[Day 1 - Season] Summer With Sadist

987 54 1
                                    

Summer With Sadist.

Gintama © Sorachi Hideaki.

.

Warning! Typo(s), Ooc, DLDR!

Dedicated for #pasirjingga and OkiKagu Week.

Day 1 : Season.

.

Happy reading ....

.

.

.

.

.

Jika biasanya langit berwarna cerah, maka tidak dengan hari ini. Warna biru itu sudah terkontaminasi dengan setitik warna hitam dan menyebar hingga menampakkan warna abu-abu.

Kagura menopang wajah di depan jendela. Duduk di meja kerja Gintoki sambil memandangi langit yang tiada hentinya menurunkan gumpalan lembut berwarna putih dari tadi malam dengan pandangan menerawang. Sebenarnya bukan masalah mengingat Kagura diuntungkan pada musim ini. Ya, musim dingin yang tanpa matahari bersinar terik adalah keberuntungan bagi Kagura. Dengan begitu ia takkan takut lagi matahari menyengat kulit indah dan halus layaknya sutra.

Kata Kagura sih begitu. Walau tubuhnya masih tetap merasa dingin sehingga ia harus mengenakan jaket.

Seharusnya pagi bersalju seperti ini lebih nyaman dihabiskan untuk tidur meringkuk menggunakan selimut tebal sampai terlihat seperti bola atau duduk di kotatsu yang hangat. Namun Kagura tidak mengantuk dan sedang tidak ingin duduk di kotatsu sendirian. Karena menurutnya duduk di kotatsu akan lebih baik jika bersama teman atau keluarga.

Biasanya ada Gintoki yang menemaninya, namun untuk saat ini tidak bisa. Satu-satunya pria yang dipastikan jones seumur hidup karena rambut berubannya itu, kini tengah dilanda demam. Akibat keteledorannya tadi malam pulang yang pulang dari klub tanpa baju yang menutupi tubuhnya kecuali boxer strawberrynya. Bukan hanya Gintoki saja tentunya. Masih ada Madao ber-moon glasses—ceritanya sudah malam jadi pakai moon bukan sun—yang senantiasa menemani Gintoki minum-minum walau akhirnya tidak bisa membayar minumannya. Niat hati ingin menghangatkan badan yang kedinginan, eh malah hari ini dia malah merasakan panas sekaligus dingin.

Dan tadi pagi, Gintoki mengeluhkan tenggorokannya yang sakit serta tubuhnya yang panas. Sebagai anak perempuan yang baik hati, tidak sombong dan suka menabung, tentunya Kagura akan merawat sang ayah angkat keritingnya itu dengan seluruh usahanya. Seperti menelepon Shinpachi agar cepat datang ke Yorozuya dan membuatkan bubur untuknya dan Gintoki, misalnya. Hey, itu termasuk usaha 'kan?

Kemudian ketika bel pintu berbunyi, Kagura tersenyum senang. Senang karena akhirnya Shinpachi datang. Dengan begitu Shinpachi akan segera membuatkan makanan untuk mengisi perutnya. Kagura melompat dari kursi 'kebesaran' Gintoki dan berlari kecil menuju pintu.

"Shinpachi!?" seru Kagura yang kelaparan dengan semangat. Senyum gadis berusia 18 tahun itu berkembang lebar. Namun hanya sepersekian detik. Setidaknya setelah ia melihat sosok pemuda tinggi bersurai pasir musim panas yang sudah tak asing di matanya yang berakik biru.

Seketika itu senyumnya pudar, diganti dengan bibir yang mengerucut beberapa senti ke depan. Menandakan kalau tamu tersebut bukanlah tamu yang diharapkannya.

"Kenapa harus kau yang datang, sih?" gerutunya sebal. Namun ia tetap memiringkan tubuhnya untuk mempersilakan tamu tersebut masuk.

Tahu siapakah tamu tersebut?

Ah, pasti sudah tahu. Yang jelas bukan partner senam radio yang pernah membuat Kagura merona. Haiiisshh ...

"Kenapa? Bukankah kau merindukanku?" timpal laki-laki itu. Kagura berdecih.

Pasir JinggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang