1. Kelabu

193 12 0
                                    


Author pov

Sudah memasuki hari ketiga lelaki itu tidak memberi kabar nya sama sekali. Anehnya Reina begitu yakin ada yang sedang tidak baik-baik saja dengan hubungan nya dengan Could. Namun ia selalu berusaha berfikir semua akan baik-baik saja.

Pertemuan terakhir itu terjadi 3 minggu yang lalu. Mereka pisah dengan baik bahkan Could sempat memberi pajangan kecil yang tersemat foto mereka berdua. Namun aneh nya komunikasi mereka kian renggang sampai 3 hari lalu komunikasi itu hilang sama sekali. Reina tidak mengerti apa yang salah diantara mereka.
Reina menulis pada buku harian nya dengan judul Rindu.

Matahari sudah menampakan dirinya kembali. Perlahan Reina membuka matanya. Seberkas cahaya sudah memasuki jendela kamarnya. Kain berwarna hijau tosca itu sudah terbuka sempurna. Tampaknya Mamah Pandan sudah terlebih dahulu membuka tirai kamar Reina.

"Pagi sayang, bangun yuk udah siang nih" Pandan mengelus lembut rambut putri kesayangan nya itu

Sembab di mata Reina masih terlihat. Semalaman air mata itu tidak bisa ia bendung lagi. Air mata itu mengalir deras di pipi putih nya. Ketika siang ia mungkin dapat menyembunyikan nya dari semua orang namun ketika malam tiba dan gelap menemani nya semua kenangan itu perlahan terputar kembali seperti film romansa yang indah.
Ia tidak pernah mengira jika hubungannya akan seperti ini tapi semua sudah terjadi. Ia tidak bisa melakukan apa-apa saat ini.

"Mah,hari ini mamah ada acara kemana?" Tanya Reina menyenderkan punggung nya pada senderan tempat tidur berukuran king size berwarna hitam putih itu. Kamar Reina memang tidak banyak warna, hanya hitam putih pada furniture dan warna pastel di beberapa bagian.
"Mamah di rumah,kamu ada kuliah jam 9 kan? Yuk bangun mandi cepetan" Pandan berlalu menutup pintu kamar Reina dari luar

Reina segera bangun dari tempat tidur nya. Membereskan kamar memang sudah kebiasaan yang diajarkan oleh ornag tua nya sejak kecil. Kamar Reina sangat rapih dan tertata. Banyak laci yang menyimpan barang-barang nya. Di dalam kamar itu hanya berisi satu tempat tidur king size, satu lemari pakaian besar, satu meja rias beserta kaca, satu meja belajar dan rak buku besar disamping nya.

Setelah bersiap ia pun mencari notebook dan buku pegangan kuliahnya. Reina tidak berpamitan pada Mamah Pandan dan berlalu menaiki ojek online. Reina sudah 3 tahun penuh membawa motor dan menurutnya itu sangat melelahkan.

Sesampainya di kampus Reina menaiki tangga menuju ruangan di lantai 3. Jadwal kuliahnya hari ini hanya sampai jam 12 siang. Namun tugas yang diberikan dosen tidak bisa membuatnya langsung meninggalkan kampus. Ia lalu menuruni anak tangga dengan cepat dan segera menuju perpustakaan yang berada di gedung terpisah.

Saat sampai di anak tangga terakhir Reina menabrak seorang laki-laki yang tidak asing baginya.
"Maaf kak saya buru-buru gak lihat" Reina membersihkan bajunya sambil meminta maaf pada laki-laki itu namun laki-laki itu berlalu dengan ponsel di telinga. Tampaknya ia sedang menerima telepon dari rekan nya.

Reina menyapa Pak Komar lelaki yang sangat hafal akan keseharian Reina yang sangat sering berada di sudut perpustakaan itu. Disudut perpustakaan itu memang terdapat meja bulat besar dengan kursi yang nyaman untuk membaca. Reina sering sekali membuka notebook dan beberapa buku untuk bahan tulisannya.

Pak Komar adalah penjaga perpustakaan yang setia. Keberadaan Reina di kampus itu memang baru beberapa bulan namun ia sangat hafal dengan gadis berkulit putih itu. Reina memang calon guru yang patut dicontoh semangat belajarnya. Pak Komar sudah berusia 45 tahun dan sudah terlihat beberapa uban di kepalanya.

Sudah pukul 5 sore dan menurut peraturan kampus seluruh kegiatan kampus harus selesai pada pukul 5 sore.
"Na Reina,sudah pukul 5 dan perpustakaan harus tutup" sapa Pak Komar pada Reina yang masih saja tenggelam bersama buku-buku itu.
"Oh iya pak maaf saya hampir lupa waktu" Reina segera mengembalikan buku-buku itu pada rak sebelumnya

Perpustakaan segera dikunci oleh Pak Komar setelah Reina dengan sempurna keluar dari sana. Reina berjalan menuju gerbang mengejar waktu dikuncinya gerbang itu. Setelah semua penghuni kampus keluar gerbang itu di tutup oleh Pak Kusnadi. Penjaga gerbang itu juga sangat hafal pada Reina karna hanya Reina mahasiswa yang selalu keluar gerbang terakhir dengan terburu-buru. Bahkan pernah suatu saat karna Reina harus mengerjakan tugas dengan buku yang tidak boleh di bawa pulang oleh mahasiswa ia meminjam kunci gerbang dan baru dikembalikan keesokan harinya.

Reina berada di depan kampus. Keadaan sudah sepi sudah hampir gelap. Ia mencari HP nya di dalam tas namun ia tidak menemukannya.
"Duh gw buang dimana ya tuh hp" ia masih berusaha mencari namun tidak ditemukannya. Hari sudah gelap. Jalanan di depan kampus nya mulai sepi. Namun ia masih bingung dimana HP nya kini berada. Ia ingat masih menggunakannya saat berangkat tadi pagi namun ia lupa karna tenggelam dalam kesibukan tugas yang ia kerjakan tadi.

"Ga mungkin gw masuk karna udah dikunci. Kalo pulang terus gimana udah malem gini angkutan juga jarang lagi aduh gimana dong" ketika Reina menggumal sebal pada keadaan ada tangan yang menghampiri dan memberikan benda yang sejak tadi ia cari itu. "hp gw" dengan cepat Reina mengambilnya

"Makanya punya hobi kok nabrak orang, ga ada hobi lain apa?" laki-laki yang sama dengan yang tadi siang ia tabrak ketika turun tangga. Namun kali ini Reina punya waktu lebih banyak untuk mengingat siapa lelaki itu. Iya sekarang Reina ingat siapa dia. 2 hari lalu ia sempat menabraknya ketika membawa buku banyak dari perpustakaan dan tadi siang di bawah tangga.
"gw inget siapa lo, tapi tunggu dulu kok HP gw bisa sama lo? " Reina bertanya tentang HP nya yang berada di tangan lelaki itu.

"makanya gw tanya, lo ga ada hobi lain selain nabrak gw,ini lo udah 2 kali lu nabrak gw, dan tadi siang pas lo lari hp nya jatoh" lelaki itu menjelaskan agar tidak salah paham

"oh iya thanks tapi gw harus segera pulang ini udah lewat dari jam pulang gw. Sekali lagi thanks" Reina berlalu meninggalkan lelaki itu tanpa tahu namanya

"lo ga mau tau nama gw?" teriak lelaki yang sudah jauh dari Reina itu

"Reina" Teriaknya meberitahu namanya

Lelaki itu tersenyum. Ia sudah tau jika itu namanya. Wanita yang ia lihat tersedu 2 hari lalu di perpustakaan namun tetap mengerjakan tugas. Wanita yang hampir dihampirinya untuk sekedar bertanya kenapa namun malah menabrak nya.

"Reina. Nama yang bagus" kemudian ia memasuki fortuner putihnya. Sebenarnya tadi ia sangat ingin menawarkan Reina pulang bersama namun sepertinya Reina sedang tidak ingin diganggu. Mungkin di lain waktu

Buat Reina kini hari jadi kelabu. Semua terasa hambar. Maaf ia sedang tidak terima tamu

ReinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang