Part 2

48 4 1
                                    


***

Taktik 1 : menjadi jelek.

Aku berangkat ke sekolah berlari dan tidak melewati rute terdekat. Pagi itu pun aku sarapan ikan bakar, tidak mandi, tidak sikat gigi, tidak memakai parfum dan tidak memakai deodoran. Dan tidak akan lengkap jika aku tidak memakai seragam putih ku yang kemarin. Rambutku hari ini juga sangat trendi kok. Anak-anak gaul menyebutnya rambut 'badai' dan saat ku sebut 'badai' maksudku benar-benar 'badai'. Aku berputar-putar mengitari sekolah sambil berteriak-teriak seperti orang gila. Menyapa semua orang yang ku kenal. Malu? Pasti. Tapi demi membuat Arya jijik padaku dan berpaling pada Melati. Akan kulakukan apapun.

Sialnya menjadi ku adalah hari ini Arya tidak masuk sekolah. Dan perlakuan jorokku pun sia-sia.

Taktik 2 : membuat banyak kesempatan Melati dan Arya untuk berduaan.

Mereka sudah satu kelas jadi tidak sulit bagiku untuk membuat keajaiban. Temanku, Syifa, adalah ketua murid kelas mereka dan Syifa itu sangat mudah dibujuk. Dan dengan bantuan Syifa, Melati dan Arya bisa satu bangku. Dengan begitu setiap pembagian kelompok, otomatis mereka akan satu kelompok.

Saat istirahat biasanya kita makan di kantin bertiga membeli mie atau kadang baso.

Tapi sekarang aku selalu membawa bekal dan selalu makan di kelas sehingga mereka saat istirahat hanya berdua. Taktik itu berjalan lancar selama beberapa hari tapi pada akhirnya mereka tetap menjemputku dan kita makan bekal bertiga. Gagal.

Taktik 3 : menjadi pribadi yang menyebalkan.

Karena kita jadi bertiga lagi saat istirahat. Kupikir taktik ini akan berhasil.

"Hei, kalian," ujarku, saat jam istirahat setelah selesai makan. "Kita kan sudah berteman selama 1 tahun ya. Sudah lumayan lama kan ya. Aku pingin kalian tau diriku yang asli."

Aku membungkukkan badanku, mengangkat sebelah kakiku ke atas bangku taman dan bersendawa kemudian tertawa.

"Kenyang," ujarku, lega.

Aku tidak tahu apa taktikku berhasil pada Arya. Tapi, aku sudah cukup membuat Melati kaget. Dia ternganga lebar, dan hanya bisa bengong tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Kemudian dia menutup tempat bekalnya dengan rapi sebelum berkata, "kayaknya aku juga udah kenyang."

Aku benar-benar merasa bahagia, penuh kemenangan. Saat aku melirik ke arah Arya, dia masih bisa dengan lahap memakan bekalnya tanpa merasa jijik sama sekali. Dinding pertahanannya kuat. Tapi, yang selanjutnya pasti bisa membuat dinding pelindungnya roboh.

"Katanya kita jam bebas sampai bel terakhir ya," ujarku.

"Iya, katanya sih begitu. Ya kan Ar?" tanya Melati. Arya hanya mengangkat kedua alisnya tanpa bersuara. Menyebalkan.

"Artinya kita santai aja disini," ujarku sambil bersandar dan membuka kedua sepatuku dan meluruskan kakiku ke bangku taman. Aku mengeluarkan napas panjang sebelum berteriak, "enakan gini kan!!"

Kaos kakiku bolong. Dan tampak jempolku bergerak-gerak. Baunya pun tidak setengah-setengah. Aku sengaja tidak mencuci sepatu dan kaos kaki ini selama 1 minggu penuh dan tetap memakainya setiap pagi dan sore untuk berolahraga. Iya, aku tahu. Jijik.

Melati mencoba menahan napas dan mencairkan suasana dengan berkata, "Hmm.. ada yang nonton stand up comedy kemarin malam?"

Aku memukul-mukul meja sambil tertawa lepas dan sangat keras sambil berkata,"iya iya, ngakak banget!"

Melati kaget tapi kemudian ia tertawa manis sebelum menoleh pada Arya, "Arya? Nonton ga?"

"Iya aku nonton. Kata aku itu episode paling lucu," ujar Arya sedikit tertawa kecil kemudian mata coklatnya itu menatapku sambil masih sedikit tersenyum.

Kampret. Aku ga ngerti arti senyum itu tapi kayaknya taktik ini ga berhasil sama sekali. Menggetarkan dindingnya saja tidak. Kalau begitu, saatnya aku bersiap untuk perang.

Taktik 11 : mengirimi surat cinta bergambar 'bunga Melati' untuk Arya.

Taktik 12 : mengirimi surat benci bergambar 'bunga Mawar' untuk Arya.

Taktik 13 : membantu Melati membuatkan bekal untuk Arya.

Taktik 15 : meneror Arya setiap hari dan setiap saat.

Taktik 19 : memberi tahu semua kelebihan Melati.

Saat ekskul kami sering sekali duduk bertiga melingkar dan ya, ngobrol saja. Aku masih bersikap menyebalkan dan jorok dan terus menyebutkan kebaikan Melati. Tidak sulit untuk mencari kelebihan Melati karena dia punya ribuan kelebihan. Sampai suatu hari, aku tidak bisa memikirkan satu pun kelebihan lagi yang belum kuceritakan pada Arya. Jadi taktik ini, gagal.

Taktik 23 : membuat Arya baper dengan sedikit dorongan.

Saat jam istirahat, Melati duduk di dekat dinding, Arya duduk di sebelahnya dan aku duduk di sebelah Arya dan mendorong-dorong Arya agar berdesakan dengan Melati.

"Geser Ar!! Geser!" teriakku sambil terus mendesak mereka.

"Ya udah, aku aja yang duduk di sebelah sana, Maw, awas." ujar Arya. Bukannya semakin dekat pada akhirnya aku yang duduk berdua dengan Melati dan Arya yang duduk di sisi yang satu lagi. Gagal.

Kesal!

Taktik 34 : meyakinkan mereka kalau mereka adalah jodoh dan pasangan yang cocok lewat zodiak dan ramalan.

Taktik 35 : membuat mereka selalu berpapasan.

Taktik 36 : membuat keajaiban seperti di drama korea.

Taktik 37 : memberi hadiah untuk Arya dengan tanda 'bunga Melati'.

Taktik 38 : menelpon Arya tiap malam dengan suara teriakan dan tangisan wanita dengan menggunakan nomorku.

Taktik 39 : hipnotis.

Taktik 40. Taktik 41. Taktik 42.

Habis semua ideku. Dasar si Arya terlalu kebal.

Aku sudah menjalankan 42 taktik yang sudah kususun dengan sempurna selama semalaman, yang prosesnya itu telah menghabiskan waktu luangku, telah menghilangkan kehidupan SMA-ku dan tidak memungkinkan bagiku untuk memiliki pacar. Dan semua pengorbanan yang kulakukan itu hanya untuk membuat mereka hidup bahagia selama-lamanya seperti dalam cerita, tapi tidak sedikit pun menggores dinding besinya. Dengan yang telah ku lalui selama ini, aku jadi benar-benar yakin bahwa dia bukan manusia. Seorang manusia atau yang masih memiliki hati manusiawi pasti sudah luluh oleh taktik sempurna itu. Dia pasti robot. Tidak, makhluk. Tidak, siluman. Tidak, setan. Tidak. Mungkin lebih tepatnya makhluk robot setan siluman iblis yang muncul dari pusat bumi yang tergelap dan terpanas. Ya, bayangkanlah seperti itulah Arya. Yang ku gambarkan mungkin itu sudah hampir mendekati dengan yang aslinya. 

Oke, tinggal satu taktik lagi yang belum aku lakukan.  


Bersambung ...

Mawar Dan MelatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang