0.9

390 38 12
                                    

"Gab? Kau baik-baik saja?" tanyaku, dan yang terjadi malah Gabriel langsung berlari keluar kelas.

Menimbulkan bisikan-bisikan dari anak-anak kelas, "Tuhkan phobia darahnya kambuh."

Jadi Gabriel phobia terhadap darah?

Tapi dari matanya, ia tidak menunjukan rasa takut saat melihat darahku, melainkan seperti tatapan mendamba akan darah....

———

It's The Next Twilight:
LUNA
0.9

Author's POV

Luna berjalan ke arah kantin dengan masih menatap tangannya yang baru saja diperban dengan tatapan kosong.

Pikirannya masih melayang pada saat kecelakaan kecil yang baru saja terjadi, bukan tentang tangannya yang berdarah, tapi ia sedang memikirkan Gabriel yang tadi berperilaku aneh.

Terlalu banyak kata 'aneh' yang mendeskripsikan diri seorang Gabriel.

'Apa benar dia ada gangguan kejiwaan seperti yang waktu itu aku tuduhkan padanya?' batinnya.

Saking seriusnya Luna terhadap pikirannya sendiri saat ia berjalan tidak sengaja ia menabrak tubuh laki-laki di depannya yang memang sengaja berdiri dia di depan Luna, yang tak lain adalah Alpha.

"Maaf," ucap Luna dengan suara rendah dan melanjutkan perjalanannya. Bahkan dia tidak sedikitpun melirik laki-laki yang baru saja ditabraknya.

Alpha menganga bingung, kalau tadi Alpha tidak sedang memperhatikan Luna dengan seksama mungkin ia tidak akan tahu kalau Luna mengucapkan maaf. Alpha bisa tahu karena dia mengamati bibir Luna yang menggumamkan kata 'maaf' dengan sangat pelan.

Saat Alpha ingin mengejar Luna tangannya tertahan, lalu ia melihat siapa yang menahan tangannya, Rafael, orang kepercayaan ayahnya.

"Rafael? Sedang apa kau di sekolah?!" tanya Alpha panik, ini pertama kalinya ia melihat Rafael masuk ke sekolah, biasanya ia hanya bertemu saat di rumah ayahnya.

"Kau harus pulang sekarang, aku akan membuat surat izin untukmu, ayahmu membutuhkanmu."

Awalnya Alpha masih diam dan menatap Rafael heran, sampai akhirnya Rafael sedikit berteriak memanggil nama Alpha agar Alpha tersadar.

"Pulang!" ulang Rafael dan kali ini Alpha langsung berjalan menuju ke belakang sekolah dan menuruti perintah Rafael walau di otaknya masih bertanya-tanya masalah apa yang kali ini terjadi.

Tidak, Alpha tidak berjalan ke parkiran untuk mengambil mobilnya, melainkan ia berjalan ke belakang sekolah dan dengan mudahnya dia melompati pagar sekolah yang bahkan tingginya melebihi tinggi badannya sendiri.

Tanpa dia sadari juga ada sepasang mata yang melihatnya melompati pagar.

Setelah berhasil melompati pagar sekolah Alpha langsung berlari dengan kencang ke dalam hutan, dan saat tengah berlari tiba-tiba dia langsung...

Setelah berhasil melompati pagar sekolah Alpha langsung berlari dengan kencang ke dalam hutan, dan saat tengah berlari tiba-tiba dia langsung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Werewolf...

••

"Kau terluka Lun?" Tanya Mikah memastikan.

Luna hanya mengangguk lemah dan masih bermain dengan pikirannya sendiri.

Evan yang baru saja mendengar Luna terluka langsung menghentikan makannya, lalu berpindah duduk di samping Luna dan menggeser posisi Mikah.

"Kenapa kau bisa terluka? Apakah parah? Kau sepertinya terguncang." Tanya Evan lalu memegang telapak tangan Luna yang diperban.

"Tidak terlalu parah, lukanya tidak terlalu dalam jadi tidak perlu dijahit, tapi aku cukup panik karena darahnya banyak sekali haha."

"Kok bisa sih?? Memangnya apa yang terjadi?" Tanya Hazel ikut panik.

Luna menggeleng, "entahlah tadi aku hanya tidak fokus jadi menjatuhkan tabung reaksi yang terbuat dari kaca, lalu saat ingin memungutnya aku menggenggamnya terlalu kuat hingga tanganku terluka, ceroboh memang."

Saat Luna menegakkan kepalanya yang sedari tadi tertunduk, ia melihat teman-temannya menatapnya kasihan.

Luna langsung mengeluarkan senyumannya, "Hey! Asal kalian tahu aku beruntung tanganku terluka, karena tadi di ruang kesehatan yang mengobatiku adalah Leo, kapan lagi kan bisa berduaan?" Ucap Luna berusaha membawa sisi positif dari kejadian ini dengan membawa Leo - laki-laki tertampan di sekolah - yang pastinya akan membuat Hazel dan Lori menjadi mengalihkan pembicaraan.

"Serius, Lun? Duh sepertinya aku hari ini badanku kurang sehat, aku harus ke ruang kesehatan sekarang," ucap Hazel dibuat-buat dengan nada lemah seperti orang yang benar-benar sakit, lalu ia langsung bangkit dari duduknya yang langsung ditarik untuk duduk kembali oleh Mikah.

"Leo tidak akan percaya dengan akting murahanmu itu bodoh," ucap Mikah mencubit pipi Hazel pelan.

Hazel mendengus, "padahal aktingku sudah paling meyakinkan dibanding siapapun."

Luna merasakan ada sesuatu yang terlupakan, namun itu dia, dia lupa.

Untuk beberapa detik dia masih berusaha fokus berpikir apa kira-kira yang dia lupakan kali ini, sampai akhirnya dia mendengar ada yang memanggil namanya.

"Luna?"

Luna yang merasa namanya dipanggil dari arah belakang, Luna pun langsung menoleh kebelakangnya dan kaget karena wajahnya langsung bertabrakan dengan baju seseorang lebih tepatnya di bagian perut.

Luna langsung berdiri dari duduknya dan makin terkejut saat yang di hadapannya adalah Leo, orang yang baru saja menjadi perbincangan di mejanya.

"Kau kaget?" tanya Leo terkekeh pelan.

"Siapa yang tidak kaget saat ada orang yang memanggil namanya dan saat orang itu menengok dia malah bertemu dengan perut orang asing?" ucap Luna yang entah kenapa terdengar sewot.

Leo malah tersenyum dan sedikit mundur, "Maaf, haha. Sepertinya aku terlalu dekat ya?"

Luna malah terdiam saat melihat Leo yang malah tersenyum mendengar ucapannya yang terdengar sewot, itu reflek entah pikiran darimana dia bisa berkata begitu.

"Ini milikmu kan? Kau meninggalkannya di ruang kesehatan tadi, aku hanya ingin mengembalikan itu," ucap Leo sembari memberikan ponsel Luna lalu pergi meninggalkan Luna tak lupa dengan senyuman menawan dari Leo.

"What the hell just happened?" gumam Louis.

"I wish I can be Luna just for one day," lanjut Lori.

Luna hanya menggelengkan kepalanya dan kembali duduk di tempatnya semula, "apa yang kau harapkan dengan menjadi diriku?"

"Well, waktu itu Gabriel, kemarin Alpha dan sekarang Leo, siapa yag tidak mau menjadi dirimu?" tegas Hazel.

"Ugh! Thanks for reminding me that I'm a bitch."

  •• 

Luna turun dari bus sekolah, dan tepat di depannya sekarang berdiri sosok yang sedari tadi  mengusai pikirannya, Gabriel.

Namun hati dan tubuhnya tidak satu pikiran, hatinya ingin sekali menanyakan keadaan Gabriel, namun tubuhnya malah melangkah melewati Gabriel, sampai tangan Luna mendadak ditahan.

"Apa tanganmu baik-baik saja?" tanya Gabriel sambil menatap tangan Luna yang dilapisi perban.

Akhirnya Luna membalikkan badannya, "Ya, tanganku baik-baik saja."

----------------------------------------------------------

huhuhu segitu dulu ya 

by the way gimana nih akhirnya werewolvesnya muncul wkwk

next pemeran utamanya a.k.a vampir nya gua keluarin deh

vote dan komennya ya jangan lupa

LUNA : It's the Next TwilightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang