2

195 11 0
                                    

Terik matahari sudah berhasil masuk ke kamar Alsha. Merasa silau, Alsha bangun dari alam mimpinya. Dilihatnya benda-benda yang berada di dekatnya. Hey? Ini kamarnya bukan?

Alsha segera bangkit dari tidurnya, tetapi "awh!"

Kepalanya terasa pusing. Tunggu, kemarin dia sedang menunggu hujan berhenti agar ia bisa pulang dengan selamat. Tapi, kenapa ia sudah ada di kamar?

Ia meraba dahinya. Seperti kain yang agak basah. Alsha mengambil benda itu, oh kompres. Eit, berarti hari ini Alsha sakit? Aduhh, sangat gawat kalau ia sakit. Jangan sampai penyakitnya kambuh lagi.

Tok tok tok

Alsha menatap pintu kamarnya. Ada yang mengetuk. Tak lama kemudian pintunya terbuka, menampilkan wajah tante-ralat-ibunya membawakan semangkuk bubur dan segelas air bening.

"Dimakan ya sayang. Biar cepet sembuh." Erna meletakkan nampan tersebut di atas nakas. Kemudian duduk di bangku sebelah kasur Alsha.

Alsha tak berkata apa pun, hanya menatap dan memperhatikan gerakan Erna. Senyuman lembut terbit di bibir Erna. Namun tatapannya seperti orang yang sedang lelah.

"Hari ini kamu gak masuk dulu. Suratnya udah dianter ke sekolah. Sekarang kamu istirahat ya."

Senyumannya tetap terpampang jelas di wajah Erna. Sebelum pergi, Erna mengelus rambut Alsha.

Erna bangkit dari duduknya, berjalan pergi meninggalkan kamar Alsha. Saat berada tepat di bawah kusen pintu, Erna berhenti sejenak. Dan menoleh ke kanan, tapi tidak menatap Alsha.

"Ibu cuma mau bilang. Kemarin Aldi pulang. Tapi cuma sebentar, sorenya ia balik lagi. Bulan depan dia pulang lagi."

Terdengar helaan napas keluar dari hidung Erna. Setelah berucap, Erna benar-benar pergi setelah menutup rapat pintu Alsha.

Aldi pulang? Huh, peduli amat. Mungkin saat ini Alsha sangat berharap untuk tetap teguh dengan omongannya.

"Aku ingin kamu pergi. Pergi dari kehidupanku. Karna aku gak bakal rindu sama kamu. Aku gak akan pernah menanyakan kabarmu. Walau sedetik pun. Jadi sekarang kamu pergi. Aku udah gak butuh kamu lagi."

Alsha membuang muka. Matanya sudah merah, tak mampu menahan air matanya yang sebentar lagi akan turun.

"Oh satu lagi. Jangan hentikan cita-cita kamu buat jadi Nahkoda. Karna itu sudah menjadi janji kita."

Sayangnya, Alsha telah menjilat ludahnya sendiri. Karna faktanya, Alsha selalu merindukan Aldi. Alsha selalu bertanya-tanya dalam batinnya bagaimana kabar Aldi di sana. Dan Alsha sangat membutuhkan kehadiran Aldi di sini.

Mata Alsha menatap ke langit-langit. Nuansa pink tergambar di atas sana. Warna kesukaan Alsha. Dan Aldi tau itu.

"Tatap langit-langit kamar Aca. Berikan gambaran tentang sesuatu yang sedang Aca rindukan. Lalu pejamkan mata, ucapkan apa yang Aca inginkan pada sesuatu yang sedang Aca rindukan."

'Ku harap, Aldi kembali lagi kesini. Walaupun keadaannya sudah berbeda dengan yang dulu. Ku mohon, kembali lah...'

Satu tetes air mata meluncur bebas, di balik kelopak mata Alsha yang sedang terpejam. Berharap agar keinginannya terkabul oleh-Nya.

*****

Suasana kantin saat ini sangat ramai sekali. Berbeda drastis sebelum Aray datang ke sekolah ini. Sekarang, sudah banyak siswi yang berkumpul mengerubungi Aray. Untuk sekedar meminta tanda tangannya.

Love For AlshaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang