Chapter 7 The Police, Senju Tsunade

1.4K 71 0
                                    

La Florist, Los Angeles. United States.

Ting.

Setelah menutup pintu kaca toko bunga yang barusan ia kunjungi, Yamanaka Ino berjalan melewati orang-orang yang sengaja berkeliaran di pusat kota saat itu. Dengan langkahnya yang pelan, Ino menyentuh ujung bunga lily yang sudah terbungkus rapi di tangannya. Gadis itu tertawa pelan dan kembali menghadap depan, dirinya berpikir akan menyerahkan bunga ini sebagai hadiah untuk Sakura nantinya.

Ino berbelok ke arah barat, dimana distrik itu dihiasi oleh rumah-rumah yang membuka kios kecil yang menjual berbagai makanan ringan. Ia tampak tidak memperdulikan siulan aneh yang berasal dari para remaja pria yang kebetulan melewati dirinya.

Ino sudah terbiasa.

Manik birunya terus terpaku di jalanan trotoar yang ia pijak. Dalam pikirannya, Ino akan mengatur jadwal pekerjaannya hari itu. Setelah selesai mengajar anak didikannya nanti, gadis itu berencana akan mengunjungi kantor Tsunade dan mendiskusikan sesuatu. Entahlah, neneknya kok yang menyuruhnya kesana. Lalu setelah itu, ia akan mengunjungi Sakura yang masih terbaring hingga sekarang, dan Ino akan—

Tap.

—langkahnya terhenti.

Angin musim semi berhembus pelan, namun bukan fakta itulah yang mampu membuat mata Ino membulat sempurna. Gadis itu berhenti melangkah dan sontak berjalan mundur beberapa langkah. Bibirnya terkatup rapat. Raut keterkejutan jelas-jelas telah hadir di wajahnya.

Keadaan memang masih normal sebenarnya. Beberapa anak yang berlarian tak mampu menjadi pusat perhatian Ino. Gadis itu hanya mematung dengan tubuh tegap serta genggaman pada buket bunga yang menguat. Rambut pirangnya yang sengaja ia ikat rendah itu bergerak pelan. Hanya saja, jantung yang awalnya berdetak normal kini telah memacu cepat.

Keringat dingin mulai mengalir. Saliva ia telan dengan cepat untuk membasahi kerongkongannya yang tiba-tiba kering.

Ino hanya terdiam ketika manik birunya melihat seseorang yang sedang berjalan dari arah yang berlawanan dengan dirinya. Tubuh tegap pemuda itu tak mampu membuat Ino terpesona, hanya saja gadis itu tampak mengenali kedua irisnya. Orang itu mengenakan mantel hitam dengan wajah meraut datar. Seolah-olah tidak ada yang ia pikirkan di dalam otaknya.

Sekelebat merah itu bergoyang, bergerak mengikuti arah angin yang lewat. Lelaki itu hanya menatap lurus ke depan dan tidak memperhatikan Ino yang masih terdiam. Dia tampak tidak peduli. Iris hijau itu hanya berfokus di jalanan dan melewati seorang perempuan berambut pirang dengan cepat.

Itu Sabaku Gaara.

Iris biru milik Ino perlahan mengecil. Tubuh gadis itu langsung menegang ketika menyadari bahwa sekarang Gaara telah melewati dirinya—namun tidak melakukan apa-apa. Jantung memacu cepat. Keringat membasahi wajah. Dan bahu yang menegang mampu membuat tubuh Ino lemas.

Dia takut.

Aroma maskulin itu entah kenapa langsung tercium dan menusuk indera penciuman Ino. Membuat gadis itu sadar betapa dekatnya jarak mereka ketika berlewatan tadi. Detak jantungnya sekarang mampu ia rasakan. Aura gelap yang begitu kental mampu membuat Ino menahan nafas.

Bahkan gadis itu benar-benar tidak menyadari bahwa buket bunga yang sudah dirangkai sedemikian rupa telah terjatuh di pijakan trotoar, hingga tepi-tepinya menjadi kotor akibat beberapa butiran pasir yang sedikit menempel di kelopak bunga lily-nya.

Tapi sungguh—

"B-Bagaimana bisa...?"

—pertanda apa ini?

.

.

.

GANGSTER SQUAD

Gangster Squad *Pause*Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang