Chapter 3

110 8 0
                                    

Selama di perjalanan seakan keheningan tercipta diantara keduanya, hanya suara bising lalu lintas yang terdengar ditambah suara musik yang sedari tadi mengalun didalam mobil Deva. Nampaknya Deva sedikit canggung untuk membuka obrolan dengan Tiara. Tatapan Tiara masih terfokus pada jalanan dihadapannya.
Tidak mau berlama-lama dalam suasana hening penuh bisu akhirnya Deva menyerah.

"Ra.." Sapa Deva yang akhirnya menyerah dari kebisuan.

"Hmm?" Tiara hanya menggumam lalu menolehkan kepalanya ke sumber suara.

"Kok diem aja? Ajak gue ngobrol kek"

"Oh jadi dari tadi lo pengen gue obrolin nih?" Ucap Tiara dengan senyum jahilnya.

"Gue diem aja karena gue laper" Jawab Tiara yang memang kenyataannya perutnya sudah ingin di isi.

Maklum saja pagi tadi Tiara tidak sempat sarapan. Laki-laki yang berada disampingnya mengangguk paham, mengerti apa yang dimaksud gadis manis itu.

"Jadi dari tadi lo laper?"
"Yaudah kita sarapan dulu deh, gue bawa lo ke tempat sarapan langganan gue, dijamin enak" Lanjut Deva dengan penuh semangat.

"Serah lo yang penting gue sarapan"

Begitu gesitnya mobil Deva tidak perlu membuang waktu lama, keduanya sampai ditempat yang dituju. Tempat sarapan yang lokasinya tepat berada di pinggir jalan bersebrangan dengan Alun-alun kota Bandung. Cuaca hari ini memang sedikit mendung, terlihat dari pengunjung yang tidak terlalu ramai. Mungkin orang-orang lebih memilih untuk tidak berkunjung ke Alun-alun karena cuacanya yang lebih mendukung untuk tidur.

Tiara duduk di kursi panjang pinggir jalan dengan kedua tangan nya ia tumpukan diatas meja. Ia memperhatikan Deva yang sedang memesan bubur ayam untuk mereka santap pagi ini.
Tiara mengalihkan pandangan nya saat Deva berjalan menghampirinya dan duduk dibangku sebrang yang di batasi dengan meja panjang.

"Lo suka kacang kan?" Deva bertanya seraya merapihkan rambutnya yang agak kusut.

"Suka. Tapi kalau gue dikacangin, gue gasuka"

"Ciyee curcol nih ada yang pernah dikacangin" goda Deva seraya menaik turunkan kedua alisnya.

"Bodoamat. Btw lo mau culik gue kemanasih?"

"Lo ngerasa gue culik Ra? Emang ada gitu penculik yang minta izin sama emaknya buat bawa anaknya keluar?"

"Gue serius Dev" Tiara jengah jika harus meladeni sifat Deva yang agak snewen ini.

"Gue juga serius. Serius suka sama lo" Deva menjawab dengan senyum mengembang diwajah nya.

Semburat merah muncul di pipi Tiara yang putih pucat, membuat ia harus mengendalikan dirinya agar pipinya tidak kembali terasa hangat.

Untungnya pelayan bubur sampai tepat waktu membawakan pesanan mereka. Jadi Tiara tidak perlu berlama-lama untuk salah tingkah seperti tadi.

"A Deva punten, ieu pesanana 2 mangkok bubur" Ucap si pelayan itu sambil meletakkan 2 mangkuk bubur ayam lalu menaruhnya dihadapan Deva dan Tiara. "Nuhunnya mang" Ucap Deva sambil menggeser mangkuk bubur kehadapan Tiara. Si pelayan itu menggangguk dan melenggang pergi.

"Nih buat lo yang pake kacang. Kan tadi bilangnya suka kacang."
Tiara mengangguk dan tersenyum kikuk.

Dalam perjalanan Tiara tak henti-hentinya menggerutu, lantaran Deva bersikeras tidak mau memberitahu Tiara mereka akan pergi kemana. Karena Tiara lelah yang terus membujuk Deva, ia memutuskan untuk tidur.

Deva tersenyum melirik Tiara yang sudah terlelap dalam tidurnya.
'Malah bagus kalau lo tidur Ra' Deva bergumam dalam hati.

***

SomedayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang