The Same Name

10 1 0
                                    

Made By : St4rgirl

Kakiku melangkah perlahan-lahan menuju rumah sahabat sekaligus cinta pertamaku. Sudah dua tahun lebih aku mencintainya, mencintai dalam diam.

Memang, semua itu bisa di bilang menyakitkan. Kita terlalu dekat sehingga tanpa sadar dirinya semakin sulit di raih. Diantara kita seperti ada benang merah tak kasat yang memisahkan sekaligus menyakiti.

Tok-tok-tok suara pintu kuketuk cukup keras, agar sahabatku segera membukanya. Setelah ketukan ketiga, munculah lelaki berbadan tegap dengan rambut acak-acakan khas bangun tidur "Nada ? Ngapain pagi-pagi kesini ?" tanyanya seraya menguap. Dasar jorok!!.

"Pagi, pagi. Lihat tuh sekarang udah jam berapa!! " ucapku seraya menunjuk jam kesayangan sahabatku yang tergantung di dinding.

"Ya ampun, gue lupa !! " ucapnya seraya menepuk kepalanya dan berlari menuju kamar mandi.

Aku tersenyum memandangi kepergiannya. Ada rasa menghangat di hatiku yang berganti menjadi debaran aneh ketika aku mengingat hari ini.  Ya, hari ini aku akan menembaknya, mengungkapkan perasaanku kepadanya. Omong kosong tentang harga diri, bukankah jaman sekarang emansipasi wanita sudah merajalela?.

"Sudah siap ?" tanya sahabatku. Aku pun  menolehkan kepalaku ke arah lelaki itu berpijak. Wow, dia benar-benar tampan hari ini. "Lo melamun ?" tebaknya karena ekspresi cengoku.

"Eng..enggak kok" jawabku berusaha menormalkan perasaan, otak, dan fikiranku. Aku pun berdiri untuk menutupi kegugupanku.

"Ayo!! Perjalanan ke surabaya membutuhkan waktu lima jam. Kita hampir terlambat" aku pun berjalan mendahuluinya keluar dari appartmennya.

---------------------------------------------------------

"Tidurlah! Perjalanan kita masih jauh. Gue tadi kan udah tidur" pinta sahabatku seraya menatap jalanan yang bisa di bilang cukup ramai.

"By the way, kemarin lo tidur jam berapa ?" tanyanya setelah terjadi keheningan cukup lama.

"Jam satu" bohongku. Ya, aku berbohong dari kemarin aku tidak bisa menutul mataku sedetikpun.

Sekarang coba berfikir dengan logika, siapa manusia yang bisa tidur jika besok dirinya berniat mengungkapkan perasaannya kepada orang yang dia cintai ?

"O.. Gitu, lo kenapa sih pingin ke Surabaya ?" tanyanya membuatku mematung. Aku harus menjawab apa kali ini ? . jujur? Atau berbohong lagi ?

"Mm.. Ya, katanya disana ada pertunjukan kembang api setiap malam tahun baru. Gue pingin lihat itu..." tuturku gugup, 'Bersama Rio' lanjutku dalam hati.

"O.. Gitu, teman gue juga banyak sih yang bilang kayak gitu, " jawabnya seraya tersenyum menatapku, mataku membulat melihat senyum manisnya.

"Kalo Rio? Kenapa pingin kesurabaya?" tanyaku seraya menatapnya dari samping. Selalu begitu, aku hanya bisa melihatnya dari samping.

"Gue bakalan nembak seseorang disana" ucapnya menatap pemandangan di jendela samping kemudinya.

Hah? Nembak? Siapa?.

"Si-siapa?" ucapku tanpa sengaja. Diriku merutuki bibirku yang tidak bisa dikontrol.

"Rahasia lah, Nanti nggak surprise dong" ucapnya seraya tersenyum malu. Tanpaku sadari, pipiku ikut memerah akibat ucapannya.

Aku berharap hari ini adalah hari dimana aku bisa jadian dengan seseorang bernama Rio.

---------------------------------------------------------

"Uwaa... Rame banget ya, " ucapku  takjub seraya menatap jalanan yang cukup ramai.

Waktu sudah menunjukan pukul sebelas lebih tiga puluh menit setengah jam lagi tahun berganti. Dan tepat jam dua belas malam, aku akan mengungkapkan perasaanku.

"Em.. Nada, aku tinggal sebentar ya, kamu disini aja!!" pinta Rio yang ku tanggapi dengan anggukan kepala.

Mataku menatap sekelilingku. Suasana disini cukup nyaman. Daun-daun rindang dengan dudukan berbentuk tomat. Lucu.  Aku mulai membayangkan jika diriku mengungkapkan perasaanku, nanti tepat pukul dua belas malam. Akupun berinisiatif melatih cara pengucapanku.

"Ekhm-ekhm. Rio, sudah lama aku menyukaimu" aghkkk jangan. Terlalu mainstream. Oke-oke, ganti.

"Rio, kamu kan sahabat" aghkkk. Jangan bawa-bawa nama persahabatan.

"Rio, sudah dua tahun lebih aku mencintaimu, dari awal kita bersahabat aku mulai menyimpan perasaan itu kepadamu"

Ya, seperti itu, kata-katanya pas banget. Lagian, aku cuma ingin mengungkapkan seberapa dalam rasa ini. Bukankah dia berniat menembakku malam ini ? Mengingat itu membuat pipiku bersemu merah dan semangat menggebu-gebu.

" oke, biar aku ulangi. Ekhem-ekem,  Rio... " ucapku menghayati, tatapanku menerawang mencoba merasakan perasaan cintaku yang sangat dalam ini.

Tapi, tiba-tiba saja muncul suara balasan yang terdengar asing di telingaku. Aku pun menolehkan kepalaku dan tampaklah seseorang berpakaian rapi duduk di sampingku.

"Apa?" sahutnya tadi. Aku mengernyitkan dahiku

"kau memanggilku?" lanjutnya seraya menatapku. Mata polosnya sedikit berbinar ketika melihatku. Jujur saja, dia tampan.

"Siapa yang memanggilmu ?" tanyaku bingung seraya mengernyitkan dahi.

"Namaku Rio, " jelasnya. Aku pun mulai mengetahui pokok permasalahan di dalam obrolan kita.

"Oh, Aku nggak bermaksud memanggilmu, tadi aku sedang....." aku bingung menjelaskannya.

"Kau menembakku kan? Hatiku berdebar mendengar ungkapan perasaanmu. Kamu tulus. Jadi mari kita berpacaran" jawab lelaki aneh di sampingku. Matanya berbinar, ada kepolosan di dalam pupil matanya.

Tiba-tiba suara kembang api saling bersahutan, menandakan waktu pukul dua belas tepat. Di tengah kericuhan ini, aku mencoba menjelaskan pokok permasalahan ini.

"A..aku.. Tidak," kilahku dengan kebingungan.

"O.. Jadi ini, pacar lo Nan ? " sahut sahabatku dengan wajah tersenyum. Aku mengernyit. Apakah ini yang di sebut fake smile ?.

"Enggak kok" balasku secepat kilat.

"Nggak papa kali, gue nggak bakalan ngomong ke mami lo kok. lagian, gue mau ngenalin lo kecewek gue. Shimi sini, lha Ini dia cewek gue," paparnya seraya menarik seorang wanita cantik berbaju pink soft dengan rambut lurus.

Mataku terbelalak, nafasku tercekat, aku cukup kecewa dengan ucapan sahabatku. Aku mencintainya.

"Gue kesana dulu ya. lo, jangan apa-apain dia !" pintahnya tegas. Sahabatku pun pergi menghempaskan hatiku, mencabiknya dan membuangnya.

Nafasku terasa sesak, akupun menangis di dalam diam. Tapi, tiba-tiba tangan Rio menepuk pelan punggungku. Dia memeluku, membiarkan bajunya basah, di banjiri air mataku.

"Aku tahu, ungkapanmu itu untuk lelaki tadi. Tapi, aku sudah melihatnya menembak perempuan lain, jadi sebagai gantinya kamu bisa melampiaskan segala kekesalanmu padaku" terang Rio yang membuatku mengernyit. Akupun menatapnya memperhatikannya dari jarak dekat.

"Kenapa kamu mau menjadi tempat pelampiasanku ?" tanyaku dengan sesenggukan.

"Alasannya ya ? Alasannya,  karena nama kita sama. Namaku Rio"

-----------------------the end----------------------

Bye Ex-YearTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang