Sakura's POV
Meski remang-remang, aku mencoba untuk terus melihatnya. Langit yang gelap serta asap yang menguap tentu tak lepas dari penglihatanku. Yang bisa kurasakan saat ini hanyalah rasa sakit. Aku dapat merasakan nafasku yang sesak maupun dinginnya aspal yang kutiduri. Sebenarnya, sejak aku membuka mata, aku sama sekali tidak tahu dimana posisiku berada.
"Sakura! Sakura!"
Huh?
Aku mendengarnya. Teriakan cemas dan menggemparkan itu terdengar jelas di telingaku. Goncangan dapat kurasakan, dan mataku perlahan mulai melebar. Kudapati Tsunade-baasan berada disampingku, menggoyangkan tubuhku agar aku beranjak bangun. Aku hanya menatapnya lamat-lamat, mencoba untuk memahami segala sesuatu yang ada dan menebaknya secara perlahan.
Ini sebenarnya dimana?
"Sakura, kau sudah sadar!?" Aku dapat mendengar helaan lega dari wanita itu. "Yokatta…"
Eh? Kau masih bisa menggunakan logat Jepang? Kukira kau sudah melupakannya, baa-san.
"O-Obaa-san?"
Kau memaksaku berdiri, aku tidak mengerti. Aku bingung, darimana luka-luka ini berasal? Lalu bagaimana aku bisa terbaring di jalanan? Seingatku, aku masih tertidur lelap di rumah sakit yang kau sewakan. Dan sungguh, aku tidak mengerti. Kenapa tempat ini aneh? Tidak ada matahari, tidak ada siapapun, dan bagaimana bisa kau—
Trek.
Hah?
"Ini—"
"Bunuh."
Apa?
Sejak kapan kau membawa pistol ini, baa-san? Kenapa kau mengatakan hal seperti itu? Hei, jawab aku! Jangan menatapku seperti itu! Aku tidak tahu apa maksudmu! Bunuh? Siapa yang harus kubunuh di tempat tak berpenghuni seperti ini!?
Tatapan tajam pada iris cokelat itu seakan memaksaku untuk menuruti perintahnya. Menurut, aku menerima benda itu. Aku hanya diam, tak tahu apa yang dilakukan. Aku tahu tatapan tajam terus dilayangkan kepadaku, dan Tsunade-obaasan terus memaksaku untuk menembak. Menembak siapa? Kau bisa lihat tidak ada siapa-siapa disini selain kita—
"Bunuh dia, Sakura!"
—eh?
Kini, aku berfokus pada seseorang. Mataku tertuju lekat pada dirinya. Sesosok manusia, berlutut jauh dari jangkauanku, sedang menangis dan menutupi wajahnya yang penuh luka. Tunggu, aku tidak mengerti—siapa, ini dimana, dan bagaimana bisa aku terus terpaku pada wanita itu!?
"Sakura, bunuh dia!" Tsunade-baasan terus memaksaku. Sekarang, aku mengerti. Kau ingin aku membunuh dia? Jangan bercanda! "SAKURA!"
"T-Tsunade-baasan!" Aku ikut berteriak. Kau kira aku tak punya otak? Orang itu tidak bersalah, dia tidak melakukan apa-apa! Jadi dalam rangka apa aku bisa membunuhnya? "Kau ingin aku membunuh siapa? Lalu bagaimana—"
Wanita itu menatapku dalam. Ia terus memandangiku, seolah diriku ini kehilangan ingatan ataupun sudah memasuki kriteria orang gila. Apa? Aku tidak boleh menanyakannya? Aku tidak tahu. Aku tidak mengerti. Dan aku heran akan semua hal yang ada di tempat ini! Aku tidak tahu apa-apa, lalu tiba-tiba diberikan pistol dan disuruh untuk membunuh seseorang yang tidak bersalah? Aku masih waras, jadi maaf saja.
"Bunuh—" Tangannya terlentang, menunjuk objek di depan sana. Wanita berambut merah itu terus terisak dan menangis. Aku… sedikit kasihan. "—dia, Sakura. Tinggal dia yang tersisa!"
Tersisa? Apa maksudmu?
"Aku tidak—"
"CEPAT BUNUH DIA! KAU DENGAR AKU, SAKURA!?" Sontak, aku menutup mulut ketika nenek mulai menyuruhku untuk menembak wanita itu. Aku tidak sanggup untuk berkomentar saat sepasang mata cokelat itu mulai mengeluarkan air mata. Tsunade-baasan menangis dalam diam. Ia tidak terisak, ia tidak berteriak, melainkan terus melayangkan tatapan mutlak kepadaku agar bisa menancapkan peluru timah di kepala wanita itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gangster Squad *Pause*
Fiksi Penggemar* This Fict Is Not Mine * Naruto © Masashi Kishimoto Gangster Squad by stillewoflie Hanya sebuah kisah tentang seorang mantan anggota kepolisian negara yang berupaya mengambil alih kota dari seorang cengkraman bos mafia paling berbahaya sepanjang se...