Prolog

656 22 2
                                    

Angin berhembus kembali, seakan menendang Alsha untuk tidak lagi mengingatnya. Mata Alsha terus menatap ke arah matahari yang sebentar lagi akan menghilang.

Danau yang tenang, sudah cukup membuat hati Alsha damai. Sekali lagi, Alsha menghembuskan nafasnya. Membuang penat di hatinya yang sampai saat ini masih mengganjal.

Lemparan batu kecil, kembali Alsha tuangkan. Suara cipratan air danau, mengingatkan kembali masa-masa Alsha dengannya.

Kegiatan rutin setiap sore yang dilakukan Alsha dengannya, datang bersama-sama ke danau ini. Melemparkan batu-batu kecil yang tersedia ke danau.

'Anggap aja batu ini masalah lo. Satu kali lo lempar ke danau, satu penat di hati lo juga yang lo buang jauh-jauh. Biar lebih damai.'

Alsha menangis. Tak kuat rasanya menahan rindu yang amat sangat. Juga rasa kesal yang selalu menyertainya.

"Haruskah gue melupakan semua itu? Atau menunggu kepastian yang entah sampai kapan berakhirnya?"

Alsha menyembunyikan mukanya di lipatan tangannya yang berada di atas lutut. Munafik bila Alsha mengatakan ia tidak rindu.

Sosok yang selalu menemaninya, sosok yang selalu menghiburnya, juga sosok yang telah memberikan rasa sayangnya untuk Alsha.

"Di, gua rindu sama lo. Kapan lo balik?"

*****

Hayy para readers!!!! 😊👋

Aku author baru ni, maaf ya kalo bahasanya masih rada ngawur. Maklumin aja ya, wkwkwk...

Selamat membaca 💕

Love For AlshaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang