Kejadian 1 part 1

213 5 1
                                    

KANKER QU GANGSTER
Ini dia adalah pamannya Riski pemimpin geng Dead Devil (kematian iblis) umurnya sih baru 24 tahun tetapi hidupnya sudah berantakan, berandalan, perampok, dan seringkali menghuni penjara yang gelap. Lihatlah ia yang kotor itu sedang meyerbu satu-persatu markas besar seluruh komunitas gengster di ibu kota. Hanya dengan satu pukulan yang memukuli wajah para musuh-musuhnya hingga terjadi pertumpahan darah dan hanya dengan satu sepakan kakinya menewaskan separuh dari ratusan juta musuhnya. Itulah salah satu cara untuk menjadi gengster terhebat dan di takuti oleh anggota geng lainnya serta tidak sedikit orang yang menjadi anak buahnya di sebuah bangunan tua itu mungkin sekitar 500-an lebih orang yang memakai baju hitam, jas hitam, jaket hitam swagger, baju kotak-kotak hitam, dan semuanya serba hitam yang bertanda kematian yang abadi. Disini bukan tempat untuk para pecundang tetapi tempat untuk para manusia yang bercita-cita sebagai penjaga pintu gerdang neraka.
"Riski apa kabarmu maaf yah jika paman meninggalkan kamu duduk sendirian disini, itulah pekerjaan paman sehari-hari bukan laki-laki banci tetapi menjadi laki-laki jantan yang sesungguhnya," kata pamannya Riski sambil membersihkan tangannya yang berlumuran darah menggunakan sapu tangan.
" Ah santai aja paman aku baik-baik saja kok".
"Riski kamu itu sama persis seperti paman waktu masih muda dulu, pendiam, gagah berani, dan tidak suka berkelahi tanpa ada yang mencari masalah duluan sama paman. Semua senior, paman habisin sampai giginya ompong, hidungnya patah dan sesak nafas," ujar paman sambil memberi gerakan yang membuat suasana gembira.
"Paman dengan siapa yang berkelahi melawan senior," tanya Riski
"Tidak dengan siapa-siapa hanya sendirian"
"Ehm.... berarti Rahasia paman selalu makan-makanan 4 sehat 5 sempurna biar sehat dan kuat saat berkelahi hehehe"
"Makanan kami bukan makanan biasa lebih tepatnya sepiring nasi lauknya daging manusia, sayurnya daun ganja, pentolannya sepasang bola mata, dan sebagai cemilan pencuci mulut sepotong lidah dan ibu jari dan tidak lupa untuk minumannya sirup berwarna merah yang mungkin mengeluarkan aroma darah yang bercucuran," kata paman saat sesekali menghisap sepuntung rokok yang terjepit di kedua jarinya.
"Wah sungguh gila dan menakutkan pamanku yang satu ini!," bisikan hatinya Riski
"Riski kamu kok diam?, takut yah sama paman atau mulai berpikir ingin menjadi seperti paman yang jagoan ini?"
"Tidak kok paman aku hanya berdiam diri sejenak dan tidak ingin banyak bicara"
"Paman hanya ingin kamu lebih baik dari pada paman bukan hanya menjadi seorang gengster yang membunuh masa depannya sendiri, bukan juga jadi seorang pecundang yang menjadi bulan-bulanan di bully di sekolah oleh orang-orang sok belagu itu namun hanya ingin membuat kamu jadi sebatas laki-laki sempurna yang pantang menyerah, berlapang dada, serta bertulang baja untuk mematahkan cibiran orang, menaklukan dunia, dan memutilasi kehidupan yang sekarang menjadi kehidupan yang lebih baik di masa depan"
"Aku tahu paman, apa yang harus aku lakukan untuk mengubah garis takdir hidupku mulai dari sekarang hingga menjadi orang sukses nanti di masa depan"
"Ngomong-ngomong paman dengar kamu mau disekolahkan yah sama tante Azizah?"
"Iya paman tapi riski kurang tau juga di masukin ke-SMA mana?"
"Sebenarnya paman bisa menyekolahkan kamu lihat mobil-mobil mewah yang di parkir di halaman kita tepatnya di lantai satu biarpun gedung ini sudah kuno di tambah lagi dengan coretan-coretan di setiap sudut dinding membuat gedung ini seperti sampah tetapi itu yang dinamakan markas besar beda dengan rumah. Kamu lihat sendirikan betapa kaya rayanya paman tapi ini semua dari hasil kejahatan dengan uang haram hasil dari memproduksi narkotika dan menjual sabu-sabu keluar negeri, hasil dari menjadi preman bayaran atau rentenir, hasil dari merampok bank melalui aplikasi internet, hasil dari berjudi, hasil dari membunuh para koruptor yang berhasil melarikan diri dari panggilan KPK dan Kepolisian itu saja yang dapat paman lakukan sebab itulah paman menjadi ketua genster yang paling di takuti dari tahun ke tahun dan tidak ada yang dapat menggantikan posisi paman"
"Aku janji sama paman bahwa aku akan berusaha meraih masa depanku yang lebih baik dari pada kehidupan paman yang sekarang ini. Paman ngomong-ngomong itu piala, tulisannya PPSG yang artinnya apa paman?"
"PPSG itu artinya presiden persatuan seluruh gengster dari lomba sayembara antara ketua-ketua gengster yang mencalonkan diri sebagai presiden dalam pertarungan jago berkelahi khususnya untuk ketua genster saja sih"
"Jadi sekarang paman jadi presiden gengster, wow luar biasa hebatnya paman!"
"Iya jelas hebat dong paman kamu nih!"
"Oh iya paman, Riski pamit pulang dulu yah habisnya besok Riski sudah mulai masuk sekolah berarti nantinya Riski jarang main kemari"
"Kapan saja, dimana saja kamu bisa bertemu sama paman atau mau main kemari sesuka hatimu juga boleh"
"Iya sudah paman, Riski pamit pulang dulu," kata Riski berpamitan sama pamannya sambil berdiri dari tempat duduk yang ia duduki)
"Tunggu sebentar... boceng....boceng... siapkan mobil"
"Siap iya tuan"
"Ayo kita turun ke bawah Riski"
"Iya paman"
"Maaf tuan mobilnya sudah siap tuan"
"Oke antarin keponakan saya ke rumah dengan selamat, jangan lupa yang lainnya siap menjadi pengawal pribadi agar keponakan saya bisa sampai di rumah dengan selamat"
"Siap laksanakan tuan," balasan dari anak buahnya sambil member hormat.
"Paman, Riski pamit pulang dulu yah"
"Iya, hati-hati di jalan yah?"
"Oke paman"
Merekapun mengantarkan Riski pulang ke rumah dengan menggunakan mobil mewah dan sebagiannya menjadi pengawal pribadinya. Ternyata hidup seperti paman yang di takuti banyak elemen masyarakat ada enaknya juga, punya anak buah dan bertindak sebagai bos yang hanya duduk santai tinggal menerima hasil uangnya saja, jago berkelahi, punya markas rahasia yang kece pula, dan mengoleksi mobil-mobil mewah di sudut-sudut markas tapi kasihan paman juga sih punya segalanya tapi semuanya itu hasil kejahatan, menantang hukum, hidupnya kekurangan cinta dan kasih sayang makanya selalu saja terlihat wajahnya memar-memar lalu bengkak setiap habis adu jotos (berkelahi), dan ia suka melakukan sesuatu tanpa tujuan dan harapan untuk hidup karena terlalu keasikan dengan dunia malam yang bisa membuat kegelapan pada masa depan. setelah sampai di rumah Riski pun tertidur. Dan esok paginya.Dari kejauhan tampak kemilauan wajah polos rombongan anak-anak itu berdesak-desakan di sepanjang lampu merah. Riski pun dengan bangga berjalan melewati mereka dengan berpakaian seragam sekolah.
" Riski kamu sudah sekolah yah?," tanya Andi
"Iya, tanteku yang membayar uang sekolahku untuk masuk SMA!," jawab Riski sambil melihat ke arah Andi dengan tatapan yang meyakinkannya.
"Hehe... padahal aku sebenarnya ingin sekali mengajak kamu ngamen lagi di jalanan"
" Hhmm... bagaimana kalau liburan nanti kita ngamen sama-sama lagi?"
"Oke Riski, kami tunggu yah janji kamu?"
"Sudah dulu yah teman-teman bukannya tidak mau bergabung dengan kalian tetapi aku harus terburu-buru ke sekolah karena takut terlambat," kata riski sambil berlarian pergi
Nyanyian yang mengharukan sambil berjalan menyeret gitar di sepanjang sudut jalan dengan wajah riang gembira. Ia pun memetik sebuah melodi yang melukiskan air mata bangsa di dengarkannya proklamasi tanpa memakai seragam berselogan "Tutwuri Handayani" sedihnya negeri ini hanya tetapi masih berdiri kokoh di atas garis khatulistiwa hingga merdunya berjuta suara menyanyikan lagu indonesia pusaka dan begitu bangganya aku menjadi warga negara. betapa banyak yang berharap melihat kesejahtertaan yang kekal di negeri ini?. Bukan itu saja rakyat pun lelah melihat pemimpin yang berkata dusta dan serakah atas kekuasaannya terhadap rakyat. Semua mata telah di butakan oleh uang. Dimanakah hati nurani yang telah terkubur jauh di dalam lubuk hati seseorang?, ataukah uang telah mencabutnya dengan sengaja membuat manusia melupakan dosa-dosanya di dunia?. Sejenak ku pejamkan mata ini sambil tertidur lalu ku bukakan kembali kedua mata ini masih tergambar jelas penderitaan rakyat yang tak kunjung usai sehingga di balik semua itu tikus- tikus kantor hanya dapat menari-nari bahagia di atas lautan tangisan rakyat miskin sambil menikmati tumpukan uang negara. Dari sabang sampai merauke dengan serentak menyanyikan lagu 17 Agustus dan tanpa lelah di setiap waktu kami menyanyikan lagu indonesia Raya. Hanya inikah kemerdekaan yang kami rasakan?. Inilah cerita drama panggung sandiwara indonesia.
Tiba saatnya untuk mereka melaksanakan massa orientasi siswa (MOS) dan sehabis medengar bacaan puisi dari seorang senior terdapat dua orang siswa yang sedang berdialog.
"Gila, kaka cewek itu membacakan puisinya bagus banget. Ini kesempatan ku untuk berkenalan dengan gadis cantik seperti dia"
"Bagus apanya sudah satu jam lebih ia membacakan puisinya!"
"Hahaha... itukan derita kamu" "Ngomong-ngomong nama kamu siapa?"
"Nama aku Marten. Kalau nama kamu siapa?," sambil berjabat tangan
"Oh kalau nama aku Rey. Senang bertemu denganmu!"
"Iya senang juga bertemu denganmu"
"Kenapa sih kamu kelihatannya gak suka puisi," tanya Rey
"Bukannya tidak suka sih tapi puisinya panjang banget. Lama-lama yah membosankan juga, kalo menurut kamu?," jawab Marten sambil melihat kearah Rey
"Kalau menurut aku, kita sebagai orang indonesia mau tidak mau harus mencintai budaya kita sendiri, mau tentang puisi kek, sekalipun tentang pantun juga"
"Sudah dulu yah kelihatanya sudah mau di mulai itu mosnya," jawab Marten
"Kalau gitu ayo kita kesana," ajakan Rey sambil menarik tanganya Marten.
Hari pertama masa orientasi siswa sebelum hari kemerdekaan tampak tiga orang remaja dengan latar hidup yang berbeda namun masih di sibukan dengan kegiatan masa orientasi siswa dimana kita mengenal lingkungan sekitar sambil mencari kepribadian kita masing-masing. Tentu mereka harus menyiapkan peralatan mos contohnya saja topi kerucut, tas karung, kaos kaki sepasang beda warna, dan tidak lupa untuk menghiasi wajah mereka menyerupai badut kota yang telah bersiap-siap di hadapan para senior. Tiba saat detik-detik pasukan topi kerucut yang sedang melangkahkan kaki mereka di depan pintu gerbang sekolah sambil membawa kartu tanda peserta di dalam tas karung yang telah menggantung pada leher mereka masing-masing dengan wajah jelek bagaikan badut norak membuat mata yang memandangnya tidak dapat menahan rasa tawa. Berat rasanya memandang ke arah depan sambil melihat wajah sinis para senior. Itulah salah satu bentuk penjajahan dari masa lalu yang hingga detik ini masih terus menjajahi dunia pendidikan di Indonesia. Tidak diketahui sampai kapan berakhir. Sambil berbaris rapi kami pun telah mempersiapkan diri dan Riski pun menoleh kearah kanan kiri. Tiba-tiba terdengar oleh riski.
"Aku betul-betul bosan melihat Ornamen mos yang tak kunjung berubah," gerutu Rey yang tepat di samping kananya Riski yang sedang duduk .
"Kalau memang kamu merasa bosan kenapa mau ikut pelatihan mos coba?," jawab Riski dengan suara lantang.
"Alah, palingan juga cuman ingin menyelesaikan masa orientasi siswa doang dan pastinya ingin melanjutkan ke tingkat pendidikan yang selanjutnya," ujar Marten yang berada tepat di samping kirinya Riski.
"Kalo di pikir-pikir untuk apa kita semua memakai topi kerucut seperti idiot begini?"
"Kemungkinan agar lebih cepat otak kita panjang, lebar, tajam, dan kokoh bagaikan topi kerucut hehe...," candaan Marten
"Hhhmm.... apa kalian berdua tidak tau apa tentang bagaimana cara bangsa kita dapat melawan penjajah?," tanya Riski sambil menoleh ke arah kiri dan kanan.
"Pastinya tau dong!" serentak Marten dan Rey menjawabnya
"Indonesia saat itu masih di jajah, pada saat itu mereka hanya memakai karung Goni untuk menutupi tubuhnya, kendati pun bambu runcing yang telah di gunakan untuk melawan persenjataan para pasukan penjajah. Justru itulah kita semua sebagai calon-calon generasi muda bangsa di wajibkan untuk mengenang jasa pahlawan yang telah berjuang mati-matian di waktu itu, dengan cara memakai atribut-atribut mos setiap memasuki tahun ajaran baru dari tingkatanya SD, SMP, SMA, sampai dengan tingkat perguruan tinggi," penjelasan Riski tentang sejarah indonesia.
"Tetapi masih lebih baik diluar negeri masa orientasi siswanya lebih unik, menarik, menyenangkan, dan pastinya lebih meriah bagaikan perhelatan pesta besar-besaran gitu sih," Ujar Rey sambil menoleh ke arah Riski
"Itukan mereka bukan kita bedalah budaya kita dengan yang lainnya," jawab Marten
"Sudahlah tidak usah di besar-besarkan masalah tentang atribut mos!. Boleh tanya tidak nama kalian berdua siapa?. Kalau nama aku Riski"
"Nama aku Marten"
"Kalau aku sih Rey. Orang berkacamata dan asli cina hehe..."
Sejenak mereka terdiam dan Marten mulai memberikan pendapatnya tentang masalah mos.
"Tetapi kalau di pikir-pikir setiap kegiatan mos pasti akan ada yang memakan korban entah meninggal dunia atau merasakan tekanan batin yang cukup lama dan mengakibatkan moral seorang anak terganggu," ujar Marten
"Ya sudahlah kalau memang ini sudah jadi resikonya mau di apakan lagi coba?"
Lonceng pun berbunyi tandanya mos baru saja telah selesai di dalam ruangan ini. Para seniorpun menyuruh kami untuk segera meninggalkan tempat ini dan langsung menuju tengah lapangan apel pagi untuk berbaris dan mendapat arahan tambahan. Setidaknya kami semua para peserta mos telah mengetahui peraturan-peraturan yang ada di sekolah ini contohnya saja: harus berkata-kata sopan menggunakan siap maaf kaka/ guru, setelah itu mengucapkan mohon izin berbicara kalau sudah diizinkan berbicara, barulah kita boleh menyampaikan pesan apa yang kita terima, lalu penutupnya siap terima kasih banyak kaka/ guru. Sementara itu diwajibkan semua siswa naik bus sekolah atau membawa kendaraan pribadi. Ada pula beberapa tata tertib di dalam bus sekolah harus mempersilahkan senior terlebih dahulu menaiki bus tetapi jika ada bangku kosong di sebelah kaka kelas, mohon izin terlebih dahulu kalau sudah diizinkan berarti boleh duduk disamping senior contohnya: siap maaf kaka, mohon izin berbicara kaka, siap maaf kaka bolehkah saya duduk di sebelahnya kaka. Kalau di bolehkan senior ucapan terakhirnya siap terima kasih banyak kaka. Ada pula saat memberhentikan bus mengucapkan kata: siap maaf bapak disini ada, setelah mau turun lalu katakan selamat siang bapak siap terima kasih banyak bapak. Masuk ke sekolah ini seolah-olah kami mengikuti latihan militer tetapi ada bagusnya juga untuk para remaja yang dulunya kacau kelakuannya selama duduk di bangku sekolah menengah pertama. Disini juga bisa belajar banyak tentang kedisiplinan di sekolah ini.
Kendatipun kita telah berkumpul di tengah-tengah lapangan apel lalu berbaris rapi sambil mendengarkan arahan tambahan dari kaka tingkat untuk mempersiapkan perayaan 17 agustus hari kemerdekaan bangsa Indonesia yang ke-74.
"Untuk seluruhnya istirahat di tempat gerak, baris yang rapi?"
"Siap maaf kaka" serentak kami pun menjawab perintahnya"
"Apa semua sudah berbaris dengan rapi sesuai dengan kelompok masing-masing," pandangan tajam kearah kami membuat suasana menjadi tegang.
"Siap sudah kaka," seraya kami menjawab dengan suara lantang
"Oke baik, kaka akan memberi arahan tambahan serta pengumuman penting bagi adik-adik sekalian untuk bulan depan tepatnya bulan agustus kami mengadakan lomba- lomba untuk meramaikan kemerdekaan RI pada tanggal 17 agustus yang ingin berpartisipasi dalam acara ini diharapkan mendaftarkan nama kalian pada guru yang bersangkutan, kegiatan ini tidak di pungut biaya, gratis bagi siapa saja yang ingin mendaftarkan namanya dan di butuhkan kreatifitas di setiap lomba, melatih kebersamaan, menciptakan demokrasi dan cinta tanah air, menjaga kebersihan lingkungan serta membentuk moral yang baik bagi seluruh siswa-siswi sekalian itu saja yang dapat kami sampaikan terima kasih atas waktu yang telah di berikan dan silakan buat adik-adik sekalian yang ingin pulang ke rumah masing-masing di bolehkan karena mos dinyatakan selesai pada pukul 14:00, untuk seluruhnya siap gerak istirahat di tempat gerak, bubar jalan"
"Siap terima kasih banyak kaka, selamat siang kaka!"
Dan akhirnya kegiatan pada hari ini telah selesai juga betapa lelahnya hari ini dan sangat terasa tubuh ini tidak lagi bertahan di bawah teriknya mentari. Seakan raga ini tidak sabar untuk berpulang kembali ke rumah. Sesampainya di rumah Riski segera masuk dan melihat ke arah rumahnya yang tinggal pelepah anyaman bambu di atapi selai demi selai daun kelapa kering, keringat yang bercucuran dari hasil kerja keras kedua orang tuanya Riski untuk membiayai kebutuhan keluarga riski yang tidak tercukupi malahan selalu saja sengsara seperti ini. Dengan sepatu yang di depanya sobek tetapi layak memasuki rumah kecil ini. Secara perlahan riski berjalan memandangi seisi rumahnya setelah itu ia membuka tudung di atas meja makan. Namun, hanya ada sepenggal umbi-umbian di dalam tudung. Sebenarnya tantenya Riski sudah menawarkannya untuk tinggal bersama mereka dirumah mewah yang penuh dengan makanan lezat dan serba mahal yang tidak sanggup mereka beli tetapi Riski menolak semua pemberian tantenya hanya saja untuk di sekolahkan Riski pun mau. Saat itu Riski melihat ke arah ibunya yang sedang menjahit sarung bantal yang mungkin sudah tidak layak untuk mereka pakai kembali. Riski berjalan menuju ibunya dan berkata.
"Ibu lagi menjahit sarungan bantal lagi yah?"
"Iya anakku, agar kamu bisa tidur nyenyak nanti malam," jawab ibunya Riski sambil tangannya memegang benang dan menjahit dengan teliti.
Terlintas sejenak aku memikirkan tentang perjuangan bangsa indonesia di masa lalu serta melibatkan ibu fatmawati istri dari bapak proklamator.
"Kelihatannya ibu mirip sekali dengan ibu fatmawati yang juga telah berjasa dalam menjahit dengan rapi sang pusaka bendera merah putih," Riski melontarkan sebuah rayuan manis kepada ibunya.
"Itukan jauh beda dengan ibu nak, bayangkan saja ibu fatmawati itu mempunyai derajat lebih tinggi dari pada ibu dan dia itu adalah orang yang sangat terhormat dan selalu di kenang selama akhir hayat hidupnya selama ini tercatat dalam sejarah indonesia kendati pun diakui di seluruh dunia. Bahwa istrinya bung karno juga berperan penting dalam sejarah indonesia. Coba kamu bandingkan dengan ibu yang tidak mempunyai apa-apa?. Jangan ngawur kamu nak!"
"Butiran kata-kata dari bibir manis ibuku laksana dentuman meriam di rongga dadaku sesak rasanya hingga aku pun kehabisan kata-kata," Balasan Riski dari hatinya.
Begitu kejamnya hidup ini hingga membuat seorang takut akan impian mereka sendiri. Dari sebuah jarum di tangannya ibu fatmawati sewaktu menyulam satu kehidupan tajam yang menusuk kebahagiaan yang sebenarnya tertunda seolah-olah senyuman itu merangkai tatapan manis kepada bapak proklamasi sebagai rahasia semangat yang berapi-api kendati tidak mudah untuk di padamkan serta terselipkah rahasia cinta di antara dua pasangan ini sekiranya telah terhitung bertahun-tahun lamanya memperjuangkan bumi pertiwi kini hanya tinggal sejarah yang dikenang rakyat indonesia selamat riwayat hidup bapak proklamator. Tanah dan air yang sangat melimpah. Harta dan kesejahteraan yang hanya menjadi angan-angan belaka. Pada hal sudah hampir mendekati dan tinggal menghitung bulan seluruh rakyat indonesia akan merayakan kemerdekaan bersama-sama dan sudah 74 tahun kami masih berada dalam keterpurukan. Akankah semangat 45 itu kembali berkibar di dalam setiap jiwa demokrasi yang melekat terhadap mereka yang muda di karenakan bukan orang lain yang menjadi penjajah buat hidup kita tetapi kitalah yang akan menjajahi hidup ini.
Dengan wajah mengantuk sehabis pulang sekolah. Riski segera mengganti pakaian dan membaringkan tubuhnya di atas kasur tipis bekas dari hasil ayah bekerja di tempat daur ulang sampah. Dengan nada halus ibu pun bertanya "Riski apakah kamu ingin mandi air hangat!," ibu pun segera memasukkan air panas.
"Iya ibu sebentar lagi baru aku mandi," Saat Riski berjalan keluar kamarnya dan langsung menuju dapur untuk mengambil air putih.
"Oh iya ibu lupa, hari ini cuman masakin singkong tetapi tinggal separuhnya saja karena buat bekalnya ayahmu tadi siang"
"Riski sudah tau kok sejak tadi bu, tadikan pulang sekolah Riski langsung membuka tudung hanya ingin melihat hari ini ibu masak apa?," jawab Riski sambil melihat ke arah ibunya.
"Maafkan ibu yah nak karena tidak dapat membuatkanmu makanan yang enak-enak, tapi kalau kamu lapar pergi saja ke rumah tantemu pastinya disana banyak makanan".
"Gak usah bu, Riski juga gak terlalu merasa lapar!. Nanti malam saja kalau Riski udah rasa lapar baru deh Riski pergi ke rumahnya tante Azizah yah ibu," sambil berjalan dari dapur menuju kearah kamarnya.
Saat sedang membaca novel di dalam kamar sambil menunggu air panasnya yang masih di masak oleh ibu. Riski sangat menikmati hidupnya yang sederhana ini namun sudah pasti Riski tidak ingin menjadi seperti ayahnya yang hanya bekerja serabutan saja dengan penghasilan yang tidak menentu, Riski ingin menjadi orang sukses agar bisa membahagiakan kedua orang tuanya.
"Riski air panasmu sudah mendidih, ibu siapakan air panasmu dulu yah di kamar mandi," teriakan ibu dari dapur sambil berjalan menuju ke arah kamar mandi dengan membawa ceret air panas dan menyiapkan air mandinya Riski.
"Iya bu, makasih yah ibu sudah siapkan air panas buat Riski," sambil terbangun dari tempat tidurnya dan berjalan menuju ke arah kamar mandi.
Setelah mandi Riski pun merasakan ngantuk yang mendalam sehingga kedua bola matanya di paksakan untuk tertutup dengan mulut yang terus meguap dan hari ini memang begitu melelahkan di saat kita harus menghadapi tahun pertama memasuki sekolah tetapi itulah tujuan pertama kita dalam menjalani kehidupan. Akhirnya Riski terlelap dalam lamunan mimpi dan tertidur nyenyak di atas kasur tipis yang sederhana. Setelah itu pukul 17:00 sore hari sesampainya ayah di rumah di sambut hangat oleh ibu hanya tetapi ayah membawa sedikit uang dari hasil ia bekerja. Akhirnya ibu duduk di samping ayah dan ayah pun mulai bercerita.
"Aku merasa bersalah tidak dapat membahagiakan anakku untungnya anak kita cuman satu, coba kalau banyak bagaimana nanti hidup kita selanjutnya. Apa lagi sekarang yang membayar uang sekolah anak kita adalah adikmu sendiri yaitu Azizah. Aku malu harus mengantungkan hidup kita pada mereka terus".
"Jangan ngomong begitu ayah. Azizah sendiri yang bilang ke aku kalau anak-anaknya semua perempuan dan ia ingin merawat Riski seperti anaknya sendiri sekaligus membiayai uang sekolahnya Riski dan kebutuhannya Riski. Tidak apa-apalah ayah jika hidup kita seperti ini yang penting kita keluarga yang sakinah," kata ibu sambil duduk manis di samping ayah.
"Kamu adalah wanita tegar yang pernah aku temui, kamu selalu sabar menjalani hidup susah denganku, sampai nanti akhir hayat hidup kita berdua," kata ayah sambil memegang tangan ibu dan mencium kening ibu serasa dunia ini hanya milik mereka berdua.
"Ayah ini bisa saja kalau kata Riski sih suka ngegombal".
"Hahaha, sok gaul kamu. Itukan kata-kata anak muda zaman sekarang beda zaman kali bu. Zamannya kita dulu zaman purba sekarang udah zaman modern yah bu".
"Ya udah kalau begitu, kalau gitu ibu buatkan teh dulu buat ayah. Tunggu disini!".
Sudah berjam lamanya Riski tertidur dan akhirnya Riski terbangun dengan perut yang memainkan musik keroncongan alias lapar tingkat dewa. Sambil menahan perut dan berjalan keluar kamar menuju dapur untuk menyantap singkong goreng buatan ibu sendiri. Hanya tetapi Riski masih saja merasa lapar karena sejak pagi sampai malam hari ia belum mencicipi nasi dengan lauk pauk. Terpikir oleh Riski untuk segera pergi ke rumah tante Azizah karena sudah pasti makanan disana banyak dan beragam lauknya. Riski bergegas ke rumah tante Azizah sampai di depan pintu rumah, ayah pun melontarkan pertanyaan.
"Mau kemana kamu Riski", tanya ayah
"Mau kerumahnya tante Azizah ayah untuk makan disana dan juga sekalian aku ingin melihat keadaannya tante Azizah. Ayah tidak marahkan?," jawab Riski sambil menatap wajah ayahnya.
"Buat apa ayah marahin kamu, pastinya sekarang ini kamu sedang merasakan lapar hingga tubuhmu berkeringat. Sudah, kamu ke sana pake motor jadulnya ayah biar cepat sampai"
"Iya ayah Riski pergi dulu ke rumahnya tante assalamualaikum," Riski berpamitan dulu dengan kedua orang tuanya.
"Hati-hati di jalan, jangan ngebut-ngebutan Riski" kata ibu dan Ayah
"Iya... Riski akan bawa sepeda ini dengan hati-hati kok bu. Riski berangkat dulu pak," jawaban Riski ketika naik motor.
Sepanjang jalan ada saja pecahan beling yang menggoreskan sifat buruk dari kalangan masyarakat, seolah-olah malam adalah waktu yang tepat untuk melakukan kejahatan. Lihat saja di sepanjang jalan banyak dua sejoli yang merajut kemesraan di depan umum cium-ciuman, peluk-pelukan, sampai-sampai sangat berlebihan, ada pula judi dan balapan liar, mabuk-mabukan, perampokan, pemukulan, tabrakan yang menewaskan seorang wanita di tengah-tengah jantung kota ini tepatnya di tengah jalan raya. Sungguh tragis kematian yang tiba-tiba datang menghampiri ibu itu untungnya bukan Riski yang terkena kecelakaan seperti tadi. Banyak sekali teriakan bercampur tangisan yang terdengar oleh telinganya dengan bermacam kasus dan tentunya korban utamanya adalah seorang wanita seperti pemerkosaan, KDRT, seorang ibu yang di palak oleh preman atas jualannya sendiri, diputusin pacarnya, kelaparan, serta tidak ada tempat tinggal itulah alasan yang tepat mengapa Riski tidak berkutik di hadapan wanita karena Riski mengasihi wanita seperti Riski menyanyangi ibunya sendiri. Dengan terus menggas motor jadulnya tinggal beberapa meter lagi untuk sampai di rumah tantenya. Terlihat dari kejauhan anak sulung dari tante Azizah mengendarai mobil mewahnya di depan pagar istananya dan di bukakan pagar oleh tiga satpam yang berjaga-jaga di rumah besar itu. Mobilnya perlahan melewati pagar yang telah di bukakan. Riski turun dari sepeda motornya dan mendorong motornya itu ke dalam pagar sambil melontarkan senyuman kepada tiga satpam tersebut sehabis itu wanita yang ada di dalam mobil membuka pintu mobilnya dan turun dan mengunci kembali mobilnya. Anak sulung tante Azizah namanya Zahra yang juga satu sekolah dengan Riski tetapi ia senior kelas dua SMA.
"Riski ada apa kamu datang malam-malam begini?," tanya Zahra
"Aku di suruh orang tuaku. Main-main kemari untuk melihat keadaan bunda Azizah apakah sedang sehat atau tidak?," kata Riski sambil menggaruk-garuk kepalanya
"Oh tidak apa-apa kalau kamu sering main kesini!. Malahan bagus kalau kamu mau tinggal dengan kami, lagi pula orang tuaku sudah menganggapmu sebagai anak sendiri".
"Ah gak usah repot-repot kak Zahra, aku masih ingin tinggal dengan kedua orang tuaku tetapi bukan berarti aku menolak tawaran bunda waktu itu, aku juga sudah menganggap keluarga ini keluarga sendiri justru itu aku menghargai bunda sebagai orang tua tiriku yang paling berbaik hati denganku dan berbaik hati juga kepada orang tuaku".
"Iya deh terserah kamu tapi aku salut sama kesederhanaanmu yang ditawarin kemewahan malah gak mau. Ayo masuk ke dalam habisnya di luar dingin nih!," ajakan Zahra mengajakku memasuki rumahnya.
"Iya silakan kaka masuk terlebih dahulu!"
Sambil berjalan menaiki anak tangga kaka Zahra terus menceritakan pengalamannya waktu nakal di sekolah sambil memberikan nasehat bagi Riski tentang bagaimana caranya menjadi siswa yang terpopuler di sekolah. Sesampainya di depan pintu kaka Zahra memencet tombol bel rumah agar dapat diketahui oleh seluruh orang yang berada di dalam rumah bertanda bahwa ada yang datang dan pintunya pun di buka oleh para pembantu yang ada di dalam rumah.
"Silakan masuk non dan tuan".
"Oh iya bibi, bunda ada di rumah atau tidak?"
"Ada non di kamar"
"Bibi tolong sampaikan ke bunda yah kalau Riski sedang berada di rumah sekarang"
"Siap iya non akan bibi sampaikan ke nyonya"
"Bibi tolong buatkan masakan baru yah untuk Riski karena makanan di atas meja itu sudah dari sore. Kita harus melayani tamu dengan baik tetapi Riski ini bukan tamu biasa loh!"
"Sudahlah kaka Zahra lebih baik Riski makan makanan yang ada di atas meja saja!"
"Kalau nanti kamu sakit perut bagaimana?"
"Tidak akan sakit perut kak Zahra lagi pula mubazir kalau buang-buang makanan, aku juga sudah terbiasa kok yang paling penting perut kenyang hati pun senang, he... he.."
"Okelah kalau begitu sudah dulu yah dek kaka mau tidur dulu habisnya sudah ngantuk sih!. Kamu tidak apa-apakan kalau kaka tinggalin sendiri?"
"Iya tidak apa-apa kak!, selamat malam semoga mimpi indah"
"Iya selamat malam juga adikku dan jangan lupa makan yang banyak yah?," kata kaka Zahra sambil berjalan ke arah kamar tidurnya.
Sehabis duduk di meja makan Riski menyantap berbagai macam makanan yang disediakan di atas meja dan bibi pun menyiapkan air putih di samping tangannya. Bibi berkata ia senang melihat aku datang ke rumah ini karena bibi ingin sekali menawarkan makanan, minuman, buah-buahan dan cemilan yang ada di dalam lemari es. Bibi terus memberikan perhatian yang lebih kepadaku karena rasa rindunya kepada anaknya yang ada di kampung hanya dapat di pendamnya sendiri. Setelah makan Riski bercanda gurau dengan pakde assisten sopir yang ada satu-satunya di rumah ini dan sudah bekerja bertahun-tahun. Pakde memberikan Riski gitar untuk di mainkannya di pinggir kolam renang yang luas. Tiba-tiba pakde menerima telepon mendadak dari om Rizal dan pakde pun pamit pada Riski untuk menjemput om Rizal di kantornya. Om Rizal itu adalah suaminya tante Azizah yang bekerja di perusahaan yang ia pimpin sendiri. Riski pun memanggilnya dengan sebutan papa. Ketika duduk sendirian jemari ini terus memetik senar gitar dan terasa hening dengan angin melambai di sekitarnya sambil memandangi butiran bintang yang berhamburan rapi di langit yang gelap, dan rasakan ketenangan dengan damai yang terasa di hati dan jiwa seakan-akan melepas masalah yang membebani tubuh dan pikiran. Kesendirian mengajarkanmu untuk tumbuh dewasa saat yang lainnya menikmati malam yang gelap dengan perbuatan yang tidak terpuji. Jangan pernah memandangi malam sebagai waktu untuk keluar dari neraka kehidupan tetapi pandangilah malam adalah waktu yang indah untuk singgah sejenak di surga impianmu karena tidak selamanya malam itu menyeramkan dan gelap itu membutakan mata batin. Di terangi bulan dan silauan beningnya air biru dari dalam kolam renang ini membuat malam terhiasi rasa-rasanya ingin pejamkan mata dan bermimpi indah sejenak. Tetapi Riski harus pulang kembali ke rumah karena besok masih melanjutkan mos di sekolah dan Riski pun segera berpamitan dan sekalian menitipkan salamnya untuk keluarga yang tinggal di rumah ini sekiranya ia akan pulang mengintari jalan raya dengan mengayuh pedal sepedanya hingga tiba di rumahnya dengan selamat. Sesampainya di rumah terlihat ayah dan ibu telah tertidur pulas dan Riski juga sudah sangat mengantuk dan Riski berjalan ke arah kamarnya dan tertidur pulas.
Saat pagi menjelang saat Riski masih tertidur sambil menikmati sisa-sisa mimpinya di saat hari terakhir mengikuti mos. Itu pun juga ibu membangunkan riski dengan lembut menarik tanganya sambil melontarkan kata-kata di telinganya riski.
"Riski ini sudah jam 6 sedikit lagi kamu terlambat!"
"Iya deh Riski bangun!", gerutu Riski sambil bangun dari tempat tidurnya.
"Cepat sana mandi lalu persiapkan dirimu untuk pergi ke sekolah"
"Iya ibuku yang terlalu cerewet lihat nih Riski sudah mau sipa-siap kok, ibu saja yang terlalu buru-buru. Lagi pula masih pagi-pagi buta begini bu" kata Riski sambil memakai pakaian seragamnya sehabis mandi sejak tadi saat bangun dari tidurnya.
"Pergi ke sekolah pagi-pagi begini yang bagus sekali untukmu, agar guru-gurumu memujimu karena telah menjadi siswa teladan yang baik di contoh untuk siswa-siswi lainnya, supaya kamu tidak terlambat, dan selalu datang tepat waktu ke sekolah"
"Nah begitu baru namanya anak ayah yang dengar-dengaran" kata ayah sambil menuju kearah Riski dan ibu yang sudah duluan duduk di meja makan.
"Ibu siapkan sarapan dulu yah, karena sarapan di pagi hari ini ibu sudah memasak nasi goreng nikmat yang mencoba pasti mau tambah lagi", kata ibu sambil menaruh makanan di atas meja dan menimbahkan nasi di atas piringnya Riski dengan ayah.
"Asik... makan enak pagi-pagi"
"Iya dong kamu harus makan yang banyak agar kamu tumbuh dewasa dan tambah pintar di sekolah", ujar ayah untuk Riski.
Selesai sarapan Riski harus segera pergi ke sekolah di antar ayahnya dengan sepedanya Riski sangat beruntung masih bisa bersekolah dan ia juga sangat mensyukuri hidupnya.
Selama perjalanan dan sesampainya di sekolah masih tampak sedikit orang di sekolahan. Riski hanya bertemu aku dan marten seperti pada hari ini semua nama-nama alay yang di berikan senior untuk para junior hari ini di hapuskan. Kalau nama alay untuk Riski si ganteng. Ada pula yang lainnya seperti I,m Sexy, cakadidi nama alay untukku, nama untuk mata sipit bermuka siput nama alay untuk Rey, terus si hitam brokoli nama untuk Marten, dan masih banyak nama-nama konyol lainnya. Pada hari ini untuk terakhir kalinya memakai topi kerucut dan saatnya untuk bergaya bebas di hari pertama yang telah resmi menjadi siswa SMA . Betapa bangganya diriku telah melewati masa yang sulit. Akan tetapi masih banyak rintangan yang harus ku hadapi di sekolah ini. Setelah berbaris di tengah-tengah lapangan apel pagi dilakukan upacara penutupan mos. Ada pula seorang guru membagikan kelas sesuai nama yang di panggilkan habis itu terdengar namaku masuk kelas X IPA 1 dan yang membuat aku bersyukur ialah Rey, Riski, dan Marten di beri kelas yang sama denganku. Pertanda kita berempat berada di satu kelas yang sama. Ada seorang wanita yang mengalih perhatiannya Riski saat memasuki kelas ini. Mulai untuk saling mengenal satu persatu nama-nama teman di dalam ruangan ini saling berjabat tangan dengan wajah-wajah baru yang akan menjadi teman sekelasku selama satu tahun berjalan hingga dua tahun yang akan datang.
"Hai indah!. Apa kabarmu hari ini dan selamat yah satu kelas dengan ku?", kata Riski sambil menyapa seorang cewek di kelasnya dan cewek itu adalah aku.
"Dari mana kamu tau namaku?", tanya ku saat terlihat kebingunan.
"Coba kamu lihat di papan nama kamu dibaju"
"Jadi kamu dari tadi ngelihat papan namaku yah, ayo ngaku!"
"Iya aku ngaku kalau sejak tadi itu aku terus memperhatikan papan namamu bukannya melihat wajahmu yang biasa-biasa saja dan jangan terlalu merasa kegeeran?"
"Enak saja bilang wajahku biasa-biasa memang situ ganteng apa?. masih lebih ganteng Rey dari pada kamu!"
"Rey yang kutu buku pake kacamata dan orang cina gitu?. Kamu bisa yah bilang dia ganteng?. Ihh...ngambek yeeh.. kan aku cuman bercanda doang kok marah, lagi pula nih yah akunya ganteng dan kamunya cantik artinya ganteng gaya tengkorak dan cantik calon tikus, gitu aja galaknya minta ampun, ihh ngerih !"
"Terserah kamu!", kata ku sambil berjalan pergi menjauhi Riski.
Bel masuk pun berbunyi sudah waktunya untuk masuk ke kelas dan belajar. Hari pertama ini diisi dengan pelajaran Fisika guru pun telah tiba di dalam kelas kami.
" Selamat pagi anak-anak", kata ibu guru
"Selamat pagi juga ibu guru" serentak kami menjawab salamnya
"Apakah kalian sudah mengenal satu sama lain", tanya ibu guru sambil menatap ke arah kami semuanya.
"Sudah ibu guru", serentak kami pun menjawab.
"Hari ini adalah hari pertama ibu memasuki kelas kalian, ibu mengajar pelajaran fisika dan ibu juga menjadi wali kelas kalian selama kalian masih duduk di bangku kelas 1 SMA. Nama ibu Flora kalian bisa memanggil saya ibu Flo. Semoga kalian mengikuti pelajaran ibu dengan baik. Kalau begitu kita mulai dengan pertemuan pertama silahkan keluarkan buku tulis di atas meja, kita akan mulai dengan pelajaran astronomi. Apa yang kalian ketahui tentang bumi, galaksai dan orbitnya. Ada terdapat delapan planet Markurius, Venus, Bumi, Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus dan Neptunus serta terdapat 200 miliar lebih bintang diruang lingkup di angkasa luas. Dan seluruh planet mengelilingi Matahari pada lintasan-lintasan tersendiri. Jika lintasannya sama dipastikan akan terjadi benturan yang keras yang biasanya disebut Bigbag"
"Siap maaf ibu bukannya bigbag itu penyanyi asal korea yah? Yang mukanya mirip aku gitu loh" tanya Rey sambil menunjuk tangan
"Huh.... huh... mimpi aja loh!" sorak-sorakan dari dalam kelas untuk Rey
"Sudah-sudah anak-anak semuanya harap jaga ketenagan" kata ibu Flora sambil menegur kami dengan nada halus
"Rey mukamu itu bukan mirip bigbag tapi Boboho" kata seorang siswa dari dalam kelas dan semuanyapun ikut tertawa. "Ha... ha.... ha...."
"Eh kalian semua dengerin yah.... jangan pernah ganggu si Rey karena si Rey ini jago kungfu kalian mau dihajar eh!",Kata Marten.
"Betul itu apa kata sahabatku Marten, yang kemarin baru gunting rambut biar kelihatan rapi dan tidak dipanggil brokoli hangus gitu deh!", gurauan Rey
" Ha... ha... ha..." semuanya pun tertawa terbahak-bahak.
" Masih lebih bagus aku dari pada si Rey yang jago kungfu ternyata kungfu panda si Princes Mama Papa cinta Hello Kitty bingitss...hehe" Kata Marten.
"Terus maksud kamu yang jadi panda itu Rey", tanya salah seorang siswa.
"Rey jadi jangkriklah pastinya, masa jadi panda beda kali... kurus kering seperti itu ditiup aja langsung melayang". Ejekan Marten buat Rey
" Anak-anak berhenti ejek-ejekan, sebentar ada yang berkelahi gimana, bikin repot ibu saja, lebih baik semuanya perhatikan ke depan biar ibu lanjut menerangkan"
" Siap... maaf ibu..." serentak semuanya menjawabnya.
Kembali lagi ke pelajaran fisika tentang perputaran planet pada porosnya. Justru itu mengapa terjadi perbedaan siang dan malam di seluruh dunia dan memiliki letak geografis, iklim, dan suhu yang berbeda disetiap belahan dunia. Riski pun melamunkan diri sejenak. "Kalau Neil Amstrong bisa! Kenapa aku tidak bisa pergi ke bulan menginjakkan jari-jemari kaki ini tepat diatas tubuh yang bersinar setiap malam (bulan), tidak adanya gravitasi, hanya bebatuan yang melayang-layang tanpa dihuni satupun mahluk hidup".
Masih teringat jelas hingga saat ini nasehat dari Bung Karno "Raihlah cita-citamu setinggi langit". Namun bagiku cita-cita tidak ada batasnya hingga langitpun bukan jadi penghalang untuk aku terus bermimpi karena jika suatu saat nanti aku menjadi astronot aku akan terbang menembus atmosfer bumi jauh dari langit dan berkelana keluar angkasa. Tidak lupa untukku ingin sekali melihat bintang-bintang yang dulunya hanya ku lihat bintang jatuh dari kejauhan tetapi tidak pernah ku tahu jatuhnya bintang itu dimana dan siapa yang menemukannya?. Jika pada saat itu aku menemukannya sudah pasti aku akan ambil lalu kutaruh di dalam rumahku agar menerangi setiap sudut jalan hidupku yang gelap, kejam, berliku-liku, dan penuh cobaan ini.
Lonceng istirahat berbunyi bertanda bahwa waktu jam pelajaran pertama selesai.
"Selamat beristirahat anak-anakku sekalian "
"Siap terimakasih banyak ibu". Serentak kami menjawab.
"Riski kita ke kantin yuk!" ajakan Rey yang sedang duduk berhadapan dengan Riski.
"Kelihatannya ada yang bawa uang jajan banyak nih, mungkin bisa dibagikan gitu?", kata Marten sambil bercanda gurau.
"Enak aja kamu, di dunia ini tidak ada yang gratis tau!". Kata Rey.
"Ya sudah...kalau kalian tidak lapar apa?, lebih baik kita kekantin yuk!", ajak Riski sambil berdiri dari tempat duduknya.
"Nanti biar Rey yang traktir", kata Marten.
"Sembarangan, buat apa coba aku traktirin kalian, bikin uangku habis saja"
"Orang kaya tuh ngak boleh pelit sama teman sendiri, betulkan Riski apa kataku"
"Sudahlah Marten kalau misalnya Rey tidak mau untuk apa dipaksakan", kata Riski sambil memegang pundak Marten.
" Betul tuh kata kamu, Riski saja yang tidak bawa uang jajan ke sekolah tidak pernah meminta ditraktirin sama aku, tidak sama kayak kamu!".
" Kalau gitu aku minta maaf deh, tapi dari tadi itu aku cuman bercanda doang kok"
"Dari pada kalian berdua banyak bicara disini lebih baik sekarang kita bertiga pergi ke kantin sebelum berdesak-desakan di dalam kantin"
"Ayolah ke kantin bersama-sama", ajakan Marten sambil memegang tangan Rey dan Riski seraya berjalan melewati pintu dan menuju ke kantin. Sesampainya di kantin tampak berdesak-desakan memasuki ruangan kantin yang penuh dengan para siswa-siswi, tampak juga para senior yang sedang duduk di depan kantin.
"Cina.... cina... ngantuk ya... bobo sana dulu ", ejekan kaka kelas terhadap Rey.
"Aduh kakak-kakak gak tau apa?, kalau adiknyakan sudah sipit sejak lahir, jadi matanya gitu deh susah dibuka, ha... ha... ha...", ejekan para senior wanita
"Pantasan saja sejak tadi saya tidak melihat bola matanya?. Habis tidak kelihatan sih!, kemungkinan aja sudah di jadikan pentolan bakso sama ibu kantin, ha...ha....ha" serentak para kakak kelas tertawa atas ejekan mereka terhadap Rey.
"Ini ada satu lagi mahluk abstral berkulit hitam".
"Siapa emangnya ada yah?".
"Ada itu si brokoli hangus, ha... ha... ha...", ejekan kakak kelas tiga.
"Jangan kayak gitu dong... Si brokoli hangus kan sudah gunting rambut jadi kelihatan rapi sekali sudah tidak kribo lagi, jadi lebih ganteng deh, ha... ha..."
Mereka bertiga tampak marah lalu berjalan kembali menuju ke kelas.
"Idih ngambek nih ye... mereka bertiga malah balik ke kelas gak lapar apa?. Mungkin sudah kenyang kali habis dengerin kata-kata kita gitu"
"Tertawa lagi yuk!, ha... ha... ha...."
Setelah meninggalkan kantin mereka bertigapun mulai berjalan mencicipi tiap lorong dengan perasaan marah dan juga kesal atas ulah senior terhadap mereka.
"Sudahlah tahan emosi kalian berdua!", teguran Riski sambil merangkul kedua tangannya di atas pundaknya Rey dan Marten.
"Orang Cina yang datang kemari semuanya sukses punya ruko, punya supermarket, punya perusahaan, punya apartemen, punya hotel dan lain sebagainya, kami kaya raya di negeri orang itulah sebabnya kami pintar di dunia bisnis. Asal kalian tahu yah.... kakek saya juga tuh yang membantu memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Dulu disebut dengan pemberontakan Cina kalau tidak percaya coba baca dalam buku sejarah Indonesia", teriakan Rey disepanjang jalan melalui lorong sekolah dengan luapan emosi yang menggebu-gebu bagai bara api yang tiada henti membakar tubuh.
"Berhenti bicara Rey, aku juga orang pribumi, bukannya aku mau marah sama kamu tapi kontrol emosimu lihat itu semua orang lihatin kita, kakak-kakak senior juga melihat kita dengan ekor mata. Sudah dari tadi kalian teriak-teriak terus, kalian pikir ini sekolah milik nenek moyang kalian berdua apa?. Lebih baik kita bertiga masuk ke kelas untuk menenangkan diri sejenak, oke!", ujar Riski tetapi Rey dan Marten tidak mempedulikan kata-katanya Riski dan lansung berjalan ke arah tempat duduk mereka masing-masing.
Dengan penuh rasa kesal yang berlebihan Rey dan Marten pun memasuki kelas terlebih dahulu dan langsung menuju bangku masing-masing tanpa ada kata-kata. Kelihatannya mereka berdua juga sedang cuekin Riski. Terasa hening diruang kelas ini jika tanpa keributan yang hangat dari mereka bertiga. Perkataan Rey sebagian besar tamparan keras untuk bangsa ini yang masih merasakan kemiskinan di atas tanah sendiri. Pada hal terlihat bahwa orang etnis pendatang dari luar negeri yang datang tinggal di Indonesia dapat memiliki kekayaan dan juga kesejahteraannya di atas hak orang Indonesia untuk hidup sejahtera di bumi pertiwi. Kemanakah keadilan berada?. Ataukah para pemimpin telah lalai dalam mengerjakan tugasnya masing-masing.Sebuah janji palsu diucapka terus menerus yang dapat menodai jabatan mereka sebagai pemimpin negeri ini dengan setitik kebahagiaan, sepanjang harapan yang tidak pernah luput dari cobaan itulah Indonesia. Setelah istirahat memasuki pelajaran terakhir sebelum pulang sekolah nanti. Ibu gurupun datang dan mengajar bahasa Indonesia, materinya tentang teks pantun.
" Selamat siang anak-anak", kata ibu guru.
" Selamat siang ibu guru", serentak murid menjawab.
" Hari ini ibu akan mengajarkan pantun, apa yang kalian ketahui tentang pantun?", tanya ibu guru.
" Bersajak a-b-a-b", Serentak murid menjawab.
" Iya betul sekali, sebelum ibu menjawab ada satu pantun dari ibu untuk kalian"
Apa guna orang bertenun
Untuk mebuat kain dan baju
Untuk apa orang berpantun
Untuk menimba berbagai ilmu
(ibu guru berpantun).
"Saya balas ya bu...", balasan marten
Ayam hitam telurnya putih
Mencari makan di pinggir kali
Orang hitam giginya putih
Kalau tertawa manis sekali
(balasan pantun dari Marten)
"Ehh, Marten siapa bilang gigimu putih, ngaca dulu dong sebelum pergi ke sekolah gigimu itu warna kekuning-kuningan gitu yah... malah dibilang putih, hahaha....", kata Rey sambil membuat semua orang pun tertawa.
"Ibu aku punya satu pantun lagi buat balasan", kata Riski sambil menunjuk tangan
Jalan-jalan ke pasar unik
Membeli baju dan handphone baru
Siapa gerangan wanita cantik
Yang tersenyum dihadapanku.
(Balasan pantun dari Riski)
" Riski... hati-hati entar kamu dimarahin loh sama kekasih ibu baru tahu rasa kamu", kata Marten kepada Riski.
" Ibu aku punya pantun juga nih....", kata aku sambil menunjuk tangan ke atas
Batu dibancah jangan diungkit
Kalau diungkit kayunya tumbang
Lebih parah daripada sakit
Karena kekasihku diambil orang
(Balasan pantun dariku).
" Sudah semuanya diam, kalau terlalu banyak pantun kapan mau belajarnya?"
" Kalau begitu ibu saya kasih pantun terakhir nih...dengar baik-baik ya..."gurauan Rey
Laut merah tak bergelombang
Ladang hijau penuh ilalang
Hati siapa yang tak bimbang
Berkepala botak minta dikepang
Balasan dari Rey sambil memberi gerakan terhadap teman kelasnya yang botak membuat semua orang di dalam ruangan kelas tertawa lebar.
"Semuanya harap tenang yah.....ibu guru akan melanjutkan materi pembelajaran Bahasa Indonesia".
" Siap...Iya ibu". Serentak kami menjawab.
" Sssstt...Sssstt...wey, Marten", bisikan Rey.
" Iya... Ada apa Rey?". Jawab Marten.
" Kamu lihat sendirikan.....ibu gurunya montok bro!".
" Montok depan belakang atas bawah! Kelihatannya ibu guru masih muda sekali!"
" Iya sepertinya!".
" Kita dekatin ibu guru yuk ?". ajakan Rey.
" Okey, tapi aku mau lihat dalamannya dulu!". Jawab Marten.
" Dalaman rok maksud kamu?", tanya Rey.
"Ya..Iyalah dalaman mana lagi yang enak dilihat kalau bukan itu, sudah dulu ya mumpung ibu gurunya mau lewat dihadapan mejaku", dengan sengaja Marten melemparkan penanya kesamping meja dan merunduk melihat ke dalam roknya ibu guru yang sedang berjalan melewati tempat duduknya. "Wah...Putih...", kata Marten.
Ibupun berbalik "Marten apanya yang putih?".
"Siap maaf ibu maksudnya tehel dasar kelas kami ini loh.... putih sekali"
Ibupun menggelengkan kepalanya dan meneruskan perjalanannya dari meja siswa ke meja siswa lainnya. Tiba-tiba saja Rey pun berusaha memanggil Marten dengan nada yang begitu pelan hingga tidak dapat di dengar oleh orang lain.
"Marten dalamannya warna apa?", tanya Rey
"Warna putih...mempesona", jawab Marten.
"Napsu kamu! kalau begitu aku lihat juga yah, sebentar lagi ibu gurunya mau lewat sini bro......", kata Rey sambil menirukan apa yang dilakukan Marten.
"Wah... putih...", kata Rey.
Ibu guru kebingungan dengan tingkah laku Rey dan Marten dengan secara langsung ibu pun bertanya "Ada apa dengan kalian berdua khususnya Rey dan Marten yang tingkah lakunya aneh dari tadi, apanya yang putih?".
"Sudah kubilang dari tadi..... jangan aneh-aneh". bisikan Riski.
Secara bersamaan Rey dan Marten menjawab "Tidak ada apa-apa kok ibu, lebih baik ibu melanjutkan lagi pelajarannya deh dari pada waktunya habis!".
"Ibu melanjutkan pelajarannya tapi kalian jangan aneh-aneh lagi di dalam kelas", nasehat ibu guru dengan nada lantang.
"Siap Iya ibu", serentak mereka berdua menjawabnya.
Selama berlansung pembelajaran Bahasa Indonesia akhirnya penantian kami untuk menunggu bel pulang sekolah berbunyi. Setelah itu kami bergegas menyimpan buku ke dalam tas, berdoa sebelum pulang kembali kerumah, memberi salam kepada ibu guru, dan mendengarkan nasehat dari ibu guru. Ternyata ibu guru menunjuk Riski menjadi pengibar bendera untuk upacara hari senin nanti karena sudah tugasnya kelas kami X ipa 1 sebagai penyelenggaraan upacara. Nantinya Riski disebelah kanan, sebagai pengibar bendera di tengah seorang cewek yang ditugaskan memegang sang pusaka bendera merah putih secara berhati-hati, dan sebelah kiri mengatur langkah kaki mereka bertiga. Setelah ditentukan siapa-siapa saja yang berperan aktif dalam penyelenggaraan upacara semuapun dipersilahkan pulang kerumah masing-masing. Tampak di depan pagar sekolah Rey sudah dijemput dengan mobil mewahnya lalu Rey mengajak Riski dan Marten untuk ikut bersamanya biar sekalian diantar kerumah masing-masing. Itulah sahabat bukan mereka yang menghampiri kita ketika mereka butuh, namun mereka yang tetap ada bersama kita ketika seluruh dunia menjauh dari kita karena hidup ini tidak ada satu pun orang yang menjalaninya sendiri.
Sesampainya dirumah langsung saja Riski masuk kekamar untuk mengganti pakaian seragam dan terdengar olehnya dipanggil ibu.
"Riski... riski... kamu sudah ganti pakaianmu...?"
"Sudah ibu", Riski pun berjalan keluar kamar lalu bertemu ibunya." Ada apa ibu terus memanggilku sejak dari tadi...?".
"Ibu mau kasih kamu HP android baru!"
"Wah, HP ini lagi ngetren di sekolah Riski nih bu tapi siapa yang belikan HP ini ibu?"
"Dari tante Azizah katanya buat kamu sebagai hadiah pertama kamu masuk sekolah".
"Baru hari pertama masuk sekolah saja sudah diberi hadiah, bagaimana selanjutnya".
"Ini hadiah sebagai tanda rasa sayangnya tante Azizah terhadapmu biar kamu selalu bersemangat untuk sekolah sampai lulus sekolah dengan nilai yang memuaskan".
"Mulai sekarang Riski janji sama ibu akan selalu berprestasi disekolah!", kata riski sambil memegang tangan ibunya dengan secara lembut.
"Ibu akan pegang kata-katamu dan juga ibu akan selalu berdoa agar kelak kamu menjadi orang yang sukses ya nak...".
"Iya ibu, Riski kembali kekamar dulu yah dan ibu jangan lupa sampaikan rasa terima kasihku ke tante Azizah?".
"Iya nak..., sudah pasti ibu akan sampaikan".
Setelah sampai dikamarnya, Riski membaringkan tubuhnya ke tempat tidur sambil melemparkan HP barunya keatas dan ditangkap lagi olehnya ia melakukannya berulang kali, lalu Riski pun melamunkan diri. "Gravitasi Bumi adalah sebuah benda yang dilempar keatas pasti akan jatuh kembali ke bawah. Begitu pula halnya dengan seorang manusia betapa kaya derajatnya seorang manusia namun di mata Tuhan semua sama tidak boleh kita saling membeda-bedakan satu sama lain walaupun dia berdarah biru dari kerajaan yang kaya raya sekalipun namun sudah dipastikan akan kembali kepada Sang penciptanya dengan derajat yang paling rendah, kotor, dan sederhana dalam berkata-kata. Ini masalah bagaimana cara manusia menjalani hidupnya ketika harus jatuh dan mencoba bangkit dari kegagalan seperti halnya gravitasi bumi. Apa daya jika bumi ini tanpa gravitasi pastinya semua akan melayang bagaikan balon gas yang berada diruangan kosong dan melayang mengikuti arah angin dikarenakan ia tidak punya daya untuk menggerakkan tubuhnya sendiri itu bertanda bahwa kita sebagai manusia harus bersyukur dengan semua rencana Tuhan di dalam hidup ini sebab tuhan tahu apa yang harus dilakukan sebagai pencipta alam semesta ini.
Dan sudah tiba saatnya menjadi petugas upacara pada hari senin ini setelah melewatkan hari minggu dirumah untuk latihan dengan bersungguh-sungguh. Jantung Riski mulai berdebar kencang, gugup, dan mencoba percaya diri dengan suara lantang.
"Loncang depan gerak, tegak gerak, langkah ditempat... gerak. Maju... jalan", kata Riski sambil mengatur langkah kakinya sampai didepan tiang bendera dengan sempurna. "Langkah ditempat... gerak, berhenti... gerak, luruskan, lurus, tiga langkah maju kedepan... jalan, serong kiri serong kanan... gerak", dan mereka bertiga mulai memasangkan bendera merah putih pada tali di samping tiang secara bersamaan dengan suara lantang dari Riski sambil membuka sang pusaka bendera merah putih.
"Lapor, bendera siap....."
"Untuk seluruhnya, Hormat....gerak",kata pemimpin upacaradengan tangan ke atas menghormati bendera merah putih di iringi dengan lagu indonesia raya.
Selama berlangsunya upacara hingga selesai, sungguh memuaskan pada hari ini dikarenakan tidak terdapat satupun ke salahan pada saat Upacara sedang berlangsung banyak siswa siswi dan guru-guru yang meminta foto bersama dengan mereka bertiga yang sebagai penggerak bendera yang kelihatan gagah dengan pakaian putih, yang terdapat dalaman merah yang terikat pada leher, sarung tangan putih, dan tidak lupa untuk memakai peci warna hitam yang telah terpasang browsur burung garuda emas di atas kanan peci. Sungguh terlihat gagah berani saat memakai pakaian seperti ini. Naumun, harus segera diganti dengan seragam putih abu-abu agar dapat menyesuaikan diri dengan siswa-sisiwi lainnya didalam kelas. Selama berlangsungnya pelajaran PKN. Ibu guru langsung saja menunjuk Riski mengikuti lomba cerdas cermat demokrasi, tempat lokasinya dibalai besar Menteri Pendidikan, tandanya besok Riski tidak pergi ke sekolah karena diharuskan mengikuti lomba di pagi hari hingga selesai.
Setelah seharian penuh mengikuti pelajaran sampai tiba saatnya untuk pulang sekolah Riski tetap belajar materi PKN agar dapat menjawab soal cerdas cermat nanti di esok hari.

KANKER QU GANGSTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang