3

139 10 0
                                    

Semburat senja sudah nampak di langit. Perpaduan warna antara merah, jingga, dan kuning yang sangat indah. Tapi hal itu tak urung membuat Aray berhenti dari perjalanan untuk melaksanakan sholat. Padahal adzan sudah berkumandang.

"Ya allah, dompetnya jatuh dimana coba? Kalau sampai ilang... Haduhhh!" Aray tampak gusar di dalam mobil.

Aray mendengar adzan berkumandang. "Sholat dulu aja lah."

Setelah beberapa meter mencari Masjid, akhirnya Aray melihat Masjid Al-Hidayah. Ia pun menepikan mobilnya, lalu keluar dari mobil langsung berjalan ke arah tempat wudhu.

*****

Sudah hampir 20 menit Alsha menunggu di depan gerbang rumah Aray. Hari sudah mulai gelap, tapi Aray belum menunjukkan batang hidungnya. Alsha gelisah, ia belum sholat maghrib.

Akhirnya yang ditunggu-tunggu datang. Dari arah sebelah kanan nampak sebuah mobil sport putih melaju ke arah Alsha. Alsha pun berdiri dari duduknya.

Mobil itu berhenti tepat di depan Alsha. Alsha menatap mobil itu lekat-lekat. Tak lama, Aray keluar dari mobilnya. Lihat saja, ia masih menggunakan seragam sekolah. Alsha pun sama, masih mengenakan baju birunya tadi. Padahal Alsha berniat untuk pulang dulu, baru mengantarkan dompet. Tapi ya sudahlah.

"Loh Alsha? Kok ada di sini? Udah malem, gak baik perawan ada di luar kaya gini."

Alsha mendesis. Susah payah Alsha mencari alamat ini yang padahal hanya berbeda blok dengan rumahnya, dan sekarang Aray sedang mengusirnya secara halus. Sungguh tak patut.

Alsha memberikan dompet Aray padanya "nih."

Seketika mata Aray berbinar-binar "ya ampun, akhirnya nih dompet kembali. Makasih ya Sha." setelah dompet itu berada di tangan pemiliknya, Aray memeluk dompet itu seerat-eratnya. Dan kelakuan Aray sekarang, seperti anak kecil di mata Alsha.

Selang beberapa detik, Aray pun melepaskan pelukannya "eh tapi, kenapa dompetnya ada sama lo?"

Alsha memutar bola matanya "buka pintunya."

"Hah? Buka pintunya? Pintu rumah maksudnya?"

"Cepet!!!" Alsha berteriak. Dan itu membuat Aray kaget.

Dengan gerakan seperti kilat, Aray mengeluarkan kunci gerbangnya. Lalu membuka gerbangnya lebar-lebar. Untung saja dia tinggal sendiri, coba kalo ada orang tuanya yang memergoki Aray membawa perawan malem-malem? Tamatlah riwayatnya.

Tanpa dipersilahkan masuk, Alsha lansung masuk meninggalkan Aray tanpa meninggalkan sepatah kata pun.

Aray pun tak menghiraukannya, ia langsung berlari ke arah pintunya mendahului Alsha. Kemudia membuka pintunya. Rumahnya megah, tapi Alsha belum menyadarinya. Yang ada dipikiran Alsha saat ini ialah, ia harus segera sholat maghrib sebelum waktunya lewat.

Setelah pintunya terbuka, Alsha langsung berlari masuk ke dalam rumah Aray. Tanpa bertanya pada tuan rumah, Alsha berlari ke arah dapur, mencari-cari kamar mandi. Sudah menemukan kamar mandi, langsung saja Alsha ke dalam dengan suara dobrakan pintu setelahnya. Alsha sangat kasar, padahal hanya menutup pintu.

Aray masih di depan pintu, terekam jelas memori tadi di otaknya. "Bahkan dia tak menganggap tuan rumah ini. Mana sopan santunnya? Masuk ke rumah orang lain seperti rumahnya sendiri."

Love For AlshaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang