Suatu pagi yang cerah dikediaman yang berbeda. Cassie bangun dari tidurnya dengan keadaan yang cukup berantakan. Rambutnya kusut nampak seperti singa dihutan belantara, mata indahnya sembab bengkak memerah serta bibirnya nampak pucat.
Cassie tidak tertidur pulas setelah ia bertemu dengan Niall. Rasa bersalah yang menusuk-nusuk menyakiti hati dan jiwanya. Cassie merasa begitu bodoh, merasa begitu egois terhadap pria yang sangat ia cintai itu.
"Aku tidak tau kau akan kembali."
Kalimat itu terucap berulang kali dari bibir Cassie. Dia benar-benar mengira bahwa Niall sudah melupakannya bahkan melupakan semua kenangan yang ada di Mullingar sewaktu dulu.
Cassie mengumpulkan kekuatannya dan bergegas masuk kedalam kamar mandi pribadinya. Siraman air hangat dari shower membasahi kepalanya dan wajahnya kemudian seluruh tubuhnya. Rasa hangat itu seolah berusaha untuk menghilangkan kekacauan yang ada didalam pikiran dan hatinya.
Setelah merasa sedikit tenang dari sebelumnya, Cassie pun menyudahi kegiatan mandinya dan keluar dari kamar mandi.
Berdiri didepan kaca, kini matanya yang sembab sudah mulai kembali seperti semula walaupun pancaran sinar matanya belum sesempurna yang biasanya.
Cassie memoleh wajahnya dengan rias yang tipis dan menyisir rambut coklat indahnya perlahan-lahan. Ia menarik nafas perlahan-lahan kemudian secara bertahap menghembuskannya lewat mulut.
—
Niall tengah bermain dengan sikecil Theo diruang tengah. Theo sedang menunjukan kepada Pamannya cara untuk membangun istana dari lego miliknya. Niall nampak tersenyum, tapi hatinya masih merasakan sesuatu yang begitu menyesakan.
Niall menarik nafas kemudian kembali menghembuskannya perlahan secara berulang-ulang. Ini hari terakhir Niall berada di Mullingar karena besok ia harus kembali karena London sudah mencarinya.
Suara ketukan pintu membuat Niall meloncat keluar dari lamunannya. Eve menghampiri Niall setelah membuka pintu, Eve seolah mengintruksikan Niall untuk keluar menemui seseorang disana.
"Ada yang mencarimu?" ucap Eve.
Niall berjalan menuju pintu utama dan yang pertama ia lihat adalah seorang perempuan bergaun putih selutut dan dibalut dengan sweater tipis berwarna coklat. Rambut yang coklatnya sengaja dibiarkan tergerai bebas, matanya yang biru terpantul oleh sinar matahari Mulligar yang cerah.
"Cassie?"
Cassie tersenyum. "Cuaca hari ini cerah, kau mau bersepeda?"
Niall yang sedikit terkejut itu hanya terdiam berusaha merangkai kata-kata yang berantakan dikepalanya. "Aku—"
Cassie menaikan sebelah alisnya. "Kau tidak kehilangan kemampuan bersepedamu, kan?"
Niall tersenyum. "Baiklah. Kurasa Joe tidak akan keberatan jika sepedanya kupinjam sebentar."
Cassie tersenyum senang. Sinar mata yang redup itu perlahan-lahan mulai kembali bersinar seiring waktu singkat yang berjalan. Niall mengeluarkan sepeda dari garasi dan menaikinya, begitu juga dengan Cassie, ia sudah berada diatas sepedanya dan siap tuk berangkat.
Mereka bersepeda ditemani oleh angin yang membelai rambut mereka, sinar matahari yang menerangi sekitaran mereka serta kicauan burung yang mengisi kekosongan disekitar mereka.
YOU ARE READING
This Town | Short🏙
Fanfiction[COMPLETED] This story written inspired by Niall Horan song, This town Teringat akan masa lalu semasa di Mullingar, Irlandia berhasil membuat sosok Niall James Horan merindukan kampung halamannya tersebut. Bertahun-tahun ia menetap di London, UK...