0.4

474 46 6
                                    


"Sudah puas?" Tanyanya.

Entah keberanian dari mana, aku langsung menendang kemaluannya dengan dengkulku.

Lalu aku menatapnya puas, karena Gabriel langsung berteriak kesakitan dengan tangannya menutupi barangnya.

"Ya aku sudah puas," kataku mantap.

———

It's The Next Twilight:
LUNA.
0.4

"Ini sangat sakit." Ia masih mengeluh.

Sedangkan aku tersenyum puas, "anggap saja itu yang aku rasakan waktu itu."

Gabriel menatapku sekilas, lalu berdiri dengan tegak. "Jadi? Kita sudah berbaikan?".

Aku mengangguk, "ya, namun aku masih butuh penjelasan kenapa kau melakukan itu."

"Anggap saja sebagian dari diri psikopatku sedang kumat," ucapnya malas.

"Nah! Sudah ku bilang kau itu pasti psikopat."

"Ya ya ya terserah apa katamu saja."

Aku menghela napasku pelan, "Gab, boleh aku bertanya sesuatu?"

Gabriel menatapku datar, "itu kau sudah bertanya bodoh."

Benar juga.

"Ih, bukan itu maksudku," kataku cemberut lalu mencubit lengannya pelan.

"Hahaha. Iya iya silahkan, apa yang ingin kau tanyakan?"

Aku menatapnya ragu, "apa kau dan saudaramu memiliki brother dan sister complex?" Pikiranku melayang pada saat jam istirahat di kantin beberapa hari yang lalu.

Gabriel mengernyit bingung, "kenapa kau bertanya seperti itu?"

"Hanya ingin tahu."

"Ini terlalu sulit untuk dijabarkan sekarang, saat sudah waktunya aku pasti akan menjelaskannya kepadamu."

"Tinggal jawab iya atau tidak saja susah," cibirku tanpa sadar. Lalu didetik berikutnya pipiku sudah kesakitan karena dicubit oleh Gabriel.

"Kau itu menggemaskan."

"Lepas, Gab," ucapku risih sambil menarik tangannya dari pipiku.

••

Aku bangun dari bangkuku yang sudah terasa panas, kira-kira sudah dua jam ku duduki.

Saat aku melewati pintu kelas, aku sudah dikageti oleh Gabriel yang bersender di samping pintu.

Lalu dia juga langsung mengikutiku berjalan di lorong sekolah, "Hei."

"Hei," sapaku balik.

"Kau sudah dengar kabarnya?" Tanyanya.

Aku menatapnya bingung, seingatku aku tidak menerima kabar menarik pada hari ini, mungkin hanya kabar bahwa Evan sudah mendapatkan surat izin mengemudinya, itu bahkan tidak penting.

"Kabar apa memangnya?"

Gabriel mendengus pelan, "kalau akan diadakan wisata kebeberapa tempat dikota, kau belum tahu?"

Aku berpikir sejenak lalu menggelengkan kepalaku, yang tak lain adalah jawaban 'belum' untuknya.

"Baiklah, sekarang kau sudah tahu. Apa kau ikut?" Tanyanya menolehkan kepalanya kearahku.

Aku mengedikan bahuku, "entahlah, apakah itu penting? Lama tidak perjalanannya? Aku tidak terlalu suka berada di dalam mobil terlalu lama, itu hanya membuatku pusing dan mengantuk."

LUNA : It's the Next TwilightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang