Setelah dan selama diperjalanan mereka lebih banyak diam karena pikirannya masing-masing, akhirnya sampai juga di kampus, dan langsung berjalan menuju ruang rapat. Disana sudah ada Citra, Ninda, Mas Nono, Mas Riki dan Mas Dede yang menunggu mereka dengan duduk santai dan menyambut dengan senyum yang menyebalkan.
Mereka semua sudah menunggu tim koordinator survey. Saat Mas Jaka dan Iffa sampai, mereka seperti antusias sekali untuk mendengarkan hasil survey tadi.
"Tempatnya keren." Simpel, jelas, dan padat hanya 2 kata yang disampaikan oleh Mas Jaka dan berhasil membuat mereka penasaran.
"Kampret, jelasin nya yang bener ngapa Jaka. Jangan bikin penasaran," ujar Mas Nono kesal dengan jawaban Mas Jaka. Ia hanya mengedikkan bahu acuh saja.
"Udah, percuma tanya sama Mas Jaka. Tanya sama Amih Iffa aja, gimana mih?" tanya Citra penasaran sekali. Iffa bingung ingin menjelaskan nya bagaimana dan seperti apa.
Tempatnya memang bagus, bagus banget. Tempatnya juga masih asri banget, adem, tenang tapi ya banyak juga pasti nanti gangguan nya, ditambah lagi wejangan oh bukan tapi peringatan dari Bapak Pemilik Warung yang berhasil membuat Iffa kepikiran.
"Kumat 'kan ah, ini yang bikin gue males kalau survey sama dia. Banyak mikirnya dari pada tindakan nya, segala apa dipikirin terus! Kebanyakan mikir tuh gak akan benar nantinya! Terlalu banyak yang dikhawatirkan justru nantinya akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan! Coba ya, lo tuh sekali aja gak usah kebanyakan mikir ini itu onoh, tapi langsung jawab biar cepet!" Mas Jaka kesal melihat Iffa tiba-tiba diam mematung tanpa menjelaskan hasil survey nya.
"Lo napa sih, Jaka? Sensi mulu kalau dikasih tugas survey sama Iffa," tanya Mas Dede curiga karena melihat sorot mata Mas Jaka yang kesal tapi khawatir.
"Apa jangan-jangan lo itu suka sama Iffa ya? Tapi menutupi semuanya dengan rasa kesal terhadapnya? Haha banci lo kalau iya begitu sikapnya," sindir Mas Dede, ia terkekeh melihat perubahan wajah Jaka. Skakmat! Mas Jaka sekarang diam mematung setelah mendapatkan sindiran luar biasa dari Mas Dede.
"Gak pa-pa, cuma males aja survey sama dia. Ya begini ini hasilnya. Udah mah di jalan bawel banget lagi," hina Mas Jaka mengeluarkan semua unek-uneknya tanpa disadari Iffa.
"Dan apaan? Suka? Gak akan pernah, Mas!" ucapnya lantang dengan sombong.
"Hati-hati loh, Mas. Ucapan lo bisa jadi bumerang buat diri sendiri," ujar Citra mengingatkan.
"Iffa, lo napa hey?" Senggol Mas Nono bertanya, mengibaskan tangan nya di hadapan wajah Iffa. Ia pun langsung tersadar dari lamunannya.
"Eh? Kenapa Mas? Maaf." Iffa terkejut karena senggolan Mas Nono yang berhasil membuyarkan lamunannya.
"Gue jadi curiga. Kaya ada yang gak beres sama itu tempat." Mas Nono mencoba menyelidiki, tapi respon Mas Jaka biasa aja. Ia lebih memilih bersikap acuh dan angkuh.
"Lo kenapa? Sakit?" tanya Citra khawatir melihat Iffa yang sejak tadi diam.
"Kesurupan dia." Semua mata tertuju pada Mas Jaka dan bingung atas lontaran kata yang diucapkannya. Iffa merespon dengan tatapan yang sangat tajam.
"Lo kenapa sih, Mas? Tiap survey sama gue, gak ngenakin banget responnya? Padahal, gue gak pernah loh minta survey bareng lo. Tapi bagaimana lagi disandingkan nya selalu sama lo terus! Dipikirnya gue senang hati gitu survey sama lu! Cih! Males banget! Kalau ada Mas Tomi, gue lebih milih survey sama dia! Paham lo!" sungut Iffa kesal karena sikap Mas Jaka itu.
"Muak juga gue lama-lama kalau tiap habis survei tanggapan lo menjijikan seperti ini. Kalau ada Mas Tomi, gue yakin ia yang akan nemenin gue. Bukan lo!" bentak Iffa hilang kendali karena sikap Mas Jaka yang kali ini menurutnya keterlaluan.
KAMU SEDANG MEMBACA
VILLA ANGKER [TERBIT INNOVEL]
Horrorbermalam di sebuah villa unik yang ternyata itu adalah villa yang bisa dibilang angker. 2 malam yang membuat jantung selalu berdetak kencang karena takut