JIMIN POV
Bibir merah itu memenuhi indera pengelihatanku, mata bulatnya membelak sempurna ketika aku mulai membangkitkan tubuhku,
"Aleah! dia sudah bangun!" teriaknya sembari melangkah keluar. Aku bangkit dari tidurku, merasakan semua luka-luka di tubuhku telah dibalut dengan perban.
Tiba-tiba saja seorang wanita paruh baya datang menghampiriku, "Kau sudah sadar Jim?!" dengan paniknya ia memegang seluruh tubuhku.
"Maaf, tapi kalian siapa?" tanyaku pelan, berusaha tidak menyinggung siapapun.
"dan juga namaku bukan Jim, namaku Ver--"
"Aku tahu" selanya, ia tersenyum padaku, mengusap rambutku dan menciumnya. Aku tidak tahu kenapa, tapi aku merasa nyaman akan sentuhan itu.
"Cheonsa-ya, bisakah kau tunggu diluar sebentar?" ucap wanita itu terhadap seorang gadis yang kulihat pertama kali pasca aku terbangun. Ia mengangguk, kemudian menutup pintu ruangan dengan pelan.
Wanita itu kembali beralih padaku, ditatapnya mataku, "Aku tak menyangka kau sudah sebesar ini, Jim" ucapnya lagi yang membuatku sedikit kesal.
"Sudah kubilang namaku bukan Jim" tekanku. "terimakasih sudah menolongku, tapi aku tidak mengenalmu, aku--"
"jimin-ah, ini ibu."
"maaf selama ini ibu tidak menemuimu"Seketika aku terdiam.
Demi neraka dan bumi, rasanya aku ingin pingsan lagi.
"k-kau bukan ibuku," tangkalku. ia hanya tersenyum. "bagaimana kau yakin aku ini anakmu?" tanyaku sambil mencengkram pinggir kasur dengan kuat.
"saat aku dan cheonsa ingin memetik buah beri, aku melihatmu pingsan di dekat pohon sycamore" jawabnya. "lalu?" tanyaku yang masih penasaran.
"Aku merebahkanmu, lalu melihat tanda disekitar lehermu" terangnya sambil menahan tangis. "tanda lahir yang terakhir kali kulihat sebelum iblis-iblis itu membawamu ke neraka" lanjutnya sambil menyeka air matanya yang mulai bercucuran.
Aku terdiam. menatapnya dengan pandangan kosong.
"Maafkan ibu, Jimin-ah. waktu itu ibu tidak bisa menjagamu" ucapnya sebelum keluar dari kamar diiringi tangisan dan sesegukan kecil.
Kenapa ibu minta maaf, bu?
ini bukan salah ibu.
ini salah iblis-iblis itu.
***
Setelah merasa baikan, aku keluar dari kamar, kulihat wanita paruh baya itu duduk di kursi dekat jendela belakang. Ia mengenakan syal berwarna coklat muda untuk menangkal hawa dingin yang menerpa.
Jujur, setelah kejadian tadi, aku jadi merasa bersalah. semua ini bukan salah ibu.
"Ibu.." ucapku lirih. aku mendekapnya dengan erat, menyalurkan kasih sayang yang sebelumnya belum pernah aku dapat.
"Jangan menangis lagi" aku menghapus jejak-jejak air mata pada pipinya. "Ini bukan salah ibu, jadi jangan menangis lagi ya" lanjutku diiringi senyum. "Sekarang aku ada disini, aku tak akan meninggalkan ibu lagi" ucapku yang membuat ibu tersenyum.
"Terimakasih, Jimin-ah"
Aku harus mulai terbiasa.
Sekarang namaku Jimin, bukan lagi vernos.
Ini adalah nama pemberian ibu.
Apapun yang ibu katakan, mulai sekarang aku akan mematuhinya.
Mulai sekarang, aku akan melindunginya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Foxxeu note:
Hello! maaf ya ff ini baru bisa di publish sekarang, soalnya akhir-akhir ini foxx banyak kerjaan (ngga sih) (soso sibuk aja) (gadeng beneran sibuk hehe)Daaaan kenapasih foxx chapternya pendek2 bgt??
soalnya biar pas aja/? apasih wkwkSekian sambutan chap pertama dari foxx. maaf kalo ffnya gaje dan ganyambung atau banyak typo:(
Jangan lupa Vote dan Comment ya!!!💕💕💕
KAMU SEDANG MEMBACA
My Blood, Love, and Wings
Fanfiction[PRIVATE SOON] A forbidden love between an angel and demon. Will the world permit them?