Waktu menunjukkan pukul 09:32, seorang gadis menyusuri koridor masjid dengan langkah terburu-buru.
'Pokonya aku harus ngumpulin ini tepat waktu, udah jam segini lagi'
"Aduh" rintihnya, di hadapannya berdiri seorang laki-laki bertubuh tegap, yang tak lain adalah korban sundulan kepalanya.
"Makanya kalau jalan tu liat-liat" gerutu laki-laki tersebut "Mau kemana sih rin, buru-buru amat"
"Mau nyari pak Ardi buat ngumpulin tugas, bye" jawabnya sambil berlari kecil
Faris menggaruk kepalanya yang tidak gatal melihat kelakuan gadis tersebut dan kemudian beranjak mengikutinya.
"Airin" panggilnya, gadis tersebut tak menjawab " Keyza Airina Fatimah" teriaknya
Airin pun menoleh "Iya ada apa?"
"Kamu ini enggak inget atau lupa?"
"Inget apaan?" tanyanya polos
"Ya ampun, pak ardi lagi keluar kota Rin"
"EHHHH? Beneran? Oh yaudah" ujarnya sambil melongos pergi
"Ini bocah kenapa sih, salah minum obat atau senawen gara-gara kebanyakan tugas" gumam Faris
Dengan langkah sempoyongan Airin menuju kantin. Menurutnya ini adalah hari yang paling menyusahkan sepanjang sejarah hidupnya. Bagaimana tidak, tadi malam dia lembur hanya untuk menyelesaikan tugas yang di berikan oleh pak ardi.
"Ya Allah" lirihnya sambil meletakkan tas di atas meja kantin.
"Kenapa rin?" tanya anika yang sejak tadi kebingungan melihat tingkah Arin pagi ini.
"Anika? Sejak kapan kamu disini?" tanya Airin setengah terkejut, rupanya ia tak menyadari Anika yang terlebih dahulu duduk di tempat itu.
"Ditanya malah balik nanya" sewot Anika
"Aku sebel sama pak Ardi, keluar kota enggak kasi tau sama aku dulu"
"Lah? Emang kamu siapanya pak Ardi? Atau jangan-jangan kamu sama pak Ardi..." anika menggantungkan ucapannya sambil memasang wajah terkejut.
"Jangan ngaco, aku enggak minat bapak-bapak"
"Awas ya aku aduin sama pak Ardi, biar MK kamu turun"
"Yahh, jangan gitu dong Nik. Aku kan Cuma becanda"
Airin merengut, bisa-bisanya sahabatnya itu memberi ancaman yang luar biasa mengerikan. Dia lebih memilih pindah rumah di banding harus berurusan dengan dosen killer itu.
"Salah sendiri, makanya kalau ngomong itu disaring dulu"
Tiba-tiba ponsel Airin berkedip
"....."
"Wa'alaikum salam"
"....."
"Genki desu, kenapa nelpon?"
"....."
"What? Kapan? Bakal masuk kampus mana"
"...."
"Okeoke, ntar kita ketemu dirumah nenek. Assalamu'alaikum"
Click
"Siapa rin?" tanya Anika
"Sepupu aku dari jepang, katanya mau tinggal dirumah nenek. Ada kemungkinan dia kuliah disini juga"
"Oh ya? Siapa namanya?"
"Kepo, hahahah"
"Asem, aku Cuma mau tau ajalah bukan kepo"
"Sama aja"
***
"Yuuta" teriak Airin setiba di rumah neneknya
Tak lama kemudian seorang laki-laki berwajah Jepang-Aceh keluar.
"Kenapa? Kangen sama aku?" tanyanya narsis
"Pede banget" gerutu Airin " Btw kenapa tiba-tiba kesini? Di usir sama ayah?"
"Enak aja, aku cuma pengen nyari pengalaman baru gitu"
"Hoh, trus kuliah dimana?"
"Aku udah daftar di Unsyiah. Jurusan guru Matematika"
"Kamu mau jadi guru matematika?" tanyaku terkejut "Sejak kapan punya cita-cita semulia itu nak? Hahahah"
"Udah dari dulu kali, kan milih jadi orang yang bermanfaat, bukan kaya ririn"
"Serah dah serah, awas aja kalau muridnya pada enggak ngerti waktu kamu jelasin"
Akhirnya mereka pun cekcok, hanya karena masalah sepele seperti ini bisa membuat ribut satu rumah. Tak lama kemudian nenek mereka pun muncul dan melerai mereka berdua, walaupun susah sekali untuk di pisahkan. Bagai kertas yang di tempeli lem setan.
"Udah gede gini masih aja doyan berantem kalian ini. Ckckck" gerutu sang nenek.
"Maaf nek, Airin duluan tuh yang mulai" Yuuta beralasan
"Yeee, siapa suruh ladenin"
"Udah udah, mending sekarang kalian makan" jawab nenek melerai "Berantem enggak bikin kalian kenyang kan"
Mereka pun makan, Airin dan Yuuta lebih memilih diam dan menikmati masakan nenek mereka. Cekcok selama setegah jam menguras tenaga juga ternyata dan tentunya membuat cacing di perut Airin berdemo lebih anarkis.
"Rin" panggil Yuuta
"Em"
"Rin"
"Em"
"AIRIN"
"Kenapa hah kenapa? Kalau mau ngomong ya ngomong aja jangan teriak-teriak kamu kira ini hutan lindung"
"Gitu aja sensi, orang tadi kamu enggak nyaut-nyaut Cuma am em doang"
"Iya ada apa sepupuku yang ganteng sealam barzah?"
"Ikhlas enggak sih mujinya?"
"Udah mau juga di puji"
"Kan aku enggak minta"
Nenek geleng-geleng kepala melihat dua cucu nya itu, padahal umur mereka sudah hampir menjadi emak dan ayah orang tetapi sikapnya, ahsudahlah enggak usah di bahas.
"Cucu nenek yang cantik dan ganteng, jangan berantem lagi ya. Nenek mau istirahat"
"Iya nek" jawab mereka serempak
"Denger ta, jangan berantem"
"Iya iya"
YOU ARE READING
Daisy
SpiritualCinta berlalu di depan kita, terbalut dalam kerendahan hati, tetapi kita lari dari padanya dalam ketakutan, atau bersembunyi dalam kegelapan, atau yang lain mengejarnya, atau untuk berbuat jahat atas namanya - Kahlil Gibran Aku ingin mencintaimu hin...