Part VI

1.3K 87 10
                                    

Long time no see my beloved readers, maaf jika butuh berbulan-bulan untuk posting part ini...tidak bermaksud untuk membuat kalian menunggu. Tapi ada masalah pribadi yang membuat down hingga menyurutkan keinginan untuk menulis, sekarang pun masih belum sembuh betul namun melihat respon kalian akan cerita ini memaksa untuk kembali berkutat untuk memberikan keinginan kalian melanjutkan cerita ini...semoga tidak bosan dan tetap memberikan dukungan dan komentar kalian yaa my beloved readers karena hal itu bisa membantu untuk melewati masa-masa 'kelam' ini..many thanks for ratihmarantinaImeldaLukitasari, erminasari080376, sulahlah, ernakanaya yg sudah meninggalkan jejak..part ini untuk kalian yg masih setia...happy reading



"TEKANAN darah menurun, denyut nadinya melemah." Logan menatap nanar ke mesin yang angkanya semakin menunjukkan penurunan, kepanikan mulai meningkat dalam dirinya.

Tidak..tidak..ini tidak boleh terjadi, Logan menggeleng kuat berusaha menahan beban perasaan yang semakin menekan dirinya. Ia menggenggam kuat tangan wanita yang terbaring lemah tak sadarkan diri, berharap ia dapat mengalirkan kekuatan yang tersisa pada dirinya agar wanita yang paling dicintainya itu dapat berjuang untuk tetap hidup.

"Denyut janin semakin menurun, dok."

"Pasien mengalami syok."

Genggaman Logan semakin kuat, ia bahkan tidak menyadari pipinya sudah basah. Konsentrasinya hanya terpusat pada satu-satunya wanita yang terbaring didepannya.

Please, Amy. Jangan tinggalkan aku, berjuanglah. Doa Logan tidak putusnya sambil berusaha memblokir sahut-sahutan yang terdengar dalam kamar operasi, ia tidak ingin dirinya semakin putus asa dan mematikan segala harapan jika istrinya tidak akan membuka mata lagi untuknya.

Bunyi panjang yang tidak berkesudahan yang terdengar tiba-tiba itu sanggup membuat Logan membeku ditempatnya, sekelilingnya mulai menghilang dan matanya semakin kabur dengan air mata.

"Tidak! Amy, kau tidak boleh melakukan ini!" jeritnya tanpa sadar, ia melepaskan genggamannya dan mulai memompa dada istrinya.

"Logan, sudah tidak ada yg bisa dilakukan lagi." tepukan di bahu membuatnya menghentikan gerakannya dan melangkah mundur saat menatap wajah istrinya.

"Waktu kematian, 19.45." terdengar ucapan samar-samar yang tertangkap telinga Logan dan matanya tidak berpaling saat wajah istrinya menghilang dari balik kain putih.

"Aku ikut berduka, Logan."

Logan menggeleng. Tidak! Amy-nya tidak mungkin meninggalkannya, mereka sudah berjanji akan hidup bersama sampai tua nanti. Mereka sudah bersumpah satu sama lain.

Yang terbaring didepannya bukan Amy-nya, tidak mungkin Amy meninggalkannya. Tidak mungkin.

Dengan susah payah ia melangkah mundur dan tertatih meninggalkan ruang operasi, tubuhnya seakan mati rasa dan menyisakan perih yang tidak tertahankan didadanya. Hatinya terasa kosong sementara benaknya hanya meneriakkan satu nama.

Amy.

Logan tersentak dan terduduk dengan tubuh penuh keringat, ia menggosok wajahnya dengan kedua tangan. Rasa bersalah dan tikaman kepedihan kembali mengoyak dirinya seakan-akan baru kemarin hal itu baru terjadi, ingatan akan apa yang terjadi pada malam itu begitu segar dalam pikirannya dan akan selalu ia bawa sampai ia menemui Amy-nya kembali.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 19, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

You are The Reason (pending) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang