VA #2

3.7K 137 2
                                    

Mereka melanjutkan langkah kakinya menuju tengah. Di tengah Villa tersebut ada sebuah pendopo, tepat berada di sisi kolam sebelah kiri dan tidak jauh dari pintu masuk candi. Pendopo ini terlihat sangat cantik, atap yang masih terbuat dari anyaman bambu, dan lampu-lampu jaman dulu menunjang kecantikannya.

Di Atas pendopo tersebut disuguhkan beberapa kamar di depannya. Jadi jika mengadakan rapat di pendopo maka tatapan mata mereka akan menuju kamar-kamar yang berada di atas nya. Kamar-kamar tersebut terlihat sangat lembab.

Disini lah biasanya Para Pecinta Alam dan Para pendaki mampir untuk beristirahat sebentar lalu melanjutkan perjalanannya kembali naik ke Gunung Ciremai.

Sebelum ke kamar pasti akan melewati sebuah jembatan kecil dan juga lorong yang di kanan kirinya terdapat patung macan, dan ada ukiran ular yang terukir indah di salah satu tembok di sekitar lorong tersebut.

Lalu akan melewati dapur yang cukup luas, dan melewati lorong kecil kembali yang hanya bisa dilewati satu orang saja, dan terlihat kamar yang beriringan yang nantinya akan dipakai untuk tidur para mahasiswa tersebut. 

2 kamar yang disewa lebih enak dan nyaman sepertinya, karena masih ada cahaya matahari yang nanti nya masuk melalui ventilasi jendela kamar. Tidak seperti kamar yang lain, celah untuk cahaya matahari masuk sekedar untuk memberi kehangatan saja tidak ada.

Sengaja mengambil kamar yang bersebelahan, karena tujuan nya agar tidak repot naik turun saat diminta untuk kumpul dan juga jaga-jaga apabila ada sesuatu kejadian yang sangat tidak diinginkan.

Disamping kedua kamar tersebut ada tangga sebagai akses alternatif yang langsung menuju ke parkiran. Jadi, lebih memudahkan siapa saja yang menginap disana saat harus keluar Villa hanya sekedar untuk membeli makanan.

Pokoknya Villa ini sangat unik menurut mereka dan banyak orang. Tapi menurut penduduk daerah sekitar, Villa ini cukup angker. Apakah villa ini seangker yang dipikirkan oleh penduduk sekitar? Atau itu semua hanya pikiran belaka penduduk sekitar saja? Entahlah, mereka baru survey hari ini, mungkin besok atau lusa mereka akan menginap di Villa tersebut. Setelah selesai survey dan nego harga sama Pak Toto. 

***

Mereka mampir sejenak ke sebuah warung yang tidak jauh jaraknya dari Villa. Sekedar untuk beristirahat, minum dan ngemil.

Baru sampai warung dan duduk sejenak, Pemilik Warung mendekat dan mengerutkan dahi nya, heran melihat mereka turun dari arah Villa tersebut. Sepertinya hendak bertanya, tapi bingung, "Habis dari mana, Neng?" tanya Bapak Pemilik Warung mengawali pembicaraan kami.

"Oh ini Pak, habis dari villa itu. Survey villa untuk acara lusa. Kenapa begitu, Pak?" jawab Iffa penuh dengan rasa penasaran, karena melihat raut wajah Pemilik Warung yang langsung berubah. Ia pun bertanya balik.

"Apa tidak takut, Neng?" Bukannya menjawab pertanyaan Iffa, Bapak Pemilik Warung malah bertanya kembali.

"Eh ada tamu, Pak?" tanya seorang perempuan agak sedikit tua, mungkin istrinya. "Iya Ibu, ini mahasiswa yang menyewa Villa diatas sana," balas Bapak Pemilik Warung hati-hati sekali bicaranya.

"Emang masih bisa disewakan Pak?" tanya Istrinya bingung. "Entah Bu, bapak juga baru tau dari si Neng ini. Mereka sudah nego harga sama Pak Toto," balas Bapak Pemilik Warung dengan suara lemah cemas.

"Hehe, iya Bu. Insya Allah aman," ujar Mas Jaka mencairkan suasana yang canggung dan sedikit agak panas.

"Oh iya Pak, tadi Bapak bilang apa gak takut? Memang apa yang harus ditakutkan, Pak?" Iffa semakin dibuat penasaran oleh Pemilik Warung, sebenarnya ada apa.

"Udah coba. Lo maksa mulu si Bapak jawab, diem napa," terang Mas Jaka yang mulai kesal melihat Iffa sangat penasaran.

"Ya bukan nya gitu Mas, tapi --" ucapan Iffa terpotong oleh Pemilik Warung.

VILLA ANGKER [TERBIT INNOVEL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang