Prolog

1.6K 108 25
                                    

Tetesan air hujan mulai mendarat mulus di permukaan bumi, membasahi tanah kering hingga tertutupi oleh genangan air. Suara gemuruh serta kilatan cahaya petir menghiasi langit malam. Seorang gadis mengeratkan pelukannya terhadap berkas map coklat yang kini berada dalam dekapannya. Map yang berisi berkas data dirinya untuk melamar sebuah pekerjaan. Ya, ia tengah mencari pekerjaan untuk menyambung hidup dan mencari pundi-pundi uang untuk membantu kedua orangtuanya. Sesekali mata bulat itu menatap langit dan kembali menatap jalanan depan yang tampak sepi. Gadis yang tengah berteduh di sebuah warung kecil yang tutup di pinggir jalan. Ia menghela nafas gusar, pasalnya ia sudah berdiam diri menahan dingin di tempat itu selama hampir dua jam dan tidak ada tanda-tanda hujan akan kunjung reda. Ia menyesal tidak mendengarkan saran Ibunya untuk membawa payung. Sekarang yang bisa dilakukannya hanya menunggu hujan berhenti atau nekat menerobos hujan. Sekilas ia menatap jam tangan yang terpasang di lengan kirinya melihat jam yang menujukkan pukul sembilan lebih dan kecemasanpun semakin melanda dirinya. Otaknya berpikir cara agar cepat pulang tanpa membuat dirinya basah terkena hujan.

Di liriknya kembali jam tersebut dan seketika ia tidak tenang melihat jarum jam yang menunjukkan pukul sepuluh malam dan ia benar-benar harus pulang sekarang juga!. Ia tidak bisa berdiri diam menunggu hujan lebat ini berhenti. Ia sudah memutuskan untuk nekat menerobos hujan besar itu. Membiarkan kemeja putih serta rok hitam itu basah terkena air hujan. Kakinya melangkah lebar dan berjalan menuju rumahnya namun langkahnya seketika terhenti ketika matanya melihat seseorang yang tergeletak di depan sebuah mobil putih besar dengan mesin masih menyala, terlihat dari cahaya lampu depan mobil yang masih menyala. Dengan langkah pasti ia mendekati orang yang terkapar di depan mobil itu, tak memperdulikan bajunya yang sudah basah bahkan mencetak bagian dalamannya. Untung saja berkas yang dibawa tadi sudah dimasukkan ke dalam plastik bening agar tidak rusak terkena air hujan.

Matanya melebar ketika melihat sosok pria yang tergeletak di aspal jalan dengan beberapa luka di bagian wajahnya sehingga mengeluarkan darah yang langsung mengalir bercampur dengan air hujan yang menetes mengenai wajah pria tersebut.

"Kak bangun kak," ucap gadis tersebut berjongkok di samping tubuh pria tersebut sambil berusaha membangunkannya. Tangannya menepuk keras pipi pria itu agar tersadar namun mata pria itu masih terpejam. Gadis itu melihat sekelilingnya yang sangat sepi dan tidak ada satu pun tanda-tanda kehidupan disekitarnya.

"Kak tolong sadar kak." Dengan panik gadis itu masih tetap berusaha membangunkan pria itu, dan kali ini ditambah dengan menguncangkan tubuhnya.

"Tolong!!!" Teriak gadis itu mencoba mencari bantuan sambil mengedarkan pandangan kesekelilingnya berharap ada yang mendengarnya.

"To-" teriakan keduanya terhenti seketika, ketika lengan kirinya ada yang menyentuhnya. Gadis itu menoleh mendapati pria itu tengah menggenggam tangannya dan terkekeh.

Wajah panik gadis itu kini berganti dengan wajah bingung serta kesal. Bingung karena pria itu tiba-tiba saja terkekeh seolah mengejeknya dan kesal seperti merasa di kerjai. Pria itu masih terkekeh dan terduduk dengan mata yang masih terpejam. Pria itu ternyata tidak pingsan.

"Kakak nggak kenapa-napa?" tanya gadis itu dan pria itu masih terkekeh seolah ada yang lucu.

'Apa dia orang gila?' Batin gadis itu berpikir, takut jika orang yang ada dihadapannya ini adalah orang yang tidak waras.

Namun, melihat pakaian yang dipakainya itu tidak memungkinkan jika pria itu adalah orang gila. Dengan kemeja berwarna biru muda yang basah dan sudah kotor bercampur dengan air dan tanah. Celana abu yang nasibnya sama seperti kemeja yang ia pakai. Seketika mata itu terbuka menampakkan warna coklat gelap dan tajam. Mata itu langsung menelisik gadis yang berada di hadapannya saat ini. Menjelajah wajah gadis yang mempunyai mata hitam bulat dengan pipi chubby dan tubuh yang mungil.

"Aku menang," ucap pria tersebut hingga membuat gadis itu mengkerutkan kening bingung. Ia tidak mengerti maksud dari ucapan pria itu.

"Aku menang hahaha." teriak pria itu di selingi dengan tawa, menampakkan giginya yang terdapat darah hingga membuat gadis itu meringis. Wajah pria yang penuh dengan luka di ke dua sudut bibirnya, pelipis dengan hidung yang mengeluarkan banyak darah dan dipastikan tulangnya patah serta beberapa lebam di bagian pipi serta rahangnya.

"Apa kamu gila hah?! Nggak ada yang lucu disini dan apa maksudnya sama kamu yang menang?" Gadis itu berteriak agar suaranya tidak lenyap oleh suara guntur dan petir yang masih setia saling bersahutan di langit. Hilang sudah tata krama serta sopan santun dengan menghormati orang yang lebih tua darinya.

Tawa pria itu semakin menjadi mendengar teriakan gadis yang ada dihadapannya. Mendengar itu, gadis tersebut berdecak sebal lalu  mengeluarkan plester yang selalu ia bawa dalam tas selempangnya dan memberikannya pada pria itu. Seketika tawa pria itu berhenti menatap plester dan gadis itu secara bergantian.

"Pake ini buat nutup luka yang parah walau nggak semua tapi setidaknya darah itu nggak keluar terus, nanti bisa infeksi kalau nggak cepet cepet di obatin," ujar gadis itu setelah mendapatkan tatapan bingung dari pria tersebut.

Tangan pria itu terulur dan menggenggam tangan gadis itu yang ada plesternya, lalu dengan gerakan cepat tangan gadis itu di tarik hingga wajah gadis itu tinggal beberapa centi dengan wajah pria tersebut.

"Siapa nama kamu?" tanya pria tersebut.

"Hah?" Hanya kata itu yang bisa diucapkan dari mulut kecil gadis itu. Matanya membulat sempurna karena perlakuan mendadak yang dilakukan oleh pria itu.

"Orang-orang manggil kamu apa?"

"Ehm Syakilla Raquell panggil aja Kiki." Dengan terbata gadis itu memberitau namanya.

Senyum tipis terlukis di wajah pria itu hingga membuat Syakilla gugup dengan posisi wajahnya yang sangat dekat dengan wajah pria itu.

"Mulai sekarang sampai selamanya kamu milik aku!" cap pria itu melabeli Syakilla menjadi miliknya hingga membuat Syakilla mengernyit bingung

"Ma-"

Belum selesai Syakilla berbicara, sebuah benda kenyal dan dingin tiba-tiba menempel di bibirnya. Pria itu mencium Syakilla hingga membuat gadis itu membelakkan matanya kembali. Ciuman dalam dan lembut. Bahkan lidah pria itu sudah berhasil menerobos bibirnya yang terbuka tadi. Tubuh Syakilla menegang, salah satu tangannya berusaha mendorong tubuh laki-laki itu agar melepaskan ciumannya. Dengan sekuat tenaga Syakilla mendorong tubuh pria itu dengan kasar hingga ciumannya terlepas.

Plak

Sebuah tamparan mulus mendarat dipipi kiri pria itu. Syakilla langsung melangkah pergi menjauh meninggalkan laki-laki yang menurutnya sudah tidak waras sambil sesekali mengusap kasar bibirnya dengan punggung tangannya. Mencoba menghilangkan bekas ciuman menjijikan itu dan merutuk dengan sumpah serapah yang dia keluarkan di dalam hati. Ciumannya. Ciuman pertama nya sudah direnggut oleh pria gila itu dan ia sangat menyesal. Syakilla merasa sial hari ini. Setelah seharian mencari pekerjaan, belum lagi terjebak hujan hingga mengharuskan dirinya di cium paksa oleh pria tidak waras itu.

Sedangkan pria itu menatap kepergian Syakilla dengan senyuman. Menatap punggung kecil Syakilla sambil mengusap pipinya yang di tampar oleh gadis itu. Matanya kini beralih kepada sebuah plastik yang tergeletak tak jauh darinya. Perlahan ia langsung berdiri dengan susah payah karena merasakan seluruh tubuhnya sakit yang memar akibat ulah perkelahian tadi. Perkelahian melawan para perampok yang hampir membegal dirinya. Untung saja tidak ada satupun barang berharga yang berhasil di ambil. Dengan tangan yang masih menggenggam plastik bening itu, yang berisikan amplop coklat. Ketika memasuki mobilnya ia langsung membuka plastik tersebut tanpa memperdulikan dirinya yang basah kuyup dan penuh dengan luka, matanya menatap berkas berkas yang berada ditangannya dengan senyuman kemenangan. Tangannya yang lain kini mengambil handphone yang berada di dashboard mobil dan langsung menghubungi seseorang.

"Aku ingin menyelidiki seseorang-" tanpa basa basi dan tanpa mengalihkan tatapannya dari kertas itu

"-Syakilla Raquella Putri" setelah mengucapkan nama itu, ia langsung memutuskan sambungan dan menginjak gas untuk pulang kerumahnya.

"Kau milikku!"


☆☆☆

Nama tokoh wanita nya Han ganti ya, maaf kalo kurang berkenan

She's mineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang