang Aku yang selalu memikirkanmu, dan hanya tentang Kamu. Tapi sekali lagi, ini hanya Cinta yang aku pend...