Lamunan Tarisa buyar, saat seseorang bersuara.
"Terpesona heh," ucap seseorang, betapa kagetnya dia, saat melihat Pak Budi sudah tidak ada di tempat.
"Maaf Pak, Saya..." dengan salah tingkah, Tarisa berusaha tetap tenang.
"Saya tidak mau yah menggaji kamu hanya untuk melamun.''
Mimik wajah serius yang di tunjukkan oleh direktur membuat Tarisa kaget.
"Baik Pak, Saya tidak akan ulangi lagi."
"Saya rasa, kamu sudah cocok, untuk jadi sekertaris Saya."
Bak di hadapkan dengan durian runtuh, Tarisa sangat senang sekaligus bingung.
"Saya potong gaji kamu 20%"
Seperti, ada yang aneh dengan bos nya ini. Lelucon macam apa? memotong gaji sebelum bekerja.
"Maaf pak, tapi Saya-"
"Apa?"
"Tidak jadi Pak."
Senyuman misterius di berikan oleh direktur tersebut. Membuat tarisa sedikit menciut.
"Terus Saya gimana Pak?"
"Kamu besok sudah mulai bekerja dan saya harap kamu bisa menambah tinggikan badan kamu"
Wajah Tarisa berubah menjadi masam, bagaimana bisa egonya harus terusik. Tarisa selalu memegang teguh prinsip hidupnya. Bahwa tidak perlu tinggi untuk menjadi pendek. Namun dia berusaha tidak mengerti dengan ucapan bos besarnya ini.
"Maksud bapak?"
"Sudah lupakan"
"Baiklah saya permisi dulu pak?"
Direktur hanya mengangguk dan Tarisa membungkukkan badannya lalu keluar dari ruangan. Dengan mengumpat.
"Dasar kulkas."
"Apa Kamu bilang?"
Sedikit heran, mengapa bosnya bisa mendengar umpatan Tarisa yang seperti lirihan itu.
"Eum, tidak tidak Pak,"
Tarisa buru-buru keluar dari ruangan.
*******
Jakarta akan selalu macet, mungkin jika tidak macet bukan Jakarta namanya. Banyak orang yang kesal dengan kemacetan. Setelah seharian bekerja berharap akan segera sampai rumah dan tidur nyenyak. Seketika lenyap karena masih terjebak macet. Hal ini berlaku untuk seorang Ziqri, dia menggeram kesal beberapa kali.
Setelah hampir 2 jam, akhirnya Ziqri sampai di rumah orangtuanya.
"Selamat malam, Mah."
Dia memeluk sang mamah yang kebetulan sedang makan malam.
"Malam anak kesayangan Mamah, ayoo makan dulu."
"Papa masih di Bali?"
"Iya, Rabu baru pulang"
Ziqri hanya mengangguk, kemudian bersiap untuk makan.
"Katanya, kamu habis buka walk interview, buat cari sekertaris baru. Udah dapet?"
"Sudah Mah,"
"Syukur deh, inget jangan galak-galak Kamu."
Berbeda dengan sang papa, Sifat mamah Ziqri memang lemah lembut dan tidak sombong. Berbanding terbalik dengan istri dari rekan-rekan bisnisnya.
"Iya bos, Aku mah anak baik."
"Kamu tuh ya, ada-ada aja, anak baik ko umur udah 26 masih jomblo."
Itu lagi, lagi-lagi sesekali dalam acara mengobrol mereka yang jarang, sang mamah selalu menyelipkan kata jomblo.
Dia sadar mengingat umurnya dan juga mama yang tidak muda lagi, Ziqri paham betul bahwa mamahnya khawatir dengan masa depan Ziqri.
Setelah hampir 4 tahun sendiri, karena ditinggalkan saat sedang sayang-sayangnya membuat Ziqri trauma, apalagi dia menganggap bahwa perempuan itu adalah cinta pertamanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
ceo dan secretary
RomanceFollow dulu sebelum baca Karena cinta Aku percaya meninggalkan yang bukan milik kita, adalah kebahagian yang sesungguhnya.