VA #4

2.6K 105 1
                                    

Matahari yang mengumpat dibalik awan gelap yang sedikit menutupi langit membuat matahari bersinar dengan manja. Mendung bukan berarti hujan, itulah yang sering banyak orang ucapkan. Sama hal nya seperti Iffa yang masih dengan nyenyaknya tertidur di ranjang kebesaran. Ia tetap akan memilih tidur diatas ranjang kebesarannya ini saat hawa malas menyerang diri.

Ia masih enggan untuk bangun karena cuaca yang mendung dan hawa yang sangat sejuk. Tapi aktivitas hari ini mengharuskan nya bangun, karena akan ada rapat lanjutan bersama para peserta yang baru. Sudah banyak pikiran yang akan terjadi nantinya, dapat dipastikan semua peserta tidak akan percaya dengan apa yang nanti disampaikan.

Iffa menghelas nafas panjang, memejamkan mata dan menyakinkan diri untuk bangkit dan tersenyum menghadapi mereka semua.

Ia perlahan menurunkan kaki dari ranjang kebesaran, dan melangkahkan kaki dengan gontai ke arah jendela. Ia membuka gorden dan jendela dengan sempurna, aroma tanah menandakan akan terjadi perubahan cuaca hari itu. Iffa menghirup dalam-dalam aroma tanah yang membuatnya tenang, aroma tanah menjelang hujan selalu ia rindukan karena ada ketenangan tersendiri saat menghirupnya lebih dalam.

Seharusnya, hari ini bisa santai karena libur kuliah, tapi rapat hari ini mengharuskan bangun dari tidur yang nyenyak dan juga merusak hariku! keluh Iffa dalam hati.

Wangi sekali aroma tanah ini, aroma yang selalu ditunggu setiap waktunya. Karena rintikan bulir air bening yang turun dari langitnya Allah mampu memberikan keberkahan bagi siapa saja yang dengan sangat tulus berdoa saat hujan turun.

"Teh, sudah bangun?" tanya Mamah lembut sedikit agak berteriak dari balik kamar.

"Sudah, mau mandi."

"Segera mandi, Nak. Mamah tunggu di bawah untuk sarapan." Ia mendengar langkah kaki yang menjauh dari kamarnya. 

Ia bergegas mandi dan mempersiapkan diri bertemu para peserta baru. Mencoba tersenyum dan tenang saat berhadapan mereka semua, menghilangkan sedikit demi sedikit rasa takut yang menghampiri hatinya dan juga pikirannya.

Setelah selesai mandi, dan mempersiapkan segala keperluan, Iffa bergegas ke ruang makan dan memakan sarapan yang sudah terlewat kan.

"Jadi kemahnya, Teteh?" tanya Mamah yang melintas dan duduk di hadapan Iffa dengan senyum yang sangat manis.

"Jadi Mamah, hari ini akan ada rapat lanjutan. Lalu besok kemungkinan berangkat ke Villa tersebut," jawab Iffa malas tak bersemangat.

"Ya sudah, nanti Mamah bantu berkemas ya. Teteh selama disana pokoknya harus berhati-hati," ujar Mamah menatap Iffa lekat. Yang diberi peringatan langsung melirik ke arah Mamahnya seakan meminta penjelasan, tapi Mamah enggan memberikan sebuah penjelasan. 

Mamah melangkah kan kaki nya meninggal kan Iffa dengan segala pikiran yang ada di otaknya. Hati-hati? Sebuah peringatan atau apa ini? batin Iffa sangat bingung.

Ia segera melahap kembali makanannya dan bergegas berangkat ke kampus. Karena kalau ia telat, sudah dapat dipastikan, akan berurusan kembali dengan Mas Jaka. Paling malas jika sudah berdebat dengan Mas Jaka, itu akan membuatnya emosi sepanjang hari. Namun, seseorang yang telah membuatnya kesal justru biasa saja seakan tidak ada masalah atau sesuatu yang diperbuat olehnya. Menyebalkan bukan?

***

Iffa mempercepat langkah kakinya masuk ke dalam ruangan rapat, disitu sudah ada beberapa pengurus. Diantaranya ada Mas Dede dan Mas Jaka.

Mas Dede menyambut Iffa dengan senyum manis, tapi berbeda dengan Mas Jaka. Ia justru melihat jam tangan yang bertengger manis di lengan nya, mungkin ia heran karena Iffa tepat waktu.

VILLA ANGKER [TERBIT INNOVEL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang