AUTHOR POV
Cheonsa terdiam, memandang jimin yang juga memandangnya.
Bibirnya terkatup, jari-jarinya terasa kaku dan matanya seakan terkunci oleh tatapan Jimin.
"Bicara apasih.." Cheonsa berdeham pelan, seraya tangannya memasukan beberapa kuas ke dalam kotak coklat berisikan kuas-kuas lain.
"Sudahlah, aku jadi malas melukis"
Gadis itu bangkit dari duduknya, mengikatkan kain berisikan alat melukis ke atas punggungnya.
Jimin yang melihatnya ikut bangkit, "Kenapa pergi? aku masih ingin melihat lukisanmu"
Cheonsa memutar bola matanya kesal, "Tapi aku tidak ingin melihatmu" ucap gadis itu sambil melangkahkan kakinya keluar.
Jimin mengekori Cheonsa dari belakang, menginjak apa yang gadis itu injak. Entah itu batu, tanaman, atau lumpur dengan jejak kaki Cheonsa diatasnya.
Jimin memang sedikit aneh, ia terlalu penasaran akan semua hal. Mungkin, karena di neraka Jimin terlalu diasingkan, ia selalu kalut akan pikirannya sendiri dan bertanya-tanya akan semua hal.
Dan sekarang, Jimin penasaran lagi.
Langkahnya terhenti saat Cheonsa juga menghentikan langkahnya di depan sebuah pohon. Tidak terlalu besar, namun pohon itu cukup kuat untuk menopang tubuhnya dan tubuh Cheonsa.
Gadis itu meletakan kain yang sedari tadi ia pikul, membukanya dan mengeluarkan kaleng berisikan butiran-butiran kecil di dalamnya.
"Oi, Jimin kemarilah"
Jimin menghampiri Cheonsa dengan mulut setengah terbuka, ia masih bingung akan semua yang dilakukan Cheonsa.
"Kau bisa memanjat tidak?" tanya gadis itu meremehkan.
Jimin yang merasa diremehkan pun mengangguk cepat, "T-tentu saja bisa!"
"Kalau begitu panjatlah" tantang Cheonsa sambil menyodorkan beberapa butir dari kaleng.
"I-ini untuk apa?" tanya Jimin yang masih kebingungan
"Ini makanan burung"
"Lalu?" Jimin memainkan butir-butir itu ditangannya, memandangnya lamat dan mencium aromanya.
"Panjat pohonnya lalu beri makan Ppipi" ucap Cheonsa dengan matanya yang masih mendongak ke atas pohon,
"Siapa itu Ppipi?"
Cheonsa memandang Jimin malas, "Burung kenari peliharaanku, cepatlah naik dan cari Ppipi!"
Jimin memegang pohon itu ragu, mencoba mengaitkan kakinya di sela-sela kulit pohon.
Tentu saja Jimin tidak pernah memanjat, Ia hanya tidak ingin terlihat memalukan di depan Cheonsa.
Pikir saja, di neraka mana ada pohon?!
Jimin terus mendaratkan kakinya di area yang sama, terus terpeleset di antara sela-sela pohon yang licin.
Cheonsa hanya menatap Jimin datar, sudah tertebak. pria ini tidak bisa memanjat. Hanya berlagak bisa saja.
"Kau ini benar-benar iblis bukan, sih?" gadis itu menghela nafasnya.
"T-tunggu s-sebentar lagi sam-sampai"
"Sampai darimana?! kaki kananmu bahkan masih menginjak tanah" Cheonsa meraih punggung Jimin, memintanya menyingkir.
"Katanya setengah iblis tapi memanjat saja tidak bisa" gadis itu menertawakan Jimin remeh.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Blood, Love, and Wings
Fanfiction[PRIVATE SOON] A forbidden love between an angel and demon. Will the world permit them?