3

55 5 1
                                    


"Assalamu'alaikum"

"Wa'alaikum salam" Seorang wanita paruh baya membuka pintu.

Faris langsung mencium tangan wanita itu, yang tak lain adalah ibunya. Zahrina.

"Tumben pulang cepet ris?"

"Iya ma, enggak ada kerjaan lagi di kampus. Temen temen juga udah pada pulang" jawabnya sambil merebahkan diri di atas sofa.

"Gimana kabar Airin? Kok dia udah jarang kemari? Mama kangen sama dia"

"Sibuk kali ma" jawabnya 'sibuk sama calonnya' ujarnya dalam hati.

"Iya kali ya, maklum anak jaman sekarang. Kerjaannya banyak banget. Anak mama yang ini aja jarang banget dirumah"

Faris cengengesan, kemudian dia beranjak masuk kekamar.

Setelah membersihkan diri ia pun merebahkan diri di atas kasurnya

'Sebenarnya yuuta itu siapanya Airin sih, kok keliatan deket banget. Calonnya Airin? Tapi kan mereka masih 19-an enggak mungkin kalau nikah. Tapi, bisa jadi juga. Yuuta kan ganteng banget, perempuan mana yang enggak kepincut coba. Tapi, mustahil juga Airin Cuma mikir gantengnya aja. Pasti yuuta itu imannya baik'

"Arggghhh" Faris menjambak rambutnya frustasi. "Kenapa aku jadi mikir ginian sih, kan Airin Cuma sahabat aku. Harusnya aku ngedukung dong apa yang dia lakuin"

"A u ah, mending aku tidur"

Faris pun langsung loncat ke atas tempat tidurnya padahal hari masih menunjukkan pukul 10:00

"Abang!!!" seseorang berteriak di balik pintu kamar faris

"Kenapa dik? Abang mau tidur dulu, ngantuk banget ni" jawabnya sambil mensejajarkan tubuhnya dengan bocah berumur 3 tahun yang berada di hadapannya itu. Ahmad Al Faris.

"Abang jangan tidur dong, kawanin adik main mobil-mobilan"

"Adik main sendiri aja, abang mau tidur bentar. Bentar aja, Cuma 15 menit kok"

"Enggak mau, pokonya adik mau main sama abang adik aduin mama nih" rajuknya

"Yaudah deh" pasrah Faris

***

Anika sudah menguap beberapa kali, ia sudah bosan memperhatikan pak Ardi yang dari tadi masih bersemangat menjelaskan materi kalkulusnya.

'Kalau ini bukan kelas wajib di T.komp, aku enggak bakalan pernah mau berurusan sama kalkulus' batinnya.

Maklum saja Airin dan Anika adalah dua makhluk penggila komputer yang bersemangat saat berurusan dengan bahasa quick eksimbly tetapi langsung kangen kasur jika berurusan dengan matematika.

Anika melirik ke arah Airin

'Tumben serius banget nyatatnya'

Ia melihat lebih jelas ke arah Airin

'Kampret, ngegambar Anime ternyata'

"Anika, dari tadi saya lihat anda asyik memandang Airin. Ada apa?"

Anika terkejut 'Mati aku'

Airin menoleh ke arah Anika dengan tatapan narsisnya 'kenapa? Ngefans ya?'

Anika yang mengetahui arti tatapan itu langsung berdecih.

"Anika, kenapa anda tidak menjawab pertanyaan saya?"

Dia baru menyadari sejak tadi pak Ardi menunggu jawabannya sambil menonton drama Absurd mereka.

"Maaf pak, saya Cuma mau minjam pulpen sama Airin"

"Ckckck, makanya modal dong. Pinjam aja tau nya"

'Perasaan aku belum pernah minjam barang sama orang. Kalau minta di traktir mah sering' batinnya menggerutu sambil memasang wajah kesal.

Airin cengengesan memandang wajah sahabatnya sambil memberi isyarat 'Sabar ya, sabar'.

"Mungkin cukup  ini saja kuliah kalian hari ini, Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh"

"Akhirnya" ujar Airin "Ayo, Nik. Aku laper"

Mereka pun keluar dari kelas, ternyata Faris sudah menunggu mereka di sana sejak tadi.

"Tumben bang nunggu di sini, biasanya di kantin" tanya Airin

'Kalauaku nunggu kamu disana, kamu keburu di embat Yuuta' batin Faris. Ingin rasanyaia mengucapakan kalimat itu. Namun dia hanya menatap datar sambil berkata "Ayo,aku laper".

DaisyWhere stories live. Discover now