Stranger Man

15 0 0
                                    

Made By : mardputrisian

Janse berjalan gontai di trotoar pusat kota. Pandangannya kosong. Kalau mengingat kejadian waktu itu, hatinya terasa tertusuk. Sakit. Ngilu. Bercampur dengan rasa kecewa.

Bagaimana keadaan hatinya?

Adakah yang bisa memberitahunya kata yang lebih parah dari hancur?

***

Sean yang sumpek di kamarnya berusaha mencari suasana baru dengan berjalan di pusat kota. Malam ini jalanan ramai dengan para penjual mercon dan terompet dadakan. Setiap kali malam pergantian tahun datang, suasananya pasti akan seperti ini.

Ia menggidikkan kepalanya beberapa kali. Sungguh, kepalanya tiba-tiba terasa lebih berat.

Bugh!

Ia mendongak, melihat siapa seseorang yang ditabraknya. Mata bulat gadis itu mempertajam fokusnya. Blur. Ia tak bisa melihat dengan jelas siapa sosok tinggi yang ada di hadapannya.

Bruk!

***

Bruk!

Gadis yang tak diketahui namanya oleh Janse ini, ambruk pada tubuhnya. Membuat lelaki bermata tajam ini memelototkan matanya terkejut.

"Heh, lo nggak papa, kan?" Janse menepuk-nepuk bahu Sean. Iya, gadis yang ambruk di badan Janse ialah Sean dan seseorang yang ditabrak Sean ialah Janse.

***

Janse tengah meneguk secangkir teh hangat yang baru ia beli di kantin rumah sakit. Iya, dia akhirnya memutuskan untuk membawa gadis itu ke rumah sakit. Karena gadis itu tiba-tiba pingsan di hadapannya.

"Eungghh..." Terdengar sebuah lengkuhan dari Sean. Perlahan, gadis itu membuka matanya. Ia mengerjap beberapa kali, kemudian melihat seseorang tengah duduk di sampingnya seraya meneguk teh.

***

Sean duduk di kursi kayu taman rumah sakit, "Jadi, lo yang nolongin gue?" tanyanya langsung.

"Yup," jawab Janse singkat.

"Padahal besok adalah malam pergantian tahun, tapi sekarang gue malah masuk rumah sakit," ucap Sean seraya tertawa kaku.

"Lo hari ini udah boleh pulang, kok. Btw, gak ada ucapan terimakasih nih?"

"Oh iya, makasih ya, emm...," Sean memiringkan kepalanya, "siapa nama lo?" tanyanya kemudian.

"Nama gue Janse. Karena gue lahir di bulan januari tanggal sepuluh." Sean langsung menyemburkan tawanya. "Kenapa ketawa? Ada yang lucu?" Kening Janse mengerut.

"Btw, gue cuma tanya nama lo. Bukan alasannya." Sean terkikik.

"Lo sendiri?" Janse ganti bertanya.

"Seana Jingga," jawab Sean kemudian mengulas senyum manisnya.

***

Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta, Indonesia, 31 Desember 2016.

Sean duduk di rerumputan seraya memandangi langit malam pergantian tahun yang dihiasi pesta kembang api; tidak sendirian.

Ia datang bersama Janse.

Lelaki asing yang bertemu dengannya kemaren.

Kenapa bisa?

Mereka sama-sama sendirian di Jakarta. Sama-sama tidak memiliki siapapun untuk diajak menghabiskan malam akhir tahun 2016. Itulah alasan kenapa mereka bisa melihat kembang api bersama malam ini.

Bye Ex-YearTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang