02. Ceroboh | Jeonghan

31.6K 2.4K 22
                                    

Malam ini hujan turun dengan derasnya tak mau berhenti sejak dua jam yang lalu. Dan yang paling membuatku kesal adalah pemadaman listrik bergilir yang membuat rumah menjadi gelap gulita. Untung saja aku selalu menyimpan lilin sehingga masih ada pencahayaan dirumah ini.

Aku menunggu suamiku yang belum pulang kerja. Mungkin Jeonghan terjebak macet dijalan, mengingat hujan dan ibukota pasti menjadi macet.

"Lilinnya sudah mau habis." lirihku.

Lilinnya tidak ada lagi, ternyata stock sudah habis. Aku berniat mencari senter tetapi tidak ketemu.

Cklek..

Pintu utama terbuka, dengan bantuan cahaya yang minim aku melihat kearah pintu dan mendapati Jeonghan yang datang dengan keadaan sedikit basah.

"Oppa, kau kehujanan?" Tanyaku khawatir.

"Iya, sedikit. Saat keluar dari mobil aku lupa memakai payung."

"Kau ini! Nanti kalau sakit bagaimana?"

Jeonghan hanya tersenyum, mungkin baginya aku cerewet. Tapi sejujurnya aku hanya khawatir padanya, tak mau jika priaku ini sakit.

"Tenang saja, fisikku ini kuat. Jangan khawatir." Jeonghan mengusap pipiku dengan lembut.

"Kau selalu saja seperti itu." Aku menggenggam tangannya.

"Kenapa tidak pakai senter?" Tanyanya.

"Aku tak menemukannya."

"Ya sudah aku mau ganti baju dulu."

"Mau aku temani?" Tanyaku.

"Aish, ini bahkan masih jam tujuh. Kau mau menggodaku?"

"Menggodamu? Hei, kau terlalu percaya diri tuan!!"

Aku mendengar Jeonghan tertawa dan menghilang dibalik pintu yang gelap.

"(y/n)-ah. Bisa kau kemari? Aku kesulitan untuk melihat dan mencari bajuku."

"Iya."

Aku segera menghampiri Jeonghan dan melihatnya yang hanya bertelanjang dada. Seharusnya aku sudah terbiasa dengan pemandangan itu, tapi aku masih saja gugup namun berusaha untuk senormal mungkin.

"Bukankah tadi aku sudah bilang untuk menemanimu?" Omelku.

Jeonghan hanya tertawa dan mengacak rambutku pelan.

"Aku tahu."

"Ya sudah aku keluar dulu, kau lapar bukan? Ayo kita makan. Akan ku siapkan."

"Iya, sayangku."

Aku tertawa kemudian meninggalkannya untuk berpakaian dan menunggu Jeonghan di meja makan. Tetapi pria itu tak kunjung datang.

"Oppa?" Panggilku tak sabaran.

"Iya sebentar, aku akan segera kesan.. Awww!"

Aku mendengar sesuatu terjatuh dan segera menghampiri sumber bunyi tersebut. Dan kutemui Jeonghan yang sudah jatuh tersungkur karena menabrak pintu.

"Aish, Oppa kau tak apa?"

"Aku baik-baik saja. Tapi sepertinya tanganku terluka."

Aku melihat ada luka lebam di tangannya.

"Benar. Ayo kita obati lukamu."

Aku segera membawa Jeonghan menuju meja makan, mencari kotak P3K dan segera mengobati lukanya.

"Sudah. Cepat sembuh ya Oppa. Ini semua karena kau terlalu ceroboh."

"Hehehe, maaf." Tawanya.

"Baiklah, ayo kita makan."

"Tetapi tanganku sakit."

"Bilang saja jika kau ingin aku suapi!"

Jeonghan tertawa dan kemudian aku pun tertawa. Tak habis fikir bisa menikah dengan pria ceroboh sepertinya, tapi aku sangat mencintai pria itu.

"Terima kasih, istriku."

Aku menyuapi Jeonghan dan pria itu menatapku dengan tatapan tulus, tatapan yang mengisyaratkan rasa syukur dan cinta yang dalam.

"Ada apa? Masakan ku tidak enak ya?" Tanyaku.

Jeonghan menggeleng dengan cepat, dia hanya terus tersenyum.

"Masakanmu enak, seperti biasa. Aku hanya merasa sangat bersyukur memilikimu dalam hidupku."

Aku tersentuh mendengar perkataannya, dan aku meraih tangannya dan mengusapnya pelan. Menyalurkan semua perasaan milikku.

"Rasa syukurku sama dengan rasa syukur milikmu."

"Tetaplah di sisiku sampai kapan pun." Ucap Jeonghan.

Aku mengangguk pelan. Terima kasih Tuhan.

===

End

Ps: jangan lupa vote ^^

IMAGINE WITH SEVENTEEN AS HUSBAND Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang