1. Bandung Lautan Api!

924 23 1
                                    

Bandung, 12 Oktober 1945

Seorang laki-laki yang berusia senja berlari menuju desanya, lebih tepatnya ke rumah pemuda yang paling disegani di desanya.

Kang Asep, itulah panggilannya, Laki-laki itu semakin memperlebar langkahnya saat melihat pemuda yang dimaksudnya sedang membersihkan kujang di depan rumah.

"Gumelar, ada kabar penting dari balai kota!"

Gumelar yang melihat Kang Asep berlari tergopoh-gopoh lantas bangun dan mempersilahkannya duduk.

"Atuh ada apa Kang Asep? Sampai lari-lari begini. Sebentar saya ambilkan minum"

"Ulah-ulah, kamu teh dengerin saya dulu, ini ada kabar penting," ucapnya tersendat-sendat

Gumelar lantas duduk di samping Kang Asep

"Aya naon kang?" Tanya Gumelar

"Pasukan inggris datang! Saya tahu apa maksudnya datang ke bandung, pasti teh dia mau ngambil alih kota ini, saya gak akan pernah sudi membiarkan kota ini ada di bawah kekuasaannya!" Ucap Kang Asep berapi-api

Alis Gumelar bertaut, rahangnya mengeras. Hatinya marah, sangat marah, bahkan setelah Indonesia merdeka masih saja ada yang berusaha memanfaatkan negeri ini? ini tidak bisa dibiarkan!

---


Gumelar baru saja tiba di kota, dia melihat bagaimana situasi kota Bandung sekarang.

Semua kembali seperti sebelum kemerdekaan, truk-truk pengangkut tentara berlalu lalang, ras kaukasian memenuhi sudut kota, bahkan banyak gadis-gadis yang dirayu oleh tentara inggris, karena tak tahan Gumelar bahkan menghajar tentara inggris yang sudah kelewat batas pada gadis-gadis pribumi.

Gumelar menatap kota bandungnya, kota tercintanya dengan prihatin dan amarah yang membuncah, ini kah hasil kemerdekaan? Bahkan mereka seperti meremehkan kemerdekaan yang sudah diraih dengan susah payah.

"Gumelar!"

Gumelar menoleh dan menemukan Udin, sahabat karibnya di desa.

"Udin! Kamu ngapain di sini?" Tanya Gumelar

Sesampainya di depan Gumelar, pemuda itu meremas keras pundak Gumelar sembari mengguncangkanya.

"Desa! Semua senjata hendak dirampas sama orang-orang inggris! Ayo pulang Gumelar!"

Gumelar dan Udin segera kembali menuju desa dengan menumpang kuda milik pribumi. Pikirannya kacau, baru sebentar dia ke kota namun tentara inggris itu sudah berbuat ulah di desanya.

Sesampainya di desa, Gumelar segera berlari menuju rumah, dia khawatir dengan Ibu dan Adik perempuannya.

Tok Tok Tok


"Ibu! Ini Gumelar!"

Ibunya membukakan pintu, raut wajahnya khawatir bukan main. Gumelar segera menarik Ibunya masuk ke rumah lalu mengunci pintu dengan tiga buah kayu yang dibentangkan.

"Kamu dari mana saja nak? Desa ini ribut sekali, Ibu takut," ucap Ibunya sembari menangis tersedu-sedu

"Saya dari kota Bu, maaf kan saya yang pergi tanpa izin Ibu"

BRAK BRAK BRAK!

Gumelar dan Ibunya terlonjak kaget mendengar pintu yang hendak digebrak dari luar.

Gumelar mengambil golok dan merangkul Ibunya menuju pintu belakang, tak lupa dia ajak adiknya--Desi, untuk keluar dari rumah.

"Desi, bawa Ibu ke balai desa, tunggu kakak di sana, dan jangan ke mana-mana." Ucap Gumelar pada adiknya

Semangat JuangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang