Playlist Track
SEVENTEEN - SAY YES
Hoshi, Si Pejuang Cinta
Aku berjalan dengan cepat. Berharap jika orang-orang yang sudah selesai ekskul hari ini sudah pulang ke rumah nya masing-masing. Rambut pendek sebahuku ini penuh dengan cairan kecap yang begitu lengket sekali. Tanpa sengaja aku melewati mading sekolah yang nampaknya berubah. Aku selalu membaca dan mengamati mading itu ketika sendirian saat jam istirahat. Menurutku, info yang ada di mading itu cukup penting. Terutama wawasan dari berbagai sumber.
Aku sengaja menghentikan langkahku ini. Kembali memundurkan beberapa langkah untuk memeriksa apakah benar berbeda atau tidak.
Mataku membulat ketika membaca isi mading itu. Tertera brosur pendaftaran cheerleader sekolah. Tidak bukan itu yang penting. Tapi wajahku juga ada disana yang tertuliskan kalimat dibawah foto diriku juga. Tulisan itu menunjuk kalau aku ini adalah ketua cheers.
Tidak mungkin ini nyata. Namun jika ini mimpi mengapa keadaannya tidak berubah. Keadaanku sama persis ketika Rara menyerang ku di ruangan gelap itu. Bener-bener aneh.
"Hei, jadi pulang bareng?"
Suara seseorang laki-laki itu seakan mengagetkan aku yang tengah asik dengan segala pikiran membingungkan ini. Aku menoleh singkat kearah pemilik suara itu.
Ya Tuhan, itu Hoshi. Si Ketua Karate yang dikenal seantero sekolah sebagai seseorang yang dingin dan acuh. Dia menyapaku bahkan mengajak untuk pulang bersama. Sudah ku duga kalau aku sedang bermimpi.
"Hei, kamu kenapa jadi bengong kayak gitu? Jadi kan? Tuh lihat, rambut kamu kena kecap lagi deh. Kalo antri bakso jangan buru-buru makanya. Kamu kan bisa minta aku buat pesenin itu."Ucap Hoshi yang semakin membuatku tidak mengerti.
Dunia benar-benar sudah tidak stabil. Khayalan macam apa ini yang seakan nyata.
"Ki--kita emang saling dekat? Hoshi, lo itu sama sekali nggak kenal sama gue."Balasku dengan cepat.
Dia terkekeh pelan. "Dari dulu kamu masih sama, selalu menganggap kalau kita emang nggak saling kenal. Kapan sih, kamu bisa nerima aku ada di kehidupan kamu?"
Aku mengigit bibir ku dengan gugup. Apa yang barusan dikatakan oleh lelaki ini. Semuanya benar-benar membuatku bingung. "Nerima lo?"
"Aku nggak mau bahas ini, maaf jika perkataanku tadi membuat kamu jadi bingung. Sejujurnya, aku ingin kamu peka dengan perasaanku. Udahlah, aku antar kamu pulang. Lihat! Kecap itu membuat rambutmu menjadi lucu. Aku ingin tertawa.'
Aku tersenyum kecil. Hoshi si dingin itu bertingkah berbeda. Aku tau ini tidak nyata, lalu bagaimana caranya agar aku terbangun dari mimpi ini? Bisakah itu?
KAMU SEDANG MEMBACA
GOING SEVENTEEN [selesai]
Fiksi PenggemarPagi itu, tepat hari ulang tahunku, aku diajak berkeliling ke dalam dunia yang tak aku kenali sebelumnya. Keadaan selalu manis, indah, dan tak ingin berakhir. Awalnya memang aku anggap itu adalah mimpi, namun tidak sama sekali. Itu adalah nyata. Ak...