Chapter 4

88 7 0
                                    

Deva melihat ekspresi Tiara yang tiba-tiba berubah menjadi tegang. Nampaknya mata gadis itu sedang memperhatikan sesuatu tetapi Deva tidak tahu pasti apa yang Tiara perhatikan.

Tiara mendadak jadi gusar, merengek layaknya anak kecil. Tapi rengekan Tiara kali ini meminta Deva agar lekas mendayung lebih cepat lagi. Aneh, padahal baru saja Tiara meminta Deva untuk turun. "Dev, lo dayungnya cepetan kek ke arah kanan dikit lagi" pinta Tiara yang kedua tangannya berusaha mendayung lebih cepat.

"Kok lo aneh? Tadi minta turun sekarang malah minta ngedayung lebih cepet?" tanya Deva penuh selidik.

Tiara tidak mungkin berkata jujur tentang apa yang ia lihat dengan kedua matanya. Untuk saat ini, Tiara hanya ingin melihat Revan lebih jelas lagi.

"Kayaknya disana, miniaturnya lebih keren tau, makanya gue pengen buru-buru sampe sana. Mau foto-foto" Mendengar jawaban Tiara dengan gesit Deva mendayung lebih cepat Gondola yang sedang ia tumpangi bersama Tiara.

Tiara memutar kepalanya menoleh ke kanan dan ke kiri mencari secuil jiwa yang rupanya sedang ia rindukan saat ini. Ia berusaha meneliti tiap celah pengunjung yang lewat tapi tetap saja ia tidak menemukan sosok Revan. Revan cepat sekali menghilang dari pandangannya.

"Ra, katanya tadi mau foto? Bagus nih miniaturnya. Foto yuk?" Ajak Deva yang kini sedang memperlambat gerakan mendayungnya. Melihat Tiara yang masih terfokus dengan apa yang ia cari Deva menepuk pundak Tiara.

"Lagi cari apaan sih sibuk banget dah lo dari tadi? Nyari jodoh?"

Tiara terkesiap kaget karena tepukan pelan di pundaknya "Ng.. Gue lagi liatin miniaturnya. Bagus-bagus yaa. Dih yakali gua nyari jodoh" Tiara memutar bola matanya.

"Lagian buat apa juga lo susah-susah nyari jodoh kalau yang disamping lo sekarang kan udah jelas-jelas jodoh lo sehidup, semati, sejantung, seati ampela" jawab Deva tersenyum bangga.

"Hih receh" Tiara mendecak. "Mana ponsel lo? Sini gue fotoin"

Deva mengeluarkan ponsel dari dalam saku celananya. Dengan cepat membuka ponselnya dan mencari ikon kamera yang tersedia.

"Nih fotoin gue ya" pintanya sambil menyodorkan ponselnya itu ke tangan gadis yang ada di hadapannya.

"Oke siap ya.. 1.2.3"
Terambillah satu gambar dengan senyum lesung pipi khas Deva. Bahkan, sekarang sudah beberapa gambar Deva yang Tiara abadikan.
Deva mengecek satu persatu gambar yang Tiara ambil.

"Ada yang kurang" Ucap Deva dan menaikkan sebelah alisnya

Kening Tiara mengkerut. "Apaan? Udah bagus gue fotoin"

"Iya ada yang kurang, harusnya gini"  Tiba-tiba saja tangan kanan Deva merangkul pundak Tiara dan tangan kirinya mengarahkan ponselnya kearah mereka berdua.
"Nah kalo gini kan bagus ada pemandangan cewe cantik disebelah gue"

Tiara melirik ponsel Deva dan mendelik saat melihat hasil jepretan yang baru saja diambil "Guenya jelek, hapus ih"

"Dimata gue, lo itu selalu cantik" Rayu Deva seraya mengedip-ngedipkan matanya genit.

"Tai" cibir Tiara.
Tiara berusaha mengambil ponsel dari tangan Deva untuk menghapus hasil jepretan gambar yang diambil. Tapi alhasil ponselnya tidak dapat ia dapatkan.

Bagi Deva hari ini adalah hari yang paling membahagiakan, sulit untuk ia deskripsikan tapi bisa ia rasakan saat ini juga.

Senja mulai datang menyisakan waktu sore yang indah dengan warna jingga kemerahan. Deva memutuskan untuk segera mengajak Tiara pulang. Selama ia mendayung gondola bersama Tiara. Banyak hal yang aneh yang diperlihatkan dari sikap Tiara. Ada hal yang Deva tidak ketahui tentang hal ini.

SomedayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang