4.

1.6K 127 52
                                    


Rembulan perlahan memulangkan tahtanya pada Sang Raja Langit. Hangat yang terpendar mampu menenangkan semesta yang semalam murka, menghapus air mata langit yang semula berduka, memeluk dingin yang merana.

Geladakku menepi setelah tahunan terombang-ambing tanpa arah mengikuti ombak besar dan badai topan. Semenanjung hatinya adalah pelabuhanku. Aku telah terhanyut dalam deras aliran cinta miliknya.

Cinta kami terlalu ruah, bahkan tak mampu terbendung lagi.

Namun, diantara ribuan senyum yang ia tinggalkan pada sekujur tubuhku, sebutir air mata tetap tertinggal. Dalam ingar bingar pesta pora dua peniti takdir ini tadi malam, aku menangis.

Kami menangis.


Madah suci bernama 'cinta' itu membuatku ketakutan. Kebenaran maknanya menyisakan keraguan. Kepastian terhalang oleh kebimbangan.


Aku tak ingin sedu sedan itu terulang lagi.

Aku tak ingin sesuatu merenggutnya lagi.


Kehilangan dirinya berarti kehilangan nyawaku.


Akankah kesukaran ini lesap dan bahagia pada akhirnya?


"Setelah malam ini, kembalilah ke tempatmu, Song Joong Ki. Tempat dimana separuh jiwamu terbawa. Di hati seseorang dimana kau seharusnya berada," begitu katanya tadi malam. Di jeda peraduan kami.

Ucapannya membuyarkan gairahku yang tengah menggelora.

Ia memperingatiku soal siapa pemilik diriku seharusnya.


Moon Chae Won tak pernah berubah. Makna sebuah keikhlasan tak henti ia ajarkan melalui sendu matanya dan pilu senyumnya. Telak, menggandakan ketakutanku.

Jika aku boleh menjawab, maka jawaban dari dimana seharusnya aku berada, adalah dirinya, Moon Chae Won. Pelabuhan hatiku, rumah bagiku.

Sayangnya, air mata mencekik saluran nafasku.


Moon Chae Won melepas tangan kiriku yang mengalungi lehernya. Dengan lembut, ia menyisir jemariku, lalu perlahan memasangkan kembali benda bulat berkilau dijari manisku. Benda yang kutanggalkan diam - diam saat hendak memulai peraduan ini.

Cincin pertunanganku.


Benda itu tak pernah sekalipun telepas dari tempatnya sejak pertama kali terpasang. Hanya Moon Chae Won yang mampu membuatku sanggup melakukannya. Hanya Moon Chae Won yang mampu merubah seorang pria malang menjadi pengkhianat keji.


Aku tengah berada di persimpangan jalan, Moon Chae Won tahu itu.

Jika perkataannya soal perang yang tengah Han Hyo Joo lewati bukanlah imajinasinya belaka, maka menggadaikan perjuangan Hyo Joo demi kebahagiaanku semata, tidaklah benar.

Aku tak bisa berbuat apa – apa.

Menunggu adalah satu-satunya yang bisa kulakukan, seperti katanya.


Kutatap dirinya yang masih menyunggingkan senyum semanis permen kapas.

Bahkan setelah kecupan yang banyaknya tak terhitung lagi mendarat di sekujur tubuhnya, tak satu kalipun ia memintaku untuk kembali.

R E A L L YTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang