Prolog

232 12 1
                                    

Pagi ini entah apa yang membuat isi kepala Tiara memplay lagi, lagi dan lagi. Kejadian demi kejadian yang lalu, semua yang dulu terekam pagi itu kembali tayang lagi dipikirannya. Matanya memandang lurus entah apa yang ia pandangi pagi itu. Bahkan, didalam fikirannya masih terus berputar kejadian yang lalu. 3 tahun lalu. Dimana ia menemukan sosok cinta pertama yang penuh dengan kenangan namun entah mengapa sampai saat ini susah untuk dilupakan. Bingung memang, entah ceritanya terlalu indah atau memang hanya dia yang tidak bisa melupakan nya

"ko gue jadi inget Revan ya?" gumam tiara dalam hati
Tiara mengambil ponsel disaku berlogo osisnya. Dibuka slide lock jemari manisnya dan langsung menyentuh ikon galery saat diliat nya lagi sosok yang kini ia fikirkan

Revan

Pandangannya masih terfokus dengan layar bergambarkan seorang laki-laki yang sedang merangkul gadis manis yang dihiasi senyum di wajah ayunya. Senyum penuh bahagia. Senyuman lebar dan serentetan gigi milik laki-laki itu diperlihatkan yang tentu saja menambah kesan tampan yang ada di sosok Revan

Tiba-tiba suara daun pintu terdengar, buru-buru Tiara menutup ponsel yang dilihatnya. Terlihat sosok Deva yang sedang berjalan kearahnya dengan kedua tangan memegang tempat bekal berwarna merah cerah

"ra.." Sapanya

"ehhh.. Iya Dev.." ucap Tiara sedikit gugup sambil memasukan ponselnya kembali kedalam saku seragamnya.
Deva buru buru duduk disamping Tiara sambil menyodorkan sekotak makanan

"nih, gue bawa sarapan. Mamah gue bawain banyak banget. Pasti lo belum sarapan kan?"

"keliatan nya gimana kalo menurut lo? Udah apa belum?" tanya Tiara balik sambil merubah posisi duduk nya ke hadapan laki-laki yang ada dihadapannya
Sontak saja tatapan Tiara yang menatap Deva membuat degub jantung nya berdetak lebih cepat dari biasanya. Sambil menggaruk tengkuknya yang di rasa tidak gatal Deva terseyum kikuk

"gausah senyum-senyum gitudeh. Yaudah sini gue laper" Tiara mencoba menghiraukan Deva yang saat ini sedang salah tingkah, yang pasti dia juga tidak ingin berlama lama menahan rasa lapar di perutnya yang terus berbunyi meminta untuk di isi

SomedayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang