Siapa dia?

13 3 0
                                    

Seperti biasa, setiap sampai dikelas, gue langsung duduk dibangku gue. Saat gue udah duduk, gue lihat ada sesuatu di kolong meja, saat gue ambil benda tersebut, ternyata itu adalah setangkai mawar putih, bunga kesukaan gue. Gue bingung itu dari siapa. Saat teman sekelas gue sedang mengerjakan PR gue berteriak "Woy, tadi pagi ada yang kesini nggak?"

"Pasti ada bunga ya Pril dikolong lo?" Ucap Ahmad.

"Kok lo tau. Jangan-jangan ini dari lo ya, Mad?" Walaupun gue berteriak teman-teman gue -semuanya- yang sok rajin itu, nggak ada yang peduli termasuk sahabat gue , Kirana.

"Ngaco lo, ngapain gue buang-buang uang plus buang-buang waktu gue buat beliin lo bunga mending gue beliin buat Riri." Jawab Ahmad.

"Riri lagi, Riri mulu, Riri terus. Mending dia mau sama lo Mad. Cowo ember kayak lo, main sama cewe terus. Kayak banci najis." Ucap gue ceplas-ceplos. Ahmad sudah kebal mendengar ocehan gue seperti ini.

"Yee, yang penting gue ganteng ya. Buktinya dulu lo pernah suka kan sama gue." Katanya sambil menaikkan satu alisnya -menjijikan-. Ya, gue akui kalau dia emang ganteng, tapi siapa coba yang enggak ilfil liat cowok main game horor terus teriaknya kayak cewek, kan jijik ya.

"Semerdeka lo deh Mad. Terus dari siapa dong ini bunga?" Tanya gue semakin penasaran.

"Itu kan ada suratnya Beb, baca aja. Apa perlu aku yang bacain. Kata yang ngirim aku nggak boleh kasih tau ke kamu Beb." Jawab Ahmad dengan sikap nya yang menjijikan lalu langsung ninggalin gue. Kayak doi ya suka ninggalin gitu aja.

"Iii, geli bego! Gak guna lo Mad, katanya sahabat tapi bantuin ginian kagak mau." Bentak gue .
Gue langsung membuka surat itu. Surat itu bertuliskan:
Gue mau kita deket. Gue akan ada di perpustakaan saat istirahat pertama. Kalo lo mau ketemu gue, lo juga harus ke perpustakaan.
-X1

"Ini yang ngirim cewe atau cowo Mad?" Tanya gue pada Ahmad dengan berteriak.

"Cowo lah Beb." Jawabnya. Entah kenapa dia senang memanggil teman cewe nya dengan sebutan 'Beb'. (Cuma temen deketnya kok). Satu kata buat dia. Menggelikan. Tapi itulah Ahmad, ketua kelas X-4 dan sahabat gue yang gila.

Ini bukan dari Kak Geo kan? Kak Geo nggak seromantis ini. Terus ini dari siapa?

Tak lama saat gue membaca surat tersebut. Ada yang ngagetin gue dari belakang. Dia adalah Kirana.

"Dari siapa Pril?" Tanyanya. Gue hanya mengangkat kedua bahu gue . Dia langsung mengambil surat itu tanpa meminta izin dari gue. "Kalo gitu nanti kita harus ke perpustakaan Pril." Ucap Kirana sambil senyam-senyum.

"Tapi kalo misalnya yang ngirim bu–" Ucapan gue terputus.

"Bu apa? Bukan Kak Geo?" Katanya, gue hanya mengangguk. "Gak peduli siapa yang ngirim. Setidaknya kita dateng Pril. Tenang ada gue."

"Semerdeka lo deh Ran."

"Mad, Pak Karim nggak dateng? Udah mau jam 8 nih." Kata Ratri salah satu teman gue yang sangat menyukai Free Class. Ralat! Bukan hanya dia yang menyukai FreeClass, gue pun bahkan hampir teman sekelas gue pun menyukai itu. Jam dimana tidak ada guru, dimana satu kelas bisa solid secara tiba-tiba.

"Kayaknya nggak deh Rat, soalnya tadi gue ngecek di kantor nggak ada." Jawab Ahmad.

"Alhamdulillah." Semua bersorak.

Karena mengetahui tidak akan ada guru untuk pelajaran pertama gue membuka ponsel. Gue membuka bbm dan membuka kontak Geo.

Neo Apriliani:
Ka

Geovani Putra:
Apa? Lo lagi nggak belajar?

Neo Apriliani:
Gurunya nggak dateng. Gurunya males ngajar kelas gue kali
Neo Apriliani:
Gue mau nanya dah ka

Geovani Putra:
Apaan?

Neo Apriliani:
Lo tadi pagi kekelas gue nggak?

Geovani Putra:
Nggak. Emang kenapa?

Neo Apriliani:
Yksip(: Gak papa nanya doang:v
Read 08.10

Ternyata yang ngasih bunga ini bukan Kak Geo. Padahal gue berharap dia yang ngasih.

***

Saat istirahat pertama gue dan Kirana pergi ke Perpustakaan. Sebenarnya gue malas ke Perpustakaan karena gue udah tahu kalau yang ngirim surat tadi bukan Geo. Dan tidak ada yang menyenangkan di Perpustakaan. Saat kami sudah masuk, hanya ada penjaga Perpustakaan disini. Karena Kirana penasaran dengan si 'X1' jadi terpaksa gue juga harus menunggunya disini. Untuk menghilangkan rasa bosan, kami mencari buku untuk dibaca. Setelah sudah mendapatkan buku yang kami inginkan, kami langsung duduk kembali.

Sudah lima menit kami menunggu si 'X1' dan belum ada tanda-tanda dia akan datang.

"Ran, udahan yuk nungguin nya. Ke kelas aja." Keluh gue. Sumpah ya gue paling males ke Perpustakaan, karena emang nggak ada yang menyenangkan disini. Lagi juga nggak ada buku novel penulis ternama. Kalau disini ada novel Tere Liye atau Boy Candra, mungkin gue akan betah -sangat betah- disini.

"Sabar Pril. Sepuluh menit lagi. Kalo dia nggak dateng baru kita ke kelas." Jawabnya. Gue hanya menghela napas dan kembali melanjutkan membaca buku.

Sudah sepuluh menit dan yang berada disini masih sama seperti tadi hanya ada gue , Kirana, dan penjaga Perpustakaan.

"Udah sepuluh menit, Ran." Keluh gue (lagi). "Sebentar lagi bel masuk." Lanjut gue .

"Ya udah deh kita ke kelas aja."

Setelah sampai dikelas. Gue mengecek kolong gue barangkali ada surat lagi. Dan ternyata dugaan gue benar. Ada surat lagi, yang isinya:
Maaf gue nggak bisa ke Perpustakaan. Soalnya ada kerja kelompok mendadak dan harus diselesaikan jam ini juga. Jadi gue cuma bisa kasih tau ciri-ciri gue ke lo. Gue anak X-1. Gue udah dapet pin lo, nanti malem gue bbm lo ya.
-X1

"Apalagi Pril?" Tanya Kirana.

"Baca aja nih." Jawab gue sambil menyodorkan surat itu.

"Oh dia anak X-1, pantes aja bawahnya ada 'X1'. Kita nggak peka Pril." Ucap Kirana. Gue hanya diam mendengarkan jawaban Kirana. Yang gue pikirkan sekarang adalah siapa dia.

"AHMAD SIAPA YANG KASIH SURAT INI KE GUE!? PLIS KASIH TAU GUE MAD!" Gue bertanya sambil berteriak kepada Ahmad, karena dia tidak mau ngasih tau gue.

"Liat aja nanti malem." Katanya sambil menaikkan bahunya.

"IIH NGESELIN LO, GUE DOAIN RIRI NGGAK MAU SAMA LO!!" Bentak gue .

"Yaudah gue sama lo. Gampang kan?"

"IIHH DASAR BANCI!"

Gue tunggu lo chat gue nanti malem. Plis jangan PHP jadi orang.

***

Ayo ayo di obral vote and coment!!

It's About YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang