Sekali lagi,
Di waktu yang telah memburam, di bawah langit tak berbintang, di dinginnya malam yang terasing.
aku bertemu dengannya..
Pasi wajahnya mematrikan senyum ragu.
Mala bibirnya melantunkan kidung sendu.
Diujung jalan sana, ia temangu.
Seberkas sinar putih berkilauan menerangi raganya layu..
Lalu,
Disela waktu yang berjejal tanpa jeda,
Terbangun aku di sebuah ruang hampa.
Di mayapada dimana seharusnya aku berada.
Di dunia dimana ia tak lagi ada.
Elegi.
Perpisahan ini abadi.
Aku terjatuh ke gigir curam sedalam tanya,
Tersendat aku merintihkan namanya,
Melara aku dibunuh air mata,
Disela kata maaf dan terima kasih yang terlanjur pusaka.
Semilir hadirnya tak lagi teraba.
Sunyi mengisyaratkan jika ia telah tiada.
Moon Chae Won telah pergi..
Diarak langit menjingga, ia terbang tinggalkan dunia fana.
Dihempaskan cahaya, ia membias diudara, mencium bau surga.
Ia telah hidup di ruang dan momentum yang tak lagi merevolusi matahari.
Ia telah damai diselimuti hangatnya bumi.
Ia telah menjelma menjadi embun pagi.
Dan takkan pernah lagi kembali..
Katamu, hidup hanyalah tentang siapa yang meninggalkan dan siapa yang ditinggalkan.
Katamu, setiap penantian akan mengakhiri duka.
Katamu, setiap kisah harus berakhir bahagia.
Lalu,
Apa kau bahagia disana, Chae Won?
Di langit sebelah mana kau berada?
Apa bulan yang kau lihat adalah bulan yang sama seperti yang kulihat?
Jika 'ya', maka tersenyumlah.
Karena, sabit itu adalah senyummu,
Bulan itu adalah dirimu.
Dan..
Percayalah, matahari yang hidup dibelakangmu.. adalah aku.
Biarkan mereka yang akan menuliskan kisah kita..
Semestapun tahu, tak ada yang mampu menandingi cinta mereka.
Pergilah kemanapun yang kau inginkan, Chae Won.
Berjanjilah untuk tidak terluka lagi.
Berjanjilah untuk tidak menangis lagi.
Maka,
Biarkan pada malam aku merindu
Biarkan pada rinai hujan aku mencumbu
Moon Chae Won..
Apa di dunia dimana kau berada sekarang, kau tersenyum?
