#5 Woozi, Si Cowok Puitis

144 11 1
                                    

Playlist Track

SEVENTEEN - LOVE LETTERS




Woozi,  Si Cowok Puitis


Woozi,  Si Cowok Puitis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Matamu adalah sumber senyumanku. Jika mata itu bercahaya, aku bisa melihatnya. Melalui mata itu, aku tau kalau kau sedang bahagia tapi bukan dengan aku.



Dahiku berkerut membaca pesan yang tertulis di kertas origami berwarna merah itu. Satu kalimat yang aku pikirkan, ternyata aku punya penggemar rahasia.

Kuambil kertas itu. Rasa penasaran pasti ada. Siapa juga yang mau menggemari gadis aneh sepertiku. Cantik juga tidak, pintar ya lumayan sih kecuali dalam hal matematika, dan juga dijauhi karena tidak punya teman.

Hari ini masih hari Selasa. Waktu yang aku lalui kemarin belum juga berubah. Masih tetap di hari ulang tahunku. Lelaki tampan yang mengatakan mereka suka kepadaku bukanlah nyata. Mungkin mereka semua hanya khayalanku. Terbukti ketika hari ini, tepat aku berada di depan lokerku. Ada Vernon disana dan dia tidak mengenalku. Sudah seharusnya aku tidak banyak mengkhayal seperti ini.

Dengan malas, aku memasuki ruangan kelas. Keadaan bertambah aneh ketika Rara, orang yang bersikap buruk kepadaku berubah menjadi seorang yang mengaku sahabat. Entahlah, Rara mengejutkanku dengan kue tart yang ada di tangannya. Seakan memberikan kejutan ulang tahun dengan sengaja.

"Selamat ulang tahun..  Selamat ulang tahun... Selamat ulang tahun, "Rara bernyanyi dengan menghadap kearahku.

Aku menghela napas sejenak. Diriku terdampar lagi didunia itu. Dan di dunia ini, Rara menjadi sahabatku. Terbukti dengan foto-foto ku bersama nya di beberapa moment.

"Tiup lilinnya ya. Kue dari aku dulu yang kamu tiup."Sahut Kapten Futsal di sekolah ini, Dia adalah Riyan.

"Bener, lo tiup lilin dari Riyan baru lilin gue", Kata Rara dengan senyum.

Aku tidak menyangka. Diakah pacarku?

"Buruan tiup."

Aku mengangguk pelan. Membuat suatu harapan dan meniup lilin. Hal yang jarang sekali aku rasakan. Terlebih lagi bisa merayakan ulang tahun tidak seorang diri.

"Selamat ulang tahun ya,  sayang."Ujar Riyan sembari mengacak rambutku ini dengan pelan.

Aku tersenyum dengan singkat. Kemudian orang-orang yang berada di kelas juga memberikan ucapan selamat kepadaku. Bisa dikatakan ini sungguh menyenangkan! Setelah selesai dengan segalanya, ku langkahkan kaki menuju kursiku di pojok belakang. Belum juga mengeluarkan buku dari dalam tas, Rara tertawa melihat kearahku.

"Lo lupa dimana lo duduk?  Lo itu duduknya sama gue, disana."Kata Rara dengan terkekeh pelan.

Aku mengumpulkan kesadaranku. Seorang Rara duduk denganku? "Ma-maaf gue lupa."

GOING SEVENTEEN    [selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang