Empat - Bali

165 6 0
                                    

"Its Bali!"

Kavin berteriak tapi pelan-pelan, nggak ngerti juga sih. Aku yang duduk di kursi bagian luar langsung menimpanya dan melihat pemandangan di luar, ohya kami hanya berdua karena, hehe business class hehe.

"Ih Kara, berat tau."

Gumamnya sambil mendorong gue ke samping dan masih terkesima dengan pemandangan di bawah sana. Aku hanya memutar bola mataku kesal dan menoleh ke arah lain. Mamaku dan Tante Sera sudah duduk berdua saja, perasaan tadi mereka sama suami masing masing. Paris dan Dimas sudah siap-siap memasang seatbelt dan terus dengerin lagu bareng.

Kavin tiba-tiba menggenggam tanganku dan tersenyum simpul ke arahku.

"Kau kan takut landing."

Aku balas tersenyum dan menggenggam tangannya makin erat ketika pesawat mulai mengarah kebawah.

"Terima kasih."

Ku katakan padanya setelah pesawat berhasil mendarat, dan tersenyum padanya sebelum aku berdiri dan mengambil ransel ku di bagasi kabin pesawat yang berisi barang-barang emergency.

Setelah turun dari pesawat dan masuk ke bandara aku sadar belum ada yang mengenali ku dari tadi, karena gaya pakaianku yang berbeda dari biasanya, kacamata hitam yang membantu juga, dan keluargaku yang selalu menutupi wajahku.

Hingga mama pergi ke toilet, papa, Kak Dimas, Matt dan Kavin sibuk mengambil barang kami yang ditaruh dibagasi, juga Kak Paris ditemani Tante Sera yang sedang membeli minuman dari vending machine untuk aku, mereka sendiri, Matt dan mama.

"Kara Adara."

Bisik seseorang di yang lewat di belakangku lalu berhenti tepat di sebelahku.

"Kita akan lihat kalau aku lebih baik dari dia."

Bisik orang itu.

Orang itu pun pergi, dan dari ekor mataku, aku tau dia siapa.

Arvado Nainggolan.

□■□■□■□■□■□■□■

hai yang mungkin baca, masih gajelas ya? kita akan lihat ya hahaha *smirk gaje*

kiss kiss, hana ♡

LovinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang