Suara tembakan menggema, rintihan menjadi teman, merah menjadi warna dasar. Ia berteriak kalap, melepaskan tembakan hingga sampai ditempat persembunyian. Matanya yang tajam sial mengawasi, tubuhnya kecoklatan berkeringat dengan beberapa luka yang menghiasi. Dialah Gempa, salah satu pemuda yang ikut pertempuran dengan sekutu.
Setelah mengisi peluru, ia kembali ke posisi awal. Siap untuk menembak tank tank sekutu.
Dor dor dor dor
Satu tank meledak, tersisa beberapa lagi
"TEMBAK LAGI!" teriak salah satu pemuda. Kontan, teriakan tersebut membakar semangat yang lain. Suara peluru terlepas terdengar nyaring, perlahan sekutu tumbang. Peluru menancap di jantung. Nyawa hilang bertebaran. Akhirnya, mereka menang. Gempa tersenyum, pertempuran ini telah berakhir. Salah satu temannya mendekat. "Akhirnya, kamu baik baik saja bung?" Tanya temannya itu. Dengan senyum lebar ia menjawab, " tentu saja, Gilang. Sekutu itu menyebalkan . Membuat masalah saja". Setelah bercakap sebentar dengan teman yang lain, Gempa dan Gilang ikut mengevakuasi pemuda lain yang tewas dan ikut membantu mengobati yang terluka parah. Untungnya dari pertempuran tanggal 27 Oktober tersebut tidak ada bom yang menghancurkan rumah warga. Setidaknya, masyarakat masih mempunyai tempat tinggal.
Waktu berlalu, kini Gempa bersama pemuda lainnya sedang duduk membicarakan nasib negara ini. Mereka duduk sambil bercakap-cakap. Tiba-Tiba salah seorang pemuda datang dengan napas terengah, "Hei, aku ada kabar baru" ucapnya. Gempa berdecak, kabar apalagi kali ini? Kesepakatan lagi? . Untuk menghindari rasa penasaran, ia pun bertanya "Kabar apa, Amir?" . "Bung Karno dan Jenderal D.C Hawthron tiba di sini tadi, mereka akan melakukan perundingan," jawab Amir. Perundingan? Lagi? Antara pemerintahan RI dan Jenderal D.C Hawthron. Apakah mereka merundingkan pertempuran waktu itu?. Batin gempa terus bertanya tanya. Tapi, apalah dayanya yang hanya pemuda biasa.
Esoknya, terdengar kabar bahwa Jenderal D.C Hawthron meminta untuk menghentikan gencatan senjata. Bung Karno menyetujui hal tersebut. Namun ternyata, kesepakatan tersebut dilanggar oleh pihak sekutu hingga dalam suatu insiden Brigjen Mallaby tewas terbunuh. Mobil Buick yang ditumpangi Brigadir Jenderal Mallaby berpapasan dengan sekelompok milisi Indonesia ketika akan melewati Jembatan Merah. Kesalahpahaman menyebabkan terjadinya tembak menembak yang berakhir dengan tewasnya Brigadir Jenderal Mallaby oleh tembakan pistol seorang pemuda Indonesia yang tak diketahui identitasnya, dan terbakarnya mobil tersebut terkena ledakan granatyang menyebabkan jenazah Mallaby sulit dikenali.
Dengan adanya peristiwa tersebut Inggris mengeluarkan ultimatum 10 November 1945 untuk meminta pihak Indonesia menyerahkan persenjataan dan menghentikan perlawanan pada tentara AFNEI dan administrasi NICA. Selain itu, pengganti Brigjen Jenderal Mallaby, Mayor Jenderal Robert Mansergh mengeluarkan ultimatum yang menyebutkan bahwa semua pimpinan dan orang Indonesia yang bersenjata harus melapor dan meletakkan senjatanya di tempat yang ditentukan dan menyerahkan diri dengan mengangkat tangan di atas.
Sekarang, topik itulah yang di bahas Gempa bersama pemuda lainnya. "Atas dasar apa mereka membuat ultimatum tersebut, mereka tidak punya hak untuk mengatur negara kita," ucap Amir. Kontan, semua yang berada di situ mengangguk setuju. "Masyarakat banyak yang tidak setuju. Tentu saja, ultimatum tersebut merugikan kita," timpal Gilang. "Penolakan kita sudah resmi dinyatakan oleh Gubernur Suryo," ucap Gempa yang tidak membuka suaranya sejak tadi.
Meletuslah pertempuran tanggal 10 November itu dikarenakan penolakan yang dilakukan rakyat Surabaya. Dengan semangat dan perjuangan pertempuran terjadi besar-besaran. Semangat telah berkobar pada para pemuda juga pejuang lainnya. Bung Tomo memimpin setelah memberikan pidato singkatnya lewat radio Jln. Mawar no.4 . Bung Tomo membakar semangat juang arek arek Surabaya dengan pidatonya yang berisi;
Bismillahirrohmanirrohim..
Merdeka!!!
Saudara-saudara rakyat jelata di seluruh Indonesia terutama saudara-saudara penduduk kota Surabaya.
Kita semuanya telah mengetahui.
Bahwa hari ini tentara Inggris telah menyebarkan pamflet-pamflet yang memberikan suatu ancaman kepada kita semua.
Kita diwajibkan untuk dalam waktu yang mereka tentukan, menyerahkan senjata-senjata yang telah kita rebut dari tangannya tentara Jepang.
Mereka telah minta supaya kita datang pada mereka itu dengan mengangkat tangan.
Mereka telah minta supaya kita semua datang pada mereka itu dengan membawa bendera putih tanda bahwa kita menyerah kepada mereka
Saudara-saudara.
Di dalam pertempuran-pertempuran yang lampau kita sekalian telah menunjukkan bahwa rakyat Indonesia di Surabaya.
Pemuda-pemuda yang berasal dari Maluku,
Pemuda-pemuda yang berawal dari Sulawesi,
Pemuda-pemuda yang berasal dari Pulau Bali,
Pemuda-pemuda yang berasal dari Kalimantan,
Pemuda-pemuda dari seluruh Sumatera,
Pemuda Aceh, pemuda Tapanuli, dan seluruh pemuda Indonesia yang ada di Surabaya ini.
Di dalam pasukan-pasukan mereka masing-masing.
Dengan pasukan-pasukan rakyat yang dibentuk di kampung-kampung.
Telah menunjukkan satu pertahanan yang tidak bisa dijebol.
Telah menunjukkan satu kekuatan sehingga mereka itu terjepit di mana-mana.
Hanya karena taktik yang licik daripada mereka itu saudara-saudara.
Dengan mendatangkan Presiden dan pemimpin-pemimpin lainnya ke Surabaya ini. Maka kita ini tunduk untuk memberhentikan pertempuran.
Tetapi pada masa itu mereka telah memperkuat diri.
Dan setelah kuat sekarang inilah keadaannya.
Saudara-saudara kita semuanya.
Kita bangsa indonesia yang ada di Surabaya ini akan menerima tantangan tentara Inggris itu,
dan kalau pimpinan tentara Inggris yang ada di Surabaya.
Ingin mendengarkan jawaban rakyat Indonesia.
Ingin mendengarkan jawaban seluruh pemuda Indonesia yang ada di Surabaya ini.
Dengarkanlah ini tentara Inggris.
Ini jawaban kita.
Ini jawaban rakyat Surabaya.
Ini jawaban pemuda Indonesia kepada kau sekalian.
Hai tentara Inggris!
Kau menghendaki bahwa kita ini akan membawa bendera putih untuk takluk kepadamu.
Kau menyuruh kita mengangkat tangan datang kepadamu.
Kau menyuruh kita membawa senjata-senjata yang telah kita rampas dari tentara Jepang untuk diserahkan kepadamu
Tuntutan itu walaupun kita tahu bahwa kau sekali lagi akan mengancam kita untuk menggempur kita dengan kekuatan yang ada tetapi inilah jawaban kita:
Selama banteng-banteng Indonesia masih mempunyai darah merah
Yang dapat membikin secarik kain putih merah dan putih
Maka selama itu tidak akan kita akan mau menyerah kepada siapapun juga
Saudara-saudara rakyat Surabaya, siaplah keadaan genting!
Tetapi saya peringatkan sekali lagi.
Jangan mulai menembak,
Baru kalau kita ditembak,
Maka kita akan ganti menyerang mereka itu kita tunjukkan bahwa kita ini adalah benar-benar orang yang ingin merdeka.
Dan untuk kita saudara-saudara.
Lebih baik kita hancur lebur daripada tidak merdeka.
Semboyan kita tetap: merdeka atau mati!
Dan kita yakin saudara-saudara.
Pada akhirnya pastilah kemenangan akan jatuh ke tangan kita,
Sebab Allah selalu berada di pihak yang benar.
Percayalah saudara-saudara.
Tuhan akan melindungi kita sekalian.
Allahu Akbar! Allahu Akbar! Allahu Akbar!
Merdeka!!!
"MERDEKA ATAU MATI!" ucap Bung Tomo yang diikuti serempak oleh masyarakat Surabaya.
"MERDEKA ATAU MATI!" Ikut seluruh rakyat.
Dengan lafalan tersebut, pertempuran dimulai. Semua sibuk bertempur. Gempa menembak tentara Inggria tanpa henti. Percayalah, dalam dadanya telah berkobar kata kebebasan. KEBEBASAN INDONESIA. Maka dengan itu ia akan memperjuangkannya tak peduli apapun yang harus dikorbankan.
Pistol, pisau, bambu runcing menjadi teman. Darah tak henti mengalir. Bunyi tembakan bagai suara pengiring. Gempa kalap, menyerang siapa saja tentara Inggris yang tampang pada penglihatannya.
Lihatlah, di pertempuran itu. Para pahlawan mempertahankan negara mereka. Mempertahankan harga diri negara mereka. Mempertahankan hak mereka. Dara terbalas datah, nyawa terbalas nyawa. Menit menit berlalu, tak disangka, rakyat Surabaya berhasil. BERHASIL MEMPERTAHANKAN KOTA MEREKA
KAMU SEDANG MEMBACA
Semangat Juang
Historical FictionBegitu besar jasa para pahlawan untuk kita. Bagaimana kalau kita mengenangnya dengan cara yang berbeda? Challenge wajib 2 WOW [Reborn] : Semangat Juang [[Lapak Semangat Juang adalah kumpulan one shot dengan tema perjuangan dari setiap member World o...